Selasa, 22 Maret 2016

Crown of Prince [16]



Genre :
Brothership, Families, Friendship, Lovely, Hedonism
Cast :
Park Jungsoo [Park Leeteuk][31] _ Kim JongWoon [Park Yesung][29] _ Lee Sungmin [ Park Sungmin][26] _ Lee Donghae [Park Donghae][20]
OtherCast :
Han JiMin _ Lee BoYoung _ Kim SaEun _ Kang Sora
Han Hyun Pil [Kepala Pelayan Han] _ Choi Jin Hyuk [Sekretaris Choi]
Kim Ryeowook _ Choi Siwon
Park YeonSeol [Appa] _ Park ShinMin [Umma]
Song :
THE LITTLE PRINCE [by-Ryeowook]
>< 
..
>< 
DIANJURKAN UNTUK MEMBUKA BLOG INI SECARA LANGSUNG [NON SELULAR] COZ, MUSIK YANG ADA DI BLOG MENDUKUNG UNTUK MENGADUK PERASAAN KITA.. :) HEHEHE.. TP TDK MEMAKSA KOK ^^
>< 
..
>< 
 -What the name of this feeling-
>< 
..
>< 
Yang dilakukan yeoja itu sama persis waktu pertama kali ia mengantarnya pulang. Duduk menunggu bus di halte depan minimarket tak jauh dari hotel. Kakinya disibak-sibak menendang udara hampa mengusir dinginnya malam. Berulang kali ia melihat jam di lengan kanannya..
Ada dorongan perasaan saat melihat semua itu,. hingga..
       “Jimin ssi..” Leeteuk menghentikan mobilnya di depan yeoja yang sudah menjadi perhatiannya dari tadi.
       “Presdir??”
       “masuklah..”
       “eoh, aniyo.. aku akan naik bus saja..”
       “cepat naik..” Leeteuk tak ingin ada penolakan “atau aku akan..”
       “NDE..!!” serunya tiba-tiba. Ia sudah hapal dengan ancaman Leeteuk padanya kalau tidak menuruti kemauan namja itu.
Han Jimin memandang wajah Leeteuk yang sepertinya kurang tidur, ada lekuk hitam disekitar matanya. Han Jimin bisa menebak kalau itu hasil perbuatannya sendiri. tentunya namja itu tidak bisa tidur tenang sedangkan adiknya masih belum sadar di rumah sakit. ia mendengar semuanya dari Han Hyun Pil. Ayahnya tak kalah cemas karena keadaan Donghae belum membaik sampai sekarang, ia sudah memasak bubur berulang kali dan gagal di makan oleh Donghae.
       “Leeteuk ssi..” ia menempatkan diri sebagai teman bagi namja itu sesuai keinginannya.. “bagaimana dengan Donghae?”
Leeteuk tak segera menjawab.. cukup lama ia terdiam hingga..
       “apa kau juga mencemaskannya?”
       “nde.. aku sudah lama tidak melihatnya ke Hotel, biasanya dia akan berteriak meminta makanan padaku.. kalau tidak maka ancaman yang sama seperti tadi terlontar dari mulutnya.. tentu saja aku merindukannya..”
       “gumawo.. dongsaengku benar-benar beruntung, karena banyak yang mencemaskannya.. tapi itu belum cukup untuk membangunkannya sampai sekarang..”
       “apa ada luka yang serius??”
       “ani.. kami juga tidak tahu kenapa ia seperti itu..”
       “kuharap dia baik-baik saja.. percayalah, dia akan segera bangun.. kurasa ia akan menuruti semua perkataanmu kan.. jadi cobalah berbicara padanya..”
Leeteuk merasa bahwa yoeja itu selalu bisa membuatnya tenang “gumapta, aku sudah melakukannya tiap hari.. kurasa aku kurang keras menegurnya..”
       “nde, jangan berhenti mencoba..”
       “ehm..” angguknya.
>< 
..
>< 
Dua orang yang usianya lebih dari separuh abad itu gusar melihat Donghae yang belum membuka mata. Berulang kali ia mengomel tak jelas memarahi anak itu yang tetap menjadi perbuatan sia-sia karena nyatanya ia tak akan mendengarkan .
