HYUNG, Just One Time!
[Special Ed] May, 24th
–International Brothers Day-
Cast :
Lee DongHae [SuJu]
Lee DongHwa
YongHwa [CNBlue]
EunHyuk [SuJu]
Choi JinHyuk
JungSoo [SuJu]
Myungsoo [Infinite]
and..
the others cast..
Lee DongHae [SuJu]
Lee DongHwa
YongHwa [CNBlue]
EunHyuk [SuJu]
Choi JinHyuk
JungSoo [SuJu]
Myungsoo [Infinite]
and..
the others cast..
Genre :
Brothership always – Families – Friendship
Brothership always – Families – Friendship
Length :
OneShoot
OneShoot
*
*
*
*
Musim semi sebentar
lagi berakhir dan berganti dengan musim panas. Terasa sekali udara sudah mulai
pekat belakangan ini, matahari sudah terasa menyengat. Seragam sekolah sudah
berganti dengan model yang lebih sederhana sesuai dengan musimnya.
::
::
Donghae berjalan masuk
ke kamarnya terhuyung, entah kenapa tiba-tiba kepalanya pusing hingga
membuatnya limbung. Perasaannya kacau dan sekarang ditambah tubuhnya yang mulai
lemah tanpa sebab. Dengan kasar ia menghempaskan diri ke ranjang kecilnya
setelah ia mengunci rapat-rapat pitu kamarnya. Bahkan ia tak melepas sepatu
yang dikenakannya..
Donghae memejamkan mata
tapi setetes air mata malah mengalir lolos dari pertahanan hatinya..
“wae??”
Kembali ia membuka
matanya perlahan dengan sayu seakan ia tak sanggup menahan kelopak matanya yang
terasa berat.
“apa hidupku akan
berakhir sekarang??” bisiknya pilu pada diri sendiri “kenapa rasanya sakit
sekali??” isaknya makin menjadi.
Donghae berusaha
menghentikan tangisnya dengan menggigit bibir bagian bawahnya tapi itu tak
menolong, ia malah kesakitan saat bibir itu terluka dan berdarah.
Dengan segera ia
berdiri walau pusing di kepalanya masih terasa, dengan kekuatan penuh ia
menahan tubuhnya agar tidak roboh. Donghae mengambil tas punggungnya,
mengisinya dengan sehelai baju pemberian sang kakak lalu beranjak pergi.
Ya, ia pergi dari rumah
itu. ia memang harus segera pergi, lebih baik pergi seperti ini daripada ia
mendengar kata ‘pergi’ itu dari orang-orang yang disayanginya. Keluarga kecil
dimana ia mendapatkan kehangatan selama ini.
::
::
::
::
“Donghae??” Eunhyuk
menampakkan wajah bodohnya saat melihat Donghae berdiri di depan pintu rumahnya
“waeyo?”
“aku menginap di sini
malam ini..” langsung saja ia masuk rumah itu tanpa menunggu pinta sang pemilik
rumah. Eunhyuk temannya tinggal di sana hanya dengan kakaknya, JinHyuk.
“waegurrae??” Eunhyuk
duduk di samping Donghae tanpa menatap matanya karena mereka sama-sama
menghadap ke arah dinding dengan banyak foto tergantung di sana.
“aku benar-benar orang
asing di rumah itu..”
“jeongmal?”
“nde, aku mendengar
semuanya.. semua kebenaran yang ada..”
“…. ….”
“hanya malam ini
Eunhyuk-ah.. ijinkan aku, besok aku akan pergi..”
“odieyo??”
“mollayo..”
Mereka kembali dalam
diam.. Eunhyuk bahkan tidak tahu apa yang akan ia tanyakan atau ia katakan.
Terlalu sulit berada di dalam posisi Donghae.
::
::
::
::
Donghae menepati
perkataannya, pagi-pagi sekali ia sudah tidak ada di rumah Eunhyuk membuat
namja itu cemas bukan main.
“waegurrae??” Jinhyuk
tak tahan melihat adiknya bersikap tak wajar hanya karena Donghae pergi
“terjadi sesuatu?”
“nde hyung.. sangat
besar..”
“mwo??”
“aku tidak bisa
menceritakan sekarang.. aku harus mencari anak itu dulu..”
“mungkin ke tempat
Myungsoo, bukankah kalian bertiga adalah sahabat??”
“eoh, mungkin saja..
tapi.. kurasa ia akan pergi ke tempat lain.. baiklah hyung, aku akan mencarinya
saja..”
“nde..”
::
::
::
::
Donghae
menyibak-sibakkan kakinya ke hampa udara saat ia berjalan tanpa arah. Di tengah
keramaian jalanan itu justru ia merasa sangat sepi dalam kesendirian. Donghae
tak mendengar suara apapun, ia tak melihat siapapun di sana bersamanya. Bahkan
kepalanya yang sakit membuatnya makin jengkel saat mengingat kejadian itu..
‘pihak panti salah
memberikan data, putra kedua keluarga Lee adalah Yonghwa bukan Donghae..’
‘YongHwa??’
‘nde… Jung YongHwa, ia
diadopsi oleh keluarga Jung.. mereka menambahkan nama marga Jung padanya..’
‘jadi adik DongHwa
adalah YongHwa?’
