Senin, 09 November 2015

Autumn Leaf (Maple Story) 05



 Autumn Leaf –maple story-
Cast     : Donghae – Leeteuk
Genre  : Family, Brothership
Song    : Waiting for You by Yesung Suju

Autumn Leaf (Maple Story) – five..
Leeteuk sudah berdiri di depan sebuah pintu, ia ragu apakah mau masuk atau kembali saja karena ia tak bisa berdiri disana lebih lama lagi..
            “YAK!! PALLIWA!!”
Samar-samar ia menderngar teriakan dari dalam rumah itu. penasaran. Leeteuk memberanikan diri untuk masuk dan menengok ke dalam..
            “sekarang pergilah..”
Betapa ia terkejut!! Ia melihat namja itu meringkuk di sudut ruangan, ya, Donghae. ia ada di sana, menyandarkan tubuhnya pada dinding. Wajahnya pucat putih, matanya sayu..
            “kenapa kau tetap di situ? Cepat berdiri dan cari uang yang banyak.. kau tidak mau jadi anak durhaka karena tidak menuruti perkataan Abeoji-mu kan? Jadi pergilah dan bawa uang yang banyak nanti..” rancaunya sambil memakan ramyeon dari pancinya.
Donghae berusaha untuk berdiri, lalu berjalan tertatih keluar rumah… sampai di pintu ia bertemu dengan Leeteuk. Awalnya ia sempat sangat kaget melihat Leeteuk berada di rumahnya. Tapi ia tutupi dengan wajah sendunya…
            “pulanglah hyung, kau tidak seharusnya melihat kejadian ini..” pintanya sambil berjalan meninggalkannya.
            “Hae-ya…” kejar Leeteuk.
Leeteuk berusaha menolong Donghae yang hampir terjatuh, namun namja itu menolaknya.. “hajima hyung…” Donghae membalikkan badan menghadap Leeteuk “aku harus bekerja sekarang, jadi kau sudah bisa pulang.. jangan datang lagi ke sini, ini bukan tempat untuk kau datangi..”
            “Hae-ya…”
            “jangan cemaskan aku hyung…” akhirnya ia tersenyum “eooh.. boleh aku minta satu hal? Tolong jangan benci aku hyung…” satu air mata jatuh di mata Donghae “kau boleh memukulku seperti Abeoji, tapi ku mohon jangan membenciku… aku bisa menahan sakitnya ini,” ia menunjukkan luka di lenganya “tapi aku tidak bisa menahan yang ini hyung.. karena aku menyayangi hyung.. jeongmal..” ungkapnya. Ia menekan dan memukul-mukul dadanya hingga sedikit sakit dan sesak..
            “Donghae-ya..”
            “gwaenchana hyung…”
            “Kenapa kau memenuhi kamarmu dengan Maple Leaf?” pertanyaan Leeteuk menunjukkan bahwa namja itu akhirnya masuk ke kamarnya juga setelah kian tahun..
Donghae menunjukkan senyumnya “waktu Autumn, Maple Leaf jatuh berguguran.. itu adalah waktu paling tepat untuk meminta harapan. Aku punya sebuah harapan, jadi aku memasangnya disana agar setiap hari aku bisa meminta harapan darinya..”
Mata Leeteuk memanas, ia tak tahan dengan air matanya “apa harapanmu?”
            “tidak perlu kau tahu hyung, percuma…”
            “beritahu aku.. aku memaksamu..”
            “eeohh??”
            “katakan…”
            “hah…” helaan napasnya “aku hanya ingin melihat hyungku, Leeteuk, bisa tersenyum di depanku dan memanggilku ‘dongsaeng’…”
Deegggh…
Itukah yang di minta? Dia tidak meminta hal lain yang lebih berharga? Dia tidak meminta agar Tuhan mengubah Abeojinya menjadi orang yang baik?
            “itu satu hal paling berharga dalam hidupku hyung…”
Leeteuk mematung, Donghae tersenyum miris dengan dirinya sendiri.. ia pergi sambil sedikit terhuyung meninggalkan Leeteuk yang masih setia berdiri dalam diamnya…
#-#
Leeteuk diam di depan Appa dan Ummanya..