       “Ummanim.. simpan semua perkataan itu untuk nanti setelah ia bangun..” ujar Shinmin “percuma saja kalau ia tidak mendengarnya.. lebih baik sekarang Ummanim dan Abeoji makan saja dulu..”
       “lalu siapa yang akan menjaganya??”
Tleekk.. klek..
Tepat saat itu, Leeteuk masuk..
       “eoh.. biar aku saja..”
       “Leeteuk-ah..”
       “nde, Umma.. temani Harrabeoji dan Halmoni makan..”
       “baiklah..”
Setelahnya, hanya ada Leeteuk di tempat itu.. tanpa suara ia menemani Donghae yang begitu betah dengan keadaannya.. Leeteuk hanya menggenggam lembut tangan dongsaengnya yang terbebas infus.
Pergerakan tangannya seketika terhenti saat yang diharapkan sepertinya ada hasil. Pejaman itu menampakkan bola mata yang bergerak seakan memberi tanda bahwa sebentar lagi ia akan terbuka.
Dan benar..
Perlahan, Donghae membuka matanya sayu..
Ia mengerjap beberapa kali untuk menyeimbangkan penglihatan dengan cahaya kamar yang terlalu silau baginya.
       “saengi…” panggil lirih Leeteuk “saengi-ah..”
       “h..hyu..ng..??”
       “nde.. kau bangun??” senyum itu melebar begitu saja “gwaenchana??”
       “hyu..ng.. di..mana??”
       “eoh, kau di rumah sakit.. kau tahu, kau membuat semua orang cemas.. kau tidur tiga hari..”
       “wae..yo??”
       “kau tidak ingat??”
Sementara Donghae mencoba mengingatnya, Leeteuk sudah menjelaskan semuanya..
       “kau kecelakaan tiga hari yang lalu, untung saja hyung menemukanmu Hae-ya..”
“hyu…ng..” tiba-tiba Donghae mengingat semuanya, mengingat alasan kenapa dirinya sampai bisa lepas kendali dan mengalami ini semua “dia… ibuku.. ibu kandungku??” ungkapnya tak kuasa untuk menahan air mata lagi. Leeteuk tak bisa membiarkan ini terjadi, ia membawa Donghae dalam dekapannya.. terus mengusap lembut kepalanya..
“sudah, jangan kau pikirkkan itu dulu.. yang penting sekarang kau sembuh dulu.. kau butuh sesuatu? Kau mau minum??”
“an..niyo.. hy..hyung...”
“wae?”
“aku.. aku..”
“kau.. apa??”
“jebal..”
Hah.. “gwaenchana.. semuanya sudah selesai..”
“nde??”
“baiklah..”
“mwo??”
Leeteuk berusaha menjelaskan pada Donghae perlahan, bagaimanapun juga ia berhak untuk tahu semuanya. Leeteuk tahu, Donghae pasti akan lebih terluka jika masih ada yang disembunyikan daripadanya. Dia merasa menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu apapun selama ini.  Leeteuk sangat tahu perasaan Donghae..
“Donghae-ya.. dengarkan semua perkataan hyung.. Pengajar Jang telah menyelamatkan nyawamu, ia memberikan darahnya padamu kemarin.. tapi ia tidak memaksamu untuk menerima kenyataan itu, karena bagaimanapun juga, secara hukum kau adalah putra keluarga Park..”
Hiks..
Hiks..
Donghae mencoba menahan isaknya dengan menggingit punggung tangannya, tapi percuma itu tidak membantu.. Leeteuk tentu saja tak menginginkan jika adiknya terluka lagi..
            “Hae-ya, jangan lakukan itu saengi..” dengan keras dan sedikit paksaan ia menyuruh Donghae menghentikan tindakannya. Bagaimana bisa ia melukai diri sendiri seperti itu?? “lepaskan tanganmu, kau hanya akan menambah luka di tubuhmu, kau tahu kan aku tidak menyukainya??”
“lalu kemana dia sekarang?” tanyanya tanpa peduli dengan perhatian Leeteuk.
“dia pergi Hae-ya.. dia sudah pergi..”