‘aku tidak tahu dulu
Umma memberinya nama siapa, tapi jika itu YongHwa sepertinya memang tidak jauh
dari namaku..’
Donghae makin perih
mengingat pembicaraan kakak dan ayahnya saat pihak panti menemui mereka
kemarin.
Donghae memang berasal
dari panti asuhan, saat usianya sepuluh tahun Donghwa dan ayahnya datang dan mengajaknya
pulang. Mereka berkata jika Donghae adalah adiknya. ayah Donghae berpisah
dengan ibu Donghae karena suatu hal tanpa tahu jika yeoja itu ternyata
mengandung anak kedua mereka. Setelah melahirkan Donghae, Nyonya Lee meninggal
hingga membuat Donghae berada di panti itu.
“hyung…” keluh Donghae
“kau tidak tahu betapa bahagianya aku saat kau menggenggam tanganku dan berkata
bahwa aku tidak akan sendirian lagi mulai saat itu..” isaknya tiba-tiba “kau
tidak tahu betapa aku ingin menangis saat kau menyuruhku memanggilmu ‘hyung’?? aku
menemukan hidup hari itu.. aku bahkan tak sanggup berterimakasih padamu karena
memperbolehkan aku memelukmu..”
Hiks..
Hiks..
Tentu saja Donghae
mengenal YongHwa, mereka dulu teman yang dekat. Bahkan sampai sekarang
sekalipun mereka sudah tidak tinggal bersama-sama lagi di panti itu. Donghae
ingin sekali egois untuk kali ini tapi ia tidak bisa. Donghae terlalu
menyayangi DongHwa, ia juga tak bisa menyakiti YongHwa jika kebenaran itu
adalah kenyataannya.
Air matanya tak henti
mengalir. Terlalu sakit untuk menerima ini, terlalu sesak untuk bernapas,
terlalu berat untuk dijalani.
Brukk!!
Donghae menjatuhkan
tubuhnya menyandar pada sebuah pohon Blossom yang masih terlihat sedikit
bunganya. Kini ia jauh dari keramaian yang rasanya hanya sia-sia saja
menghiburnya karena ia tak meliriknya sama sekali.
Donghae makin terisak
dalam kesendiriannya..
Isakan yang hebat
hingga ia ingin berteriak saja..
HIKS..
HIKS..
Matanya nanar menatap
fotonya bersama Donghwa di layar ponselnya. Bagaimana ia bisa menjalani hidup
mulai sekarang tanpa kakak dan ayahnya? Kalau ia bisa memutar waktu, ia memilih
tidak pernah bertemu dengan mereka agar rasa sakit ini tidak ia rasakan.
“hyung… appa…”
Bibirnya bergetar saat
memanggil mereka.. pucat wajahnya mulai mencuat lemah, bahkan wajahnya tak
karuan lagi. sejak kemarin ia menangis hingga matanya merah dan membuat
lingkaran hitam di sana.
“apa aku akan mati
sekarang??”
Hiks.. hiks..
“aku tidak bisa
bernafas, hyung..”
::
::
::
::
Eunhyuk masih berusaha
mencari Donghae, kali ini ia bersama dengan Myungsoo dan Jungsoo.
“menurutmu ia pergi
kemana?” Jungsoo yang mengemudikan mobil mencoba mencari kemungkinan tempat
tujuan Donghae.
“Donghae hanya akan
pergi ke tempatku atau ke tempat kalian, hyung..” ujar Eunhyuk
“apa tidak ada lagi??”
“Donghae tidak suka
bepergian hyung..” imbuh Myungsoo “ia hanya akan pergi ke suatu tempat dengan
kami..”
Jungsoo ikut cemas
juga, ia sudah menganggap Donghae salah satu adiknya juga “bagaimana dengan
Donghwa ssi??”
“mollayo..”
“wae??”
“sepertinya Donghwa
hyung belum tahu kalau Donghae pergi dari rumah, dia tidak mencoba
menghubungiku sampai sekarang..”
“nde, padahal Donghwa
hyung akan menjadi orang pertama yang cemas jika sesuatu terjadi pada
Donghae..” tambah Myungsoo lagi “hyung.. apa seorang kakak bisa berubah
perasaannya saat ia tahu jika dongsaengnya bukan dongsaeng kandungnya?”
“kau bertanya padaku?”
“pada siapa lagi?”
“apa menurutmu aku
kakak yang seperti itu?? bukan hanya Donghae saja yang kuanggap dongsaeng, tapi
juga kau hyuk.. aku bahkan tidak pernah membedakan kalian bertiga..”
Eunhyuk dan Myungsoo
mengangguk, ya, selama ini memang Jungsoo sangat menyayangi mereka. Berada di
rumah siapapun diantara mereka bertiga, akan selalu merasakan kehangatan
seorang kakak. Demikian pula yang dilakukan Jinhyuk dan Donghwa selama ini.
tapi setelah kejadian ini ada yang berubah dari sikap Donghwa..
::
::
::
::
Tuan Lee, DongHwa,
YongHwa..
Mereka saling diam
berhadapan duduk tanpa suara. Bibir YongHwa terkatub bisu..
“YongHwa..” DongHwa
mencoba membuka pembicaraan “jadi bagaimana hidupmu selama ini?”