            “sekarang apa yang harus kita lakukan? Tidak mudah membawa dia kembali kalau sudah di tangan Bongnam..” ujar sang Umma “yeobo… lakukan sesuatu.. aku merindukannya, aku..”
            “aku yang akan membawanya kembali Umma..” potong Leeteuk “aku tahu dia anak yang keras kepala, tapi aku juga tahu.. dia akan menuruti perintahku..” kemudian ia pergi lagi..
… … …
Leeteuk ke kedai Wang Ajjuhma, ia tahu anak itu pasti di sana jam segini..
            “eeohh.. kau?” Wang Ajjuhma terkejut melihat kedatangannya “kau mencarinya? Dia tidak di sini malam ini… aku menyuruhnya istirahat di rumah karena wajahnya pucat sekali.. aku tidak ingin dia sakit..”jelasnya. ia sangat tahu tujuan Leeteuk ke tempatnya.
Wang Ajjuhma tentu saja mengenal Leeteuk, ia juga mengenal kedua orang tuanya. Ia salah satu orang yang tahu persis siapa dan bagaimana Donghae. bahkan wanita tua itu sangat menyayangi Donghae layaknya putranya sendiri.
            “sudah lama kau tidak kemari.. kau ingin makan sesuatu dulu atau kubuatkan gingseng?”
            “aniyo Ajjuhma.. sebaiknya aku melihatnya sekarang…” terbesit kecemasan di wajahnya.
            “pergilah… dan aku mohon, selamatkan dia..” Leeteuk mengangguk.
…. ….
Ia kembali mendengar suara bentakan dan teriakan dari dalam rumah itu.. kali ini hatinya tak tahan lagi untuk diam, ia nekat masuk ke dalam.. dan apa yang di lihat?
Donghae sudah tersungkur di lantai dengan pecahan botol soju di sampingnya.. Bongnam masih memukulinya dan anak itu tak berkutik sama sekali.. tubuhnya tak bisa melawan kekuatan Bongnam, ia melindungi kepalanya dengan kedua lengannya..
            “am….pun.. a..ab..beoji..” rintihnya.
            “MWORAGO????”
            “hiks… am..pun..”
            “KAU TIDAK MEMBAWA SOJU ATAU UANG DAN MINTA AMPUN??” Bongnam mengambil satu botol soju lagi dan berniat melemparnya ke arah Donghae yang sudah tersungkur.. “Dasar anak tak ta……”
            “HAJIMA!!” tangan Bongnam tertahan oleh seseorang yang mendorongnya kuat “jangan sakiti dia lagi, aku tak segan melaporkanmu pada polisi.. kau mau di penjara lagi?”
Bongnam mencoba memperjelas pandangan matanya yang memang sudah mabuk itu.. “nuguya?? Jangan ikut campur urusanku..”
            “eooh, kau lupa padaku?? Aku Leeteuk… kau ingat nama itu?”
Bongnam tampak mengingat.. tapi sepertinya ia pura-pura lupa.. “NUGUYA?? PERGI KAU DARI SINI!! BUKAN URUSANMU KAN??” bentaknya. Ia berusaha mendorong Leeteuk untuk keluar dari rumahnya.
Sayang…
Tenaganya kalah.. ia dalam keadaan mabuk jadi tak seimbang.
Leeteuk tetap menang… ia balik mendorong tubuh Bongnam hingga namja itu jatuh membentur dinding. Meringis kesakitan lalu berusaha bangun lagi.. namun sayang ia tak mampu..
Kesempatan ini Leeteuk gunakan untuk menyelamatkan Donghae.. ia menggendong tubuh Donghae tanpa penolakan.
            “hyung…. Untuk.. apa.. kau.. kesini?” Donghae sangat lemah, ia tak sanggup walau hanya memberontak sedikit. Tubuhnya pasrah mengikuti pergerakan Leeteuk yang membawanya ke mobil dan melarikannya ke rumah sakit..