Jawaban itu semakin menambah pedihnya hati “wae?? Dia tidak mau melihatku? Dia mau membuangku lagi hyung??” emosi Donghae dengan nada sedikit keras dan dipaksakannya
            “aniyo.. dia sangat menyayangimu.. itu kenapa dia memutuskan untuk pergi..”
            “lalu.. bagaimana aku mengucapkan terimakasih?? Bagaimana.. hyu..ng??”
Kali ini Leeteuk yang tersakiti oleh pernyataan itu. Leeteuk tidak terima kalau Donghae menerima keberadaan yeoja itu.. Leeteuk tidak mau Donghae nanti berusaha mencarinya atau menemuinya. Donghae hanya milik mereka, bukan milik siapapun..
Egoiskah??
Tentu.
Tapi itu nyatanya. Selama ini ia melakukan apapun untuk Donghae, tidak ada yang lebih menyayanginya kecuali mereka..
            “waeyo?? Kau..”
            “aniyo.. hyung.. aku.. aku hanya ingin.. mengatakan itu saja.. hyung.. aku sendiri tidak tahu harus bagaimana.. ottoke hyung? Ottoke??”
Leeteuk mendesah “lupakan itu dulu Hae..” akhirnya “setidaknya kau harus sembuh dulu.. lihat, kau bahkan masih selemah ini..” kembali ia mengungkapkan hal yang sama dan percayalah, mereka masih dalam posisi sama, berpelukan “hyung tidak ingin melihatmu selemah ini Hae, karena jika kau seperti ini maka hyung juga akan lemah.. kau tahu, kami tidak ingin kehilanganmu.. kami sangat menyayangimu.. jadi, mengertilah untuk saat ini..”
            “mian..”
            “wae?”
            “aku membuat cemas… aku tahu pasti hyung sangat sedih kan?? Apa itu artinya aku sangat penting untuk kalian..”
            “babo!!” Leeteuk sedikit memukul punggung Donghae “tentu saja.. kau ini kenapa babo sekali eeohh? Apa luka di kepalamu itu mengurangi kecerdasanmu??”
            “hy..hyung… app..po…”
Haha.. sedikit tawa di tengah kepedihannya.
            “setidaknya, hyung senang kau bangun sekarang… gumawo Hae..”
>< 
..
>< 
Dua pasang mata itu melihat bagaimana ia memainkan jari-jari tangannya. Kepalanya menunduk dengan bekas air mata di sudut pipinya. Seorang dari mereka tak tahan mendiamkan hal itu karena bisa saja melukai punggung tangannya yang masih di infus. Namja itu akhirnya menggenggam erat tangan itu..
       “hyung bilang jangan menambah luka di tubuhmu, kenapa kau masih melakukan itu Hae?”
       “jangan membuat Yesung hyung semakin ketat menjagamu di sini.. kau tidak akan bisa cepat pulang Hae..”
       “Sungmin.. hyung…”
       “wae?? Bukankah aku benar?” Sungmin datang setelah Leeteuk menghubunginya kalau Donghae sudah bangun. Dan sinilah mereka sekarang.. menemani Donghae..
       “di tubuh ini.. sekarang mengalir darahnya..”
       “walaupun ia tidak mendonorkan darahnya, kau tetaplah anaknya.. kau sudah minum darahnya sejak bayi.. ayolah saengi, jangan seperti ini terus.. masalah itu sudah berakhir..”
       “tapi hy..hyung..”
       “waeyo?? Apa lagi?? apa sebenarnya kau merasa bersalah padanya? Kau mau memanggilnya Umma?? Kau ingin meminta maaf atau berterimakasih padanya??” keras Leeteuk
       “Hyung, jangan seperti itu..” cegah Sungmin, ia tahu Leeteuk lebih sensitif dan egois akhir-akhir ini “kalau aku di posisi Donghae, aku juga akan bersikap sama.. selama ini kita menyimpan kenyataan itu, menjauhkan Donghae dari ibunya.. kita salah, tapi kita juga benar.. kita melindungi dongsaeng kita.. setelah ia tahu semua, bayangkan.. betapa sulitnya posisi Donghae..”
Leeteuk terdiam, ia paham maksud Sungmin..
       “mianhae.. jongmal mianhae..” ungkapnya “hyung hanya tidak ingin kehilanganmu Hae,.” peluknya erat untuk kedua kalinya “kami menyayangimu.. jauh melebihi kasih sayangnya..”
Hiks..
Hiks..
Akhinya keluar lagi kepedihan itu.
       “arraseo hyung.. nado, saranghaeyo..”
       “jangan pikirkan apapun sekarang, kau harus sembuh dulu..” bisiknya “setelah itu kita bisa mencari jalan keluarnya nanti.. kau paham kan??”
       “nde..” angguknya.
Sungmin lega, jika Leeteuk dan Donghae bisa saling mengerti.
>< 
..
>< 
       “apa aku boleh makan itu Halmoni??” tunjuknya pada sepotong kue pemberian Kim Saeun. Rupanya suasana hati Donghae sudah stabil, di tambah kedatangan Saeun yang sengaja menyusul Sungmin.
       “tentu saja, aku sudah membawakanmu jauh-jauh dari caffe dan kau tidak memakannya? Menyedihkan.. dan asal kau tahu, aku selalu membawakan untukmu sejak tiga hari yang lalu dan berakhir pada BoYoung unnie.. ku pikir hari ini pun sama.. tapi aku senang kau sudah bangun Hae-ya..” cerocos Saeun tanpa jeda..
       “nuguya?? Boyoung???”
       “OMO!! Halmoni.. belum tahu??”
       “nugu??”
       “Yak, kau ini.. kenapa suka sekali menceritakan kisah orang??” sindir Shinmin padanya dengan gurauan, ia sendiri sudah mengenal yeoja itu karena jelas sekali jika Saeun adalah anak sahabat dari Yeonseol, mereka sudah akrab dari kecil.
       “Ummanim… yang jelas aku tidak sedang bergurau atau bohong..” bantahnya lucu. Hingga perdebatan kecil itu belum selesai, nampaklah ia yang sedang menjadi pembicaraan..
Lee Bo Young. Dokter.
       “Noona…” panggil Donghae hingga mereka semua menoleh.. “kau lagi yang memeriksaku? Kemana hyung??”
Lee Boyoung tertawa kecil “apa kau bosan denganku??”
       “animida… aku senang, karena sekarang aku bukan hanya memiliki hyung.. tapi juga noona..”
Hahaha.. kali ini Saeun yang tertawa..
       “Unnie, kau beruntung sekali.. kami sedang membicarakanmu dan kau muncul begitu saja?” pernyataan yang membuat Boyoung terheran hingga menghentikan acaranya memeriksa Donghae.
       “ada masalah??”
       “eoh, jadi anda yang bernama Lee Boyoung? Dokter yang merawat Donghae??”
       “ah.. nde..”
       “Unnie, jangan malu-malu.. sebentar lagi kau adalah bagian dari keluarga kami kan??”
       “mwo??”
       “Saeun noona, kau ini…” keluh Donghae “iss.. dasar.. bagaimana kau bisa mengatakan seperti itu?? tentu saja.. jika Boyoung noona sudah dengan Yesung hyung nanti dia adalah bagian keluarga kita..” imbuhnya lucu. Sontak membuat dokter Lee itu memerah pipi di depan mereka.
‘aaiishh.. apa-apaan mereka ini’ batinnya ‘awas saja kau Hae..’ ancamnya geli.
       “OMO!!” Halmoni terkejut “aaiigooo… uri Yesung pandai memilih yeoja.. ah, gumapta dokter Lee sudah merawat uri Donghae..” ungkap Halmoni semakin membuatnya tertunduk malu.
       “YAK!! apa yang kalian lakukan padanya??” saat itulah Yesung akhirnya muncul “dokter Lee, aku memintamu memeriksa adikku, kenapa jadi kau yang digoda oleh mereka??” serunya lucu.
       “HYUNG!!”
       “dan kau..” ancamnya pada Donghae “jangan berteriak.. kau ini sudah kubilang jangan banyak bicara dan bergerak dulu.. aisshh.. anak ini..”
       “waeyo?? Aku sudah tidak sakit jadi wajar saja kalau aku sudah bisa berteriak dan bergerak.. apa kau mengharapkan aku tetap tidur di tempat ini huuhh??”
       “aiiss.. aniyo..!! hanya saja.. jaga kondisimu yang belum sembuh total.. kau membuat pekerjaanku makin bertambah..”
       “OMO, hyung.. kau tak pernah merawatku.. Boyoung Noona yang melakukannya..”
       “tapi dia dibawah rekomendasiku Park Donghae..” jelas Yesung menekankan.. “sudahlah,.”
       “eoh, kalau begitu saya permisi dulu..”
       “ahh, nde.. dokter Lee.. biar Yesung yang mengantar..” Shinmin memberi kode pada putra keduanya.
       “Appa pasti akan senang jika melihatnya sudah memiliki kekasih.. tapi bagaimana dengan Leeteuk??” tanya Shinmin ketika Yesung sudah jauh pergi bersama Boyoung.
       “tidak terasa kan jika semua putra-putramu itu sudah dewasa.. mereka juga sangat membanggakan..”
Ya, mereka tak sadarkah jika usia semakin mempertua waktu.. semakin mereka menyadari semua itu semakin mereka merasakan bahwa bukan saatnya memanjakan mereka. Pula dengan Donghae, setelah kejadian ini nampak jelas jika Donghae bukan lagi anak kecil yang bisa di bohonginya.
       “Hae-ya, Umma minta maaf atas semua kejadian yang terjadi.. kami tidak bermaksud melukaimu.. kami tidak bermaksud membuatmu sedih.. tapi, karena rasa sayang kami padamu.. segala upaya agar kau tidak pergi, kami lakukan.. kau tahu kan bagaimana kami menyayangimu? Bagaimana Leeteuk setengah mati mencemaskanmu? Bagaimana Harabeoji dan Halmoni merawatmu selama ini, kau juga tahu kami selalu berusaha untuk berada di sampingmu..”
       “tidak perlu di jelaskan Umma.. aku tahu semua, aku tidak buta atau tuli.. aku juga punya perasaan..”
       “nde..”
       “aku hanya bingung bagaimana bersikap sekarang ini.. aku merasa sangat dibohongi Umma, tapi aku juga merasa terselamatkan..”
Yeoja tua yang di panggilnya Halmoni itu menangkupkan tangannya di kedua pipi Donghae “kau tidak harus bingung seperti itu, apa kami melarangmu untuk memanggilnya ibu juga? Tidak. Kami hanya minta, tetaplah bersama dengan kami sebagai putra bungsu keluarga Park.. itulah statusmu sampai kapanpun.. kau tidak akan bisa mengingkari kenyataan jika yeoja itu telah melahirkanmu, tapi kau harus menerima kenyataan juga bahwa kami adalah keluargamu.. bukan hanya darahya yang mengalir di tubuhmu, tapi dari kami juga..”
Donghae terdiam, Halmoni lalu menunjuk pada dadanya “di sini.. ada darah yang lebih kental yang tidak bisa memisahkan kita.. bukan secara fisik, tetapi ikatan kuat antara hati.. kau paham itu??”
Donghae mengangguk pelan.. “nde, Halmoni.. gumapseumida..”
       “kau adalah cucu kebanggaan kami juga.. kau bagian dari kami..”
       “arraseo..”
       “jadi, jangan kuatir..”
       “hmm…” angguknya sekali lagi.
…. ….
…. ….
Han Jimin membeku di depan pintu kamar rawat Donghae. hari ini ia bermaksud menjenguk namja itu..
       “nuguya??” Yesung mencurigai kedatangannya kalau saja Pelayan Han tidak muncul di sana pada waktu yang tepat.
       “Mianhanda.. Yesung ssi..” hormat Han Hyun Pil “dia.. putri saya,.”
       “eoh??” tiba-tiba memorinya kembali pada beberawa waktu lalu pada kasus Crown of Hotel “jadi..”
       “nde, Usianim.. Han JiMin imnida..” sopannya
       “OMO!! Jimin ssi.. tak perlu seformal itu, aku pikir kita seumuran.. kau tak perlu sungkan juga padaku..”
       “nde,.”