“eoh…”
“apa mereka merawatmu
dengan baik?” tanya Tuan Lee “apa kau benar-benar putraku??” sepertinya ia
masih ragu.
“appa…”
“mian… tapi keadaan ini
pasti sulit bagi kita semua.. kau mengerti kan maksudku YongHwa??”
“eoh, nde..”
“aku tidak bisa
membawaku pulang sampai proses itu selesai..”
“nde..”
“jika kau benar
adikku.. aku ada satu permintaan untukmu.. tapi itu akan ku katakan setelah
kita melakukan tes DNA..”
“nde, arraseo.. aku
bahkan tidak bisa meyakinkan diriku sendiri jika hal itu benar.. bahkan aku
berharap itu tidak benar.. Donghae adalah temanku, kami hidup seperti itu
selama ini.. walau kami tidak dekat sebagai sahabat tapi bukan berarti kami
bermusuhan..”
“gumapta,.”
::
::
::
::
Ponsel Donghwa berbunyi
tanda ada pesan masuk..
‘Hyung, bisakah kita
bertiga makan siang bersama di kedai favorit kita..’
Rupanya itu jelas dari
adiknya.. Donghwa mendesah panjang..
‘mian Hae, hari ini
hyung dan Appa ada urusan penting.. kau bisa pergi sendiri kan kalau ingin
makan di kedai? Jika masalah ini selesai lebih awal kami akan menyusul..’
Sending.. sent.. pip!
::
::
Mata Donghae memanas
menatap isi pesan yang diterimanya. Belum pernah ia sesedih ini menerima pesan
dari Donghwa. Satu pikiran yang ada di kepalanya saat ini.. ‘DongHwa sudah
tidak membutuhkannya lagi’
Apa yang bisa ia
perbuat kini?
Donghae menuju kedai
Jae Bong Ajjuhssi, tempat dimana ia biasanya bersama Hyung dan Appanya
menghabiskan waktu makan.
“Donghae-ya.. kau
sendiri??”
“nde, Ajjuhssi..”
“Appa, Hyung.. odieyo?”
“mereka akan menyusul
nanti.. Ajjuhssi berikan aku soju..”
“mwo??”
“aku tidak akan mabuk..
jebal..”
“ahh.. arra..”
Apa kau bilang? Tidak
akan mabuk? Mengacau saja Hae.. bahkan hanya minum satu gelas saja kau tidak
kuat.
Tidak peduli. Donghae
tidak peduli lagi.. ia ingin melupakan semua rasa sakitnya hari ini. ia ingin
hilang ingatan saja agar semua tak sepahit ini.
Satu teguk.. dua
teguk.. hingga gelas yang berikutnya, berikutnya lagi.. sampai Ia memaksa untuk
meminum beberapa botol..
Kau sudah gila Hae!!
::
::
BRUKK!!
Jungsoo menghentikan
mobilnya saat ada seorang namja menabrak bagian mobil itu. ia hampir saja
mengumpat, bagaimana bisa seseorang melintas begitu saja. apa dia ingin mati
eoh?? Eunhyuk dan Myungsoo segera keluar dan melihat siapa namja itu. tentu
saja hal itu mengejutkan mereka, karena itu adalah Donghae. namja yang mereka
cari sedari tadi..
“YAK!! LEE DONGHAE!!”
“HYUNG!!” panggil
Myungsoo
“cepat bawa dia
masuk..” perintah Jungsoo.
Eunhyuk membawa Donghae
untuk duduk di sebelahnya. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan temannya itu.
ranum bau Soju mencuat dari mulutnya yang tak berhenti mencercau lirih.
“Hae-ya.. apa yang kau
lakukan ini eoh?” marah Eunhyuk sambil menarik kepala Donghae untuk bersandar
pada bahunya. Kecemasannya pun menjalur pada Myungsoo dan Jungsoo.
“dia benar-benar
frustasi..” ungkap Myungsoo.
::
::
Eunhyuk menggendong
Donghae di punggungnya, merebahkan kasar namja itu di kasur milik Myungsoo.
“hyung… Donghwa hyung..
hiks..”
Jungsoo ikut menangis
melihat keadaan Donghae, setelah entah berapa banyak Soju ia habiskan hingga
membuatnya mabuk seperti ini. ia terus memanggil nama Donghwa tiada henti di
tengah isaknya.
“hyung, sebaiknya kita
menghubungi Donghwa hyung saja..” usul Myungsoo
“nde,. Eunhyuk-ah hubungi
Donghwa..”
::
::
::
::
Donghwa serasa
tertampar keras melihat adiknya terkapar tanpa daya di kamar Myungsoo. Terlebih
Tuan Lee, tertegun sendu membatu kaku. Mendengar Donghae yang terus merancau
tak jelas dalam kondisi setengah sadar.
“sekali saja hyung…
hiks.. sekali saja.. kita makan bersama,.” pintanya pilu menyayat “setelah itu
aku akan pergi.. aku tidak akan mengganggu kalian lagi..”
“apa maksudmu Hae?”
“sekali saja hyung…” ia
kembali meminta hal yang sama “sekali saja.. ijinkan aku bersama kalian..
sekali saja..” itu kalimat terakkhir yang mampu ia kumandangkan sebelum ia
benar-benar tidur.. atau lebih tepatnya tak sadar karena terlalu banyak soju
yang ia teguk tadi.