            “aku hyung mu Hae, tak kan kubiarkan siapapun menyakiti dongsaengku..”
Leeteuk duduk di belakang kemudi sambil mendekap Donghae erat, ia mengusap kening Donghae memberi kenyamanan “bertahanlah sedikit lagi saeng.. tetap terjaga, jangan tutuo matamu..” ia miris melihat keadaan Donghae sekarang. Tubuhnya penuh memar.. tangannya masih berdarah akibat luka pecahan botol soju milik Bongnam. Wajahnya teramat pucat.. bibirnya biru..
Ia sampai di rumah sakit sekarang…
Beberapa perawat membantunya membawa Donghae untuk segera di beri pertolongan..
Traapp…
Leeteuk terenggah, jantungnya terpacu kencang.. ia melihat ruangan putih itu tertutup.. Donghae sudah di dalam..
Leeteuk merogoh sakunya mengambil ponsel dan menghubungi seseorang..
            “Umma… cepat ke rumah sakit, Donghae…”
            “MWO?? ARRASEO!!” suara di ujung
            “bisakah Appa menghubungi polisi untuk menangkap Bongnam lagi? dia sudah melukai anaknya sendiri..”
            “tidak bisa, polisi akan meminta bukti atau saksi.. Donghae tidak akan memenjarakan Abeojinya sendiri..” ujar Umma “tidak perlu cemas masalah itu, kita pikirkan setelah kita bertemu nanti, Umma dan Appa akan ke sana sekarang..” sepertinya ia sedikit nampak tenang.
…. …. …. ….
Leeteuk tak pernah beranjak sedikit pun dari tempat duduknya, ia berharap pemilik tubuh yang tengah terbaring di ranjang itu segera membuka mata..
‘dongsaeng anda baik-baik saja, hanya demamnya terlalu tinggi. Luka di tangannya juga tidak apa-apa. Tapi untuk saat ini tubuhnya sangat lemah jadi ia harus tinggal beberapa hari di rumah sakit ini agar kami bisa mengawasinya setiap saat..’ begitu kata Dokter yang menangani Donghae tadi.
            “bangunlah Hae… jangan buat hyung cemas..” bisiknya, ia mengusap lembut tangan Donghae yang bebas dari infus. “hyung janji setelah ini.. apapun yang kau minta akan hyung turuti.. ijinkan hyung untuk mengabulkan harapanmu..”
Braaakkk..
            “DONGHAE-ya…”
            “Umma.. jangan berteriak, dia sedang istirahat..”
Umma dan Appa datang tergesa, namun kini mereka bisa bernapas lega melihat keadaan Donghae baik-baik saja..
            “dia.. sangat kurus..” ujar yeoja paruh baya itu sambil mengusap kening Donghae “kau demam??” tanyanya sendiri..
            “ne Umma, demamnya cukup tinggi.. itu yang membuatnya belum bangun hingga kini. Tapi bukankah dia anak yang kuat? Sangat kuat malahan..” cibir Leeteuk
            “Kau benar.. anak Appa keduanya sangat kuat..”
            “apa yang harus ku katakan saat ia sadar nanti??”
Pllaakkk..
Satu pukulan di kepala Leeteuk.
            “Umma…”
            “BABO! Kau dari dari berdoa dan memintanya segera bangun.. lalu kenapa kau bingung?”
Leeteuk tertawa kecil “aku hanya merasa sangat bersalah padanya.. andai aku tidak bersikap jahat padanya, hal ini tidak akan terjadi..” sesalnya “apa yang harus ku katakan padanya soal Bongnam nanti? Apa dia mau kembali tinggal bersama kita?”
            “kita tunggu saat dia bangun nanti.. setidaknya, selama ini kita tahu bagaimana sifatnya.. kita tahu bagaimana menghadapi bocah ini…” kikik Appa.
Leeteuk sedikit tenang dengan penuturan itu..
            “Donghae… cepatlah bangun saengi..” bisik Leeteuk tepat di teliga dongsaengnya yang masih setia menutup matanya..
-tbc-

3 komentar: