Autumn Leaf (Maple Story) - one..
Kaki mungilnya
berlari ke arah sebuah pintu kamar bergaya kuno dengan warna putih pucat.
Jemari tanganya yang kecil menggeser pintu itu ke pinggir kanan dan kiri untuk
membuatnya terbuka. Terdengar bunyi gesekan akibat dari bagian bawah pintu yang
tersentuh lantai. Rumah bergaya Korea tradisional tersebut memang memasang
pintunya seperti itu. Tapi segeralah menepis pandangan kuno setelah melihat isi
di dalamnya. Tak satupun bisa disebut benda antik di sana. Mulai dari sofa,
meja, lemari, alat elektronik, tempat tidur semua keluaran jaman sekarang.
Nampaknya sang pemilik rumah mengikuti perkembangan yang ada dengan tetap
mempertahankan nilai seni warisan peradaban tradisional.
“HYUNGIE!! LIHAT…. Aku bisa
menggambarnya sekarang!” begitu pintu terbuka, tubuhnya langsung berlari masuk
ke dalam menghampiri penghuni kamar ber-cat serba putih salju. Ranjang warna
putih, meja dan lemari putih juga sebuah kursi warna putih. Saat berada di
dalamnya seakan berada di sorga yang di tinggali malaikat Tuhan. Tak jauh beda
dengan namja tampan pemilik sah kamar ini. Ia bagaikan seorang malaikat hanya
saja tanpa sayap. Lembut sikapnya di sertai senyuman yang membuat orang akan
merasa nyaman.
“hyung.. lihat gambarku..” ia
kembali berkata sambil menunjukkan buku gambarnya pada sang kakak “aku sudah
bisa menggambar daun musim gugur dengan bagus..” bangganya. Mendegar ada yang
mengusik ketenangannya ia menoleh..
“jangan ganggu aku!” datarnya.
“lihat Leeteuk hyung.. aku sudah..”
ia menyebutkan lagi keberhasilannya, kali ini dengan wajah manjanya.
“ku bilang jangan ganggu Hae.. kau
mau aku marah padamu lagi?” potong Leeteuk.
Namja kecil sepuluh
tahun itu, Donghae, menciut hatinya karena perasaan bersalah sudah mengganggu
sang kakak, Leeteuk. Ia menarik kembali buku gambarnya dan perlahan berjalan
keluar.. “ne, mianhaeyo hyung.. jangan memarahiku, jebalyo.. aku akan keluar
sekarang..” lirihnya dengan mata berkaca-kaca.
Kamar yang nampak
seperti sorga malaikat itu musnah seketika dalam pikiran Donghae. Penghuninya
tak lain hanya seorang manusia biasa yang terusik akan kedatanganya. Manusia
yang adalah kakaknya. Tidak! Bukan kakak kandung.. kenyataannya, Donghae datang
di rumah itu dua bulan yang lalu. Orang tua Leeteuk tiba-tiba menyuruhnya
memanggil Donghae sebagai dongsaeng. Tak jelas darimana asalnya, Appa dan Oemma
membawanya dari sebuah panti asuhan anak. Dan kini terpaksa Leeteuk yang
mengurus Donghae karena Tuan Park tinggal di Osaka untuk menangani usaha mereka
di sana beserta dengan Nyonya Park sang Oemma. Leeteuk sebenarnya tak banyak
mengurus Donghae karena ia sendiri sedang sibuk belajar. Sebagai murid kelas 3
senior high school, 19 tahun, Leeteuk mengejar nilai kelulusan untuk dapat di
terima sebagai mahasiswa dari Universitas ternama di kotanya.
Setelah keluar
kamar Leeteuk, Donghae masuk kamarnya sendiri, naik ke ranjang dan bersembunyi
di balik selimut tebalnya.
Hiks..
Hiks.. hiks..
Isakannya mulai
terdengar. Namja kecil itu memang hiperaktiv dan ceria tetapi ia juga manja dan
cengeng.
*autumn-leaf*
Donghae tidak
menyerah, ia terus berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Leeteuk. Kakinya
tak pernah lelah untuk masuk ke kamar hyungnya.
“hyung.. aku masuk tim bola di
sekolah.. menurut hyung bagaimana??”
“hyung.. guru baru di sekolah sangat
cantik..”
“hyung.. aku takut petir..”
“hyung…”
Begitu ia terus
mencoba berbicara dengan Leeteuk sebagai kakak adik. Namun tetap saja.. sampai
saat ini Leeteuk masih mengacuhkan keberadaannya.
“hyung..?”
Nihil!
Tak ada tanggapan
dari Leeteuk. Sekalipun Leeteuk tak membisu selama ini nyatanya ia enggan
bicara dengan Donghae jika tak ada yang penting. Hanya sesekali kalau ada
masalah dengan sekolah Donghae, Leeteuk sedikit banyak bicara. Bagaimanapun
juga Tuan dan Nyonya Park telah memberikan tugas padanya untuk mengurusi
Donghae jika mereka sedang berada di luar kota atau ada urusan pekerjaan yang
membutuhkan waktu lama untuk di selesaikan. Jika di kalkulasi, kebersamaan
mereka sangat sering, waktu mereka
sangat banyak. Namun semua terbuang sia-sia..
Donghae masih
berdiri di depan pintu kamar Leeteuk..
“hyung.. aku lapar..”
Krriieett…
Pintu kamar
terbuka lalu muncul kepala Leeteuk dari baliknya..
“mau makan apa??”
“soup…”
“di kulkas ada persediaan, panaskan
sendiri.. kau bisa kan?”
“aku ingin makan denganmu hyung..
jebal..” rengeknya.
Leeteuk tak
menjawab, tapi ia melangkah menuju meja makan. Mengambil soup di dalam kulkas
dan memanaskannya kembali.. menaruhnya di dalam dua mangkuk yang berbeda lalu
menyodorkannya di depan Donghae.
“makan…” perintahnya datar
“ne.. gumapasemida hyung..” senyum
Donghae. begitu setiap hari.. rumah itu nampak kaku dan dingin.. namun senyum
itu hilang seketika..
“Yak apa yang kau lakukan? Habiskan
makananmu..” Leeteuk jengkel karena ia melihat Donghae justru berlari ke kamar
mandi tiba-tiba.. raut wajah marah itu berganti dengan kecemasan saat mengingat
sesuatu.. ia mengejar Donghae. dan benar dugaannya.. Donghae sudah duduk lemas
di kamar mandi setelah memuntahkan makanannya..
“gwaenchana??”
“hyung…” peluh keringat dingin di
wajah Donghae cukup menjawab kalau ia tak baik-baik saja..
“Kajja..” Leeteuk menuntunnya ke
kamar, membaringkannya di sana.. “mian, aku lupa kalau kau alergi udang…”
Donghae hanya mengangguk pelan sambil mengatur napasnya.. “istirahatlah..”
“hyung.. temani aku.. kali ini
saja..” pintanya. Leeteuk tak mendengarkan.. ia memilih pergi dengan diam dari
kamar itu. Donghae memandang kepergian Leeteuk miris..
*autumn-leaf*
=tbc=
Kok leeteuk gitu sih kasian baby hae :'(
BalasHapusDitunggu next nya yah :)
Kasihan donghae...
BalasHapusNext ching...
Kasihan donghae...
BalasHapusNext ching...
Miminn bogoshipdaaa~~ aku ketinggalan cerita banyak bangettt.... Jeongmal mianhae... Aku sampe nglembur bacanya. Disini donghae umur berapa ya??? Kasian dia dicuekin leeteuk, tapi bakalan yakin sihh lama lama juga leeteuk sayang ama dia. Lanjut minnn....
BalasHapus