Donghwa menangis dalam
hati mendengar semua kata itu..
“Gumapta…” ucapnya pada
Jungsoo “kami akan membawanya pulang..”
Ya. Setelah mendengar
semua cerita dari Myungsoo dan Eunhyuk tadi, Donghwa seakan menjadi kakak yang
buruk di mata adiknya. bagaimana ia tidak tahu jika Donghae mencoba pergi dari
rumah. Ia tahu jika kebenaran itu memang nyata maka semua akan berubah tapi
bukan berarti Donghwa lalu menelantarkan Donghae begitu saja.
Apakah ia sudah
melupakan bagaimana Donghae mengisi harinya sebagai seorang adik selama ini.
Donghwa pun sudah terlanjur menyayanginya begitu dalam.
Tidak ada beban sama
sekali saat Donghwa menerima Donghae pertama kali. Sama seperti sekarang, ia
menggendong adiknya di punggung. Donghae sesekali menggerakkan kepalanya
menelusupkan di leher Donghwa. Tangannya erat memeluk Donghwa seakan takut jika
ia jatuh dari gendongan.
“mianhae Donghae-ya..”
bisik Donghwa “appa.. aku rasanya tidak ingin meneruskan ini..” umbarnya pada
sang ayah yang berjalan di sampingnya “lebih baik kebenaran itu tidak pernah
ada hingga seperti ini saja keadaan kita..”
“lalu bagaimana dengan
Yonghwa??”
“tapi aku tidak pernah
seyakin waktu kita membawa Donghae pulang…”
“itu mungkin karena
selama ini kau dan Donghae sudah sangat dekat.. tapi, jika kita benar-benar
ingin tahu kenyataan sebenarnya kita harus tetap melanjutkan ini.. segera urus proses
untuk test DNA itu..”
“kalau memang benar,
lalu bagaimana? Appa.. kejadian ini sudah membuktikan jika nanti tidak akan
baik-baik saja.. bagaimana perasaan Donghae? Yonghwa adalah temannya sendiri..”
“Donghwa-ya.. Donghae
akan tetap menjadi dongsaengmu.. dia akan tetap tinggal bersama kita..”
“aku tidak yakin, hari
ini saja sudah menjadi bukti jika nanti tak akan semudah yang kita pikirkan..”
jelasnya sambil membenahi posisi Donghae yang merosot sedikit ke bawah.
Keadaan ini
mengingatkannya pada beberapa tahun yang lalu. Donghae merengek meminta Donghwa
untuk menggendongnya pertama kali. Donghae mengaku jika kakinya sakit, lututnya
yang terluka karena jatuh membuatnya tidak bisa berjalan.. bagaimana bisa luka
yang hanya lima mili itu membuatnya tidak bisa jalan? Donghwa menebak kalau
adiknya hanya malas saja dan sengaja menjadikan luka itu sebagai alasan..
::
Donghae mengayunkan
kakinya ke depan belakang hingga membuat gendongan sedikit oleng.
“Ya, berhentilah
bergerak.. kau bilang kakimu sakit? tapi kenapa kau menggerakkan seperti itu..
akan ku turunkan kau di sini kalau tidak mau diam..” ancam Donghwa pada Donghae
kecil
“hajimayo hyung… ini
memang sakit tapi aku senang..”
“wae?”
“karena sekarang ada
yang menggendongku.. ini pertama kalinya ada yang menggendongku.. eoh, hyung
kau akan menggendongku terus kan jika aku terluka? Aku suka berada di atas
punggungmu.. gumapseumida hyungnim..” ungkapnya polos dan lucu hampir membuat
Donghwa terkikik geli.
::
::
::
::
Donghwa mendengar suara
keran air terus menyalah. Kecurigaannya benar, jika yang di dalam kamar mandi
adalah Donghae. lama sekali ia menunggu pintu itu terbuka tapi ia tak sabar..
ini sudah 15 menit ia berdiri mematung..
“Lee Donghae.. buka
pintunya saengi.. gwaenchana? Kau baik-baik saja kan?”
Tidak ada jawaban.
“Yak, Donghae-ya..”
Masih diam.
“LEE DONGHAE!!”
akhirnya ia berteriak histeris sambil menggedor pintu itu hingga menimbulkan
suara berisik tajam.
Usahanya berhasil.
Donghae membuka pintu.. tapi begitu melihat wajah Donghae yang menyerupai mayat
hidup, Donghwa dirudung kepanikan. Ia menyentuh wajah adiknya, memeriksa
seluruh bagian tubuhnya. Dingin. Suhu tubuh Donghae begitu dingin. Gurat
kecemasan tak bisa lagi di sembunyikan. Ia tahu, sejak semalam keadaannya
memang sudah kacau. Dan tentu saja soju itu membuat Donghae semakin parah
seperti ini. tubuhnya masih linglung sekalipun kesadaran Donghae sudah kembali.
Tapi tetap saja ia tak bisa mengendalikan sakit di sekujur badannya.
Ia bahkan sudah
memuntahkan seluruh isi perutnya sejak setengah jam yang lalu di kamar mandi.
Kini Ia merasa tak memiliki tenaga lagi.
“kajja.. sebaiknya kau
kembali istirahat..” Donghwa memamah Donghae masuk kamarnya tanpa penolakan. Ia
kembali berbaring dan bergelung selimut.
Semangkuk soup hangat
di suapkan Donghwa padanya untuk sekedar menghangatkan perut yang memang sudah
kosong tanpa isi itu.
“kau masih pusing?”
Donghae mengangguk “tubuhmu sakit semua??” kembali ia mengangguk “siapa suruh
kau minum soju? Bukankah kau tidak bisa meneguknya walau hanya satu gelas? Itu
jelas salahmu sendiri..” sindirnya sambil menyuapkan sendok soup di sendok
terakhirnya.
“mian..” hanya satu
kata terucap
“katakan pada hyung,
kenapa kau lakukan itu semua? Apa aku pernah mengajarimu seperti itu?”
“ani..” kembali satu
kata
“lalu? Waeyo??”
“gwaenchana..”
“yak, Hae.. kau
benar-benar tidak mau mengatakannya?”
“mwo??”
“dasar anak nakal!!”
Donghwa memukul kepala Donghae pelan “apa ada kaitannya dengan Yonghwa? Kau
sudah tahu semuanya??” kali ini Donghae memalingkan wajahnya “jadi benar..”
lanjut Donghwa “kau pikir kau bisa pergi begitu saja setelah mendengar semua
itu? kau pikir kau bisa menghilang begitu saja dari pandangan kami? Kau pikir
hubungan kita selama ini berhenti seperti sebuah kontrak? Aaiigo, Hae..
bersikaplah dewasa..”
“aku pikir aku sudah
benar hyung.. aku memang harus pergi, itu kenapa kemarin aku minta satu
kesempatan untuk kita bisa makan bersama.. tapi aku tidak bisa membayar waktu
yang kalian punya untuk bersamaku, aku tahu itu..”
“Donghae-ya..”
“aku bukan adik
kandungmu hyung..”
“YAK!! itu belum
terbukti Hae-ya.. semua surat keterangan dan pengakuan itu memang benar tapi
belum cukup untuk membenarkan semua hal..” bentak Donghwa “ganti bajumu, kau
ikut denganku dan Appa.. kita ke rumah sakit.. kami akan test DNA..”
“Shiirreeoo..”
“wae?”
“apa hyung ingin aku
lebih sakit dari ini?”
“Yak, dengar.. kau
harus tahu kebenarannya nanti.. setelah itu kita pikirkan yang lainnya..”
“aku tidak mau
hyungie..” rengeknya “kau pergi saja dengan Appa, jangan pikirkan aku..”
“aku akan tetap menyeretmu
Lee Donghae.. bahkan jika memang Jung Yonghwa adalah adikku, kau juga tetap
adikku..”
“tidak bisa hyung..”
“wae?”
Hiks.. satu isakan
keluar tiba-tiba.. “aku dan Yonghwa begitu menantikan saat dimana ada orang
yang menjemput kami dari panti.. saat kau menjemputku dan Yonghwa ikut keluarga
Jung, kami sangat bahagia dan saling berjanji untuk tetap selalu menjadi teman.
Sekarang bayangkan bagaimana perasaannya jika ia tahu selama ini aku tinggal
dengan keluarga kandungnya? Aku sama seperti orang yang merebut hak miliknya..
dia temanku hyung..”
“lalu bagaimana
perasaanmu sendiri? apa kau juga tidak merasa jika keluargamu akan di rebut
oleh orang lain? apa kau juga tidak bisa merasakan apa yang hyung dan appa
rasakan saat ini? kau mau egois? Atau kau mau menghindari semua ini dengan
pergi dari kami begitu saja? apa aku pernah mengajarimu untuk menjadi pengecut?
Lee Donghae.. jangan bohongi perasaanmu, aku tahu kau sangat takut kali ini..
tapi percayalah.. Hyung bahkan tidak bisa berhenti menyayangimu.. kau adikku..
dan selamanya akan tetap seperti itu..”
“hyung..”
“ganti banjumu.. aku
tunggu kau di luar..” pinta Donghwa singkat tapi tegas dan jelas.
::
::
::
::
Hanya dengan mencium
bau obat saja rasanya sudah membuat mual apalagi kalau ia masuk lebih dalam ke ruangan-ruangan
di sana. Donghae ingin sekali memutar balik langkahnya jika tidak di dekap erat
oleh Donghwa dan Appanya. Kenapa ia harus terlibat masalah ini? kenapa tidak di
selesaikan saja tanpa dirinya. Donghae enggan juga bertemu dengan Yonghwa,
hubungan mereka tidak retak tapi sedikit kaku dan beku sejak kejadian ini.
mereka tidak saling sapa bahkan Donghae selalu menghindar jika ia akan bertemu
dengan Yonghwa.
Tapi kali ini ia tak
bisa meloloskan diri. Yonghwa sudah menunggu mereka bersama Tuan dan Nyonya
Jung, orangtua angkatnya.
Donghae masih ingat
bagaimana saat mereka tinggal di panti. Sejak kecil mereka sudah bersama dan
tidak mengetahui sama sekali keberadaan keluarganya. Bahkan alasan mengapa
mereka bisa di tinggal di tempat itu pun tak ada yang tahu.
“Donghae-ya..” panggil
YongHwa
“Yonghwa..”