       “kalian mau menjenguk Donghae?”
       “nde..”
       “masuk saja, Donghae akan senang begitu melihat kalian menjenguknya.. apalagi sepertinya ia merindukan masakan Han Ajjuhssi..” ucap Yesung sambil melirik kotak makan di tangan Han Hyun Pil.
       “gumaseumida Yesung ssi..” Yesung mengangguk pelan.
Takkk!!
Han Hyun Pil membuka pintu kamar itu.
Yesung segera meninggalkan mereka untuk tugas yang lainnya.
Namja yang tengah berbaring santai sambil membaca sebuah komik itu menengok ke arah pintu. Ia meletakkan komik di tangannya segera begitu tahu siapa yang datang untuknya saat itu.
       “Ajjuhsssi.. Noona..”
       “OMO, kau baik-baik saja??” seru Jimin “Presdir begitu cemas dengan keadaanmu tapi kau sudah sembuh sepertinya..”
       “nde, Donghae ssi.. kami senang melihat keadaan ini.. oh, ya.. yogie..”
       “mwo??”
       “soup kacang merah dengan daging lunak..” bisik Han Hyun Pil tepat di telinga Donghae “otte?? Kau menyukainya??”
       “OMO!! Ajjuhssi.. daebak!!” ungkapnya senang “palli.. berikan padaku, aku ingin segera memakannya..”
Jimin dan Han Hyun Pil tertawa senang pula. Mereka segera menyiapkan makanan itu untuk Donghae…
       “apa kau belum makan siang?”
       “seharusnya sudah noona, tapi tadi aku minta makanan lain pada hyung. Aku bosan makanan rumah sakit.. harusnya Sungmin hyung sudah datang.. tapi entahlah..”
       “mwo?? kalau begitu..”
       “andwae.. aku akan tetap memakannya Ajjuhssi.. aku harus banyak makan sekarang,.. Sungmin hyung pasti mengerti nanti,.”
       “baiklah…”
Donghae melahap makanan itu perlahan, memang ia belum kembali sepenuhnya soal nafsu makan. Tapi setidaknya ia masih mau memakan makanan yang dibawa semua orang padanya. Sekalipun tidak banyak yang masuk ke tubuhnya karena ia sendiri masih merasa sedikit hambar saat di mulut.. Donghae selalu menghargai apa yang diberikan padanya.
Han Hyun Pil menatap itu lega..
Sesekali Donghae berbicara di tengah-tengah acara makannya..
…. ….
Sudah setengah dari porsi ia habiskan.. ini suapan terakhir yang ia makan kali ini karena perutnya sudah tak mampu menampung lagi, mungkin sedikit mual..
       “sudah?”
       “cukup.. mian..”
       “gwaenchana, kau memakan ini saja sudah membuat kami senang..” ujar Jimin.
Saat itulah terdengar sekali lagi bunyi suara pintu di buka..
Taakkk!!
Begitu perlahan terbuka lebar,.. masuk dua orang menatap Donghae… iba??
       “ka…lian??”
       “Donghae-ya..”
_ToBeCon_

:: Ternyata butuh kerja ekstra untuk menyelesaikan ff di part ini.. mian chingu kalau mungkin ada hal yang sedikit buyar diceritanya..
:: hahaha.. but, keep reading yach.. till the end ^^ ::

4 komentar:

  1. Pasti yg jenguk siwon dan sora yah #sotoy
    Hae cepet sembuh yah... Selalu ditunggu lanjutannya ^^

    BalasHapus
  2. Pangeran musim dingin ku semoga cepet sembuh dan cepet pulang ke rumah.. penasaran kelanjutan hubungan antara donghae dan ibu kandung nya?? Dan gimana dengan sora apakah sora pasangan donghae sebenarnya kah bukan siwon?? Di tunggu ke lanjutannya lagi ya chingu.. fast uodate ya please..

    BalasHapus
  3. Smg Donghae cpt smbh..
    D'tgu klnjtn'a chingu.. :)

    BalasHapus
  4. pliz jngn ada kisah cinta ya buat uri ikan.. anyway, updatenya 2 hari sekali lah thor

    BalasHapus