“bagaimana? Semua sudah
siap?” sambut seorang Uisa menghampiri mereka.
“nde..”
“kalau begitu, Tuan
Lee.. Yonghwa ssi.. ikut dengan kami..”
Donghae sedikit
menggerutu, kenapa harus serumit ini prosesnya? Kenapa mereka tidak mengambil
sample saja dari Appa dan Yonghwa lalu menyerahkannya pada dokter, sudah cukup
bukan? Kenapa harus banyak orang seperti ini? membuatnya semakin tidak bisa
bergerak saja. dan haruskah ia ikut menunggu??
“hyung…” panggilnya
“boleh aku membeli minum, aku haus..”
Donghwa mengeryit
curiga.. apa ini hanya alasan Donghae saja atau?
“aku tidak akan kabur,
aku benar-benar haus hyung..” jengkelnya karena ia tahu Donghwa masih berpikir
untuk memberinya ijin “aku juga sedikit pusing juga mual dengan bau obat rumah
sakit. bisakah aku keluar sebentar?”
“nde..” Dengan sedikit
berat hati Donghwa mengijinkan Donghae untuk keluar.
::
::
Donghae tidak
mengingkari janjinya, ia memang hanya membeli sebotol minuman yang bisa
menghilangkan rasa mual yang sejak tadi di tahannya. Ia juga mengambil beberapa
botol untuk yang lainnya sebelum ia kembali menemui Donghwa.
Mereka masih dalam
posisi yang sama seperti tadi, sampai tiba-tiba Uisa muncul di hadapan mereka.
Ragu tapi tetap melangkah dekat, Donghae ingin mendengar bagaimana hasilnya..
sekalipun ia tahu bahwa kebenaran sudah ada sejak awal namun tetap saja
keterangan Uisa akan lebih melengkapi keyakinannya dan memusnahkan keraguannya.
“bagaimana??” Tuan dan
Nyonya Jung pun tak sabar rupanya.
“sebentar..” tahan
Uisa..
Sesaat Yonghwa dan Tuan
Lee keluar menyusul sang dokter menemui mereka.
“Appa…”
“Yonghwa..”
“baiklah.. mungkin
sebaiknya kalian sendiri yang harus melihat hasilnya..” dokter itu memanggil
seorang perawat yang membantunya.
“SEON UISA!!” baru saja
ia akan menyerahkan hasilnya, seorang dokter lain meneriakinya “TANGKAP PASIEN
ITU!!” rupanya ada seorang pasien yang berusaha untuk kabur.
Keributan itu terjadi.
Mereka malah berusaha untuk mencegah namja setengah baya yang mencoba untuk
kabur dengan banyak luka di tubuhnya. Ia menolak untuk di obati karena merasa
dirinya baik-baik saja. yang menyedihkan lagi, pasien itu berada di tingkat
akhir penyakitnya. Ia benar-benar tidak ingin di sembuhkan, memberontak setiap
kali ada pengobatan.
“Tuan Shin.. anda harus
kembali ke kamar..” bujuk Seon Uisa “bukankah hari ini putra anda akan datang
dari luar negeri demi anda? Jadi kembalilah ke kamar agar dia bisa menemui anda
nanti..” ia masih membujuk.
“animida Uisa..
gojimal.. anda sudah mengatakan itu sejak dua hari yang lalu dan dia tidak
pernah datang..”
“animida.. kali ini dia
pasti datang..”
“putraku?? Dia akan
datang??”
“nde..”
Tuan Shin sekilas
menatap mereka semua yang mengepungnya hingga pandangan itu berhenti pada satu
orang..
“OMO!! Putraku…” ia tangkupkan
kedua tanganya di wajah namja itu.. Lee Donghae.
“Ajjuhssi.. kau salah
orang..” tolak Donghae tapi ia tak di dengar, Tuan Shin malah memeluk Donghae
erat seakan tak mau melepaskannya.
“Shin Min Ki..
putraku..”
“Ajjuhssi.. namaku Lee
Donghae..”
“ani.. kau Shin Minki
putraku..”
Seon Uisa lalu memberi
kode pada Donghae untuk membantunya sementara. Hah!! Donghae mengangguk malas..
“appa.. sebaiknya kau
kembali ke kamar..” kata Donghae..
Tuan Shin memekik.. ia
menyadari sesuatu hingga akhirnya berteriak..
“KAU BUKAN PUTRAKU!!
KAU BUKAN DIA.. DIA TIDAK BEGITU PADAKU.. DIA MEMANGGILKU ABEOJI BUKAN APPA..!!
NUGUYA?? NUGUYA??” Tuan Shin malah marah, mengamuk dan mencoba memukul Donghae
hingga anak itu kuawalahan.
Donghwa tak tahan
melihat adiknya terus dipukul seperti itu. ia memberanikan diri menolong
Donghae.. “Ajjuhssi.. hentikan jangan pukul dia lagi..”
“Yak.. nuguya?
Nuguya??” kini ia bertanya pada Donghwa “kau.. kau mau mengambil putraku? Tidak
akan ku biarkan..” OMO!! Bagaimana ia bisa berubah pikiran secepat itu? ia
kembali melihat Donghae sebagai putranya.
Kejadian pahit yang di
alaminya menyisahkan trauma berat bagi Tuan Shin. Itulah kenapa ia mendapat
perawatan yang intens. Kanker otak yang di deritanya bahkan sudah mulai
menggerogoti ingatannya.
“kau tidak boleh
membawanya pergi.. menjauh dari kami sekarang..” Tuan Shin mendorong Donghwa
dan menarik Donghae dalam pelukannya lagi. Parahnya, ia memegang sebuah pisau
operasi yang di temukannya di dalam kotak di atas meja nakas perawat.
Donghae tak bisa
berbuat apapun, ia tak mau kasar dan melukai pasien itu tapi bagaimana?? Lagi
pula ia mulai merasa mual dan pusing lagi, benar-benar bau rumah sakit itu
tidak bisa di tahannya, ditambah semalam dia malah mabuk berat.
Eoh.. hanya ada satu
cara..
“Abeoji.. ayo kita
kembali ke kamarmu..” bisik Donghae lembut di telinga Tuan Shin yang masih
memeluknya “kajja Abeoji..”
“ani.. aniyo MinKi-ya..
abeoji harus menyingkirkan namja itu dulu.. kau akan aman setelah dia pergi..”
Tuan Shin menyembunyikan Donghae di belakang punggungnya dan berusaha menyerang
Donghwa dengan pisau itu.
Tidak. Ini tidak bisa
di biarkan begitu saja. Para dokter dan perawat bersiap untuk menghentikan
semua itu.. dan pada hitungan ketiga mereka berencana bergerak sesuai aba-aba
Soen Uisa..
Hana..
Dul..
AAARRRGGHHH!!!
AAKH!!
“MWO??”
“DONGHAE!!”
Waegurrae??
Pada hitungan kedua,
rupanya Tuan Shin sudah melakukan tindakannya. Ia hampir menusukkan pisau itu
ke arah Donghwa. Donghae yang melihat itu cekatan menangkap lengan kanan Tuan
Shin, memutar tubuhnya hingga mereka berhadapan.. dan..
Pisau itu menggores
perut Donghae yang berusaha menyelamatkan Donghwa.
Tuan Shin terkejut..
dalam pikirannya.. ia melukai putranya.. Shin MinKi..
Tak menunggu lagi,
mereka langsung menenangkan Tuan Shin, menyergapnya dan membawanya kembali ke
kamarnya walau ia masih berteriak dan memanggil nama MinKi. Seon Uisa
terkecuali, karena ia harus menyelamatkan Donghae yang penuh darah di perutnya.
“hyung… appo..” keluh
Donghae dalam dekapan Donghwa
“Donghae-ya.. tahan
saengi.. tahan..”
“tahan nae adeul..”
begitu pula Tuan Lee yang tak kalah cemas.
“siapkan ruang
operasi..” perintah Seon Uisa
“andwae… aku takut
hyung, aku tidak mau masuk ruangan itu.. jebal.. Appa..”
“Donghae-ya.. jangan
takut..”
“andwae hyung… Appa..
jebal..” ringiknya
“Donghwa ssi.. anda
boleh ikut kami masuk sebentar..” akhirnya Seon Uisa mengambil kebijakan, ia
berpikir jika lebih baik Donghwa menemani Donghae didalam akan sangat membantu.
Donghwa memegang erat
tangan Donghae yang masih ketakutan dan berusaha memberontak. Namun akhirnya ia
bisa menenangkan Donghae dengan mengusap lembut kepalanya, memberinya kecupan
di kening Donghae dan membisikkan sebuah kalimat..
“saranghae saengi… Lee
Donghae..”
Saat itulah kesempatan
Uisa memberinya suntikan bius. Donghae semakin tenggelam dalam tidurnya namun
genggaman tangannya masih menempel erat di tangan Donghwa.
“Uisa.. tolong
selamatkan dongsaeng saya..”
“nde, Donghwa ssi..
sekarang anda bisa keluar? Kami akan berusaha menolongnya..”
Donghwa mengerti. ia
keluar dari ruangan itu dan mempercayakan Donghae pada mereka yang ahli.
::
::
::
::
Donghwa dan Tuan Lee
duduk di samping kanan kiri Donghae berbaring. Setelah dokter menyatakan ia
baik-baik saja dan memindahkan Donghae ke ruang perawatan, mereka memilih
menunggu anak itu sadar.
Mereka seakan lupa
tujuan awal ke tempat ini hingga Donghae membuka matanya bangun.
“Lee Donghae.. kau
sudah sadar??”
“hyung?”
“gwaenchana? Masih
sakit?” Donghae mengangguk “arra.. jangan banyak bergerak dulu, kau membutuhkan
sesuatu?” Donghae menggeleng.
“apa lukaku parah??”
“ani.. hanya beberapa
jahitan saja..”
“hah..”
“kau membahayakan
dirimu tadi? Jangan lakukan lagi..” marah Tuan Lee
“Appa, aku takut hyung
terluka… Ajjuhssi itu benar-benar menakutkan.. apa dia sebegitu merindukan
anaknya? Shin Min Ki?”
“mollayo.. yang jelas..
jangan lakukan lagi.. gurigo.. gumawoyo..” ucap Donghwa
“ehm..” angguknya “ehm..
bagaimana?? Hasilnya… bagaimana??” lanjutnya
“eoh??”
“Yonghwa anak kandung
Appa?? Dongsaeng Donghwa hyung??”
“itu…”
“mwo??”
Klleekk..traakk..
Pintu kamarnya terbuka
tiba-tiba. Ada Yonghwa masuk sambil membawa hasil test mereka..
“kau ingin tahu
kebenarannya??”
“Yonghwa..ya..”
“Hae-ya.. harusnya aku
tidak perlu melakukan test DNA ini.. karena tanpa test ini.. kebenaran itu
sudah ada..”
“mworago?? aku tidak
mengerti..”
Yonghwa menyodorkan
kertas itu pada Donghae “bacalah sendiri..”
Donghae ragu, apa ia
berhak untuk membacanya atau tidak. Tangannya sedikit gementar dan matanya
enggan melihat lebih jauh. Tapi ia terus memaksa dirinya sendiri..
Donghae harus tahu
semuanya..
Begitu membaca hasilnya
betapa ia sangat terkejut..
Lee Dong Jung – Lee
Dong Hae = 99%
“mwo?? apa.. maksudnya
ini??”
Yonghwa tersenyum..
“aku tidak melakukan
test itu Donghae-ya.. kaulah yang melakukannya.. dan itu hasilnya. Jadi aku
jelas bukan adik kandung Donghwa hyung.. namaku memang Yonghwa tapi aku Jung
Yonghwa bukan Lee Yonghwa..!!” tuturnya
“lalu??”
“nde.. Appa sengaja
mengambil sample rambutmu kemarin karena Yonghwa ingin kau yang membuktikan
kebenaran itu bukan dirinya..”
“jadi..” Donghae tak
meneruskan perkataannya. Ia menunduk… terisak..
“waeyo??”
“hyung…” rengeknya lucu
“percuma saja yang kulakukan beberapa hari ini.. aku pergi dari rumah, aku
minum banyak soju.. itu menyakitkan sekali..”
“MWO?? ha..ha.. siapa
suruh kau melakukannya? Dasar ceroboh!! Babo!! Jongmal baboya!!” ledek Donghwa
“HYUNG… aisshh.. appa..
hyungie meledekku..” adunya pada Tuan Lee “apa ini benar?? aku benar-benar anak
kandung Appa?? Aku benar-benar adikmu hyung? Kau tidak akan menyuruhku pergi
kan??”
TUUUKK!!
“aa….aappooo..” Donghae
memengang kepalanya sehabis Donghwa memukulkya dengan ujung jari telunjuk
“apayo??”
“tentu saja… aissh, kau
ini..”
::
::
::
::
Matanya berbinar
melihat makanan yang tersaji penuh di meja itu. ia selalu suka jika semua
makanan kesukaannya bisa di pesan semua.
“hey.. apa kau juga
akan memesan soju seperti waktu itu?”
“Hyung… jangan
menggodaku.. kalau kau mau menggendongku, itu tidak masalah..” candanya.
“Yak, appa menyuruhmu
ke universitas bukan untuk belajar minum soju Hae-ya.. awas saja kalau kau
mabuk lagi. akan ku kurung kau di kamar mandi..” ancam Tuan Lee
“OMO!! Menyeramkan…”
keduanya bergidik lucu
“sudah.. kita habiskan
ini semua..”
“nde…!!” kompak sekali
kalau soal makan.
::
Sudah berlalu….
Pihak panti meminta
maaf atas kekeliruan informasi yang di sampaikannya kemarin. Donghae dan
Yonghwa masuk ke panti pada waktu yang sama. Kesalahan penulisan nama memang
mengacaukan segalanya. Ya, hanya karena nama.. seharusnya Donghae memiliki nama
Yonghwa..
Sekalipun sekarang ia
menjadi Donghae, tidak masalah juga.. karena Donghwa lebih peka untuk tahu mana
yang adik kandungnya. Ya, kedekatan, ikatan, guratan dan suratan takdir memang
selalu tak terkatakan tapi terjelaskan hanya dengan ‘rasa’.
::
“kau tidak akan pergi
lagi kan?” suara Donghwa
“ani..”
“apa kau masih meminta
satu kesempatan??”
“ani.. aku akan
memintanya setiap hari..”
“kalau begitu tetaplah
disisihku apapun yang terjadi, nae saengi..”
“nde.. Hwa hyung..”
“sarangahae Hae..
jongmal saranghae..”
“nado, hyung..”
::
:: Happy Brother Day ::
:: katakan jika kau
menyayanginya.. katakan jika kau tak ingin menyesalinya.. ::
*FIN*
[Tuliskan komentar setelah membaca ff ini, untuk perbaikan lebih lanjut agar cerita yang ada nantinya lebih baik.. terimakasih.. :) ]
Sweet bgt :) entah kenapa baca ff ini mlah keinget scandal kangin T_T author keep writer #fighting
BalasHapusSweet dan mengharuhan,, cukup membuat saya meneteskan air mata.. Sekarang susah sekali mencari ff brothership Donghae jadi tetaplah berkarya.. Aku ga punya kritik karena ff mu selalu luar biasa dan selalu ditunggu ^^
BalasHapusđŸ˜¢đŸ˜¢... aku nangis baca nya
BalasHapusSemangat terus berkarya
BalasHapusNice chingu..
BalasHapus