Genre :
Brothership, Families, Friendship, Lovely, Hedonism
Brothership, Families, Friendship, Lovely, Hedonism
Cast :
Park Jungsoo [Park Leeteuk][31] _ Kim JongWoon [Park Yesung][29] _ Lee Sungmin [ Park Sungmin][26] _ Lee Donghae [Park Donghae][20]
Park Jungsoo [Park Leeteuk][31] _ Kim JongWoon [Park Yesung][29] _ Lee Sungmin [ Park Sungmin][26] _ Lee Donghae [Park Donghae][20]
OtherCast :
Han JiMin _ Lee BoYoung _ Kim SaEun _ Kang Sora
Han Hyun Pil [Kepala Pelayan Han] _ Choi Jin Hyuk [Sekretaris Choi]
Kim Ryeowook _ Choi Siwon
Park YeonSeol [Appa] _ Park ShinMin [Umma]
Han JiMin _ Lee BoYoung _ Kim SaEun _ Kang Sora
Han Hyun Pil [Kepala Pelayan Han] _ Choi Jin Hyuk [Sekretaris Choi]
Kim Ryeowook _ Choi Siwon
Park YeonSeol [Appa] _ Park ShinMin [Umma]
Song :
THE LITTLE PRINCE [by-Ryeowook]
THE LITTLE PRINCE [by-Ryeowook]
><
..
><
DIANJURKAN UNTUK MEMBUKA BLOG INI SECARA LANGSUNG
[NON SELULAR] COZ, MUSIK YANG ADA DI BLOG MENDUKUNG UNTUK MENGADUK PERASAAN
KITA.. :) HEHEHE.. TP TDK MEMAKSA KOK ^^
><
..
><
Crown of Prince_14
미안하다는말을 하지마..mian
handaneun marel hajima..
[janganlah mengucap kata maaf]
[janganlah mengucap kata maaf]
><
..
><
“UMMA!!”
“aiigo.. nae adeul..
Umma sangat merindukanmu..” peluk Park ShinMin
“itu karena kau dan
Appa tidak pernah pulang, aku bahkan terkadang lupa masih memiliki orangtua..”
Pleeetaak!!
“yak, hyung..”
“bicara yang sopan
pada Umma, kami tidak pernah mengajarimu seperti itu.. dan lihatlah.. aihh, kau
tidak ingat usiamu eoh?” sinis Sungmin.
“nde, mian..”
Haha..”kalian masih suka bertengkar?”
“soal itu tidak
pernah berubah Umma, mereka kekanakan sekali..” imbuh Yesung.
“Yesung hyung
bohong.. aku dan Sungmin hyung sudah jarang melakukannya.. bukankah sekarang
kami sudah dewasa Umma, kau tidak melihat betapa banyak berubahan kami selama
kalian pergi?”
“nde, Umma
melihatnya..” Park Shinmin bangga “segala sesuatu bisa saja berubah entah itu
cepat atau lambat… bahkan kehidupan ini pun bisa berubah nantinya. Aku hanya
ingin sekalipun ada yang beda.. kalian tetap seperti ini..” lanjutnya.
Donghae
setuju dengan perkataan itu..
…. ….
…. ….
Sejujurnya
dunia ini selalu berputar dan tidak berhenti. Kapan kau berada di ujung
kebahagiaan bukan berarti terbebas dari kesedihan. Sejak manusia lahir ia
bahkan sudah memiliki takdirnya sendiri.. keberuntungan bahkan kegagalan. Semua
sudah menjadi aturan takdir.
Dan
perputaran itu sedang terjadi saat ini..
“Appa membiarkan ini terjadi?”
Sstt..
Ssrrk..
Percakapan
pelan itu menimbulkan kecurigaan. Donghae berhenti melangkah ke kamarnya saat
ia melewati kamar Leeteuk setelah mengambil segelas coklat panas buatan Han
Hyun Pil.
“bagaimanapun juga kita tidak berhak
melarang seorang ibu bertemu dengan putranya, Leeteuk-ah..”
“tapi bagaimana dengannya nanti saat tahu
kebenaran ini?”
“itu yang harus kita hadapi bersama..”
“Jang Nara hampir membunuhnya Appa.. jika
waktu itu kita tidak datang anak itu sudah mati…”
“delapan belas tahun kita hidup dalam
kebohongan ini.. apa kau tahu? Selama itu pula ia merindukan anaknya.. ia
menyesali semua perbuatannya Leeteuk-ah.. mengertilah..”
“tapi apa Donghae akan mengerti ini? apa
Donghae bisa menerima ini?? jika Jang Nara adalah ibu kandungnya yang hampir
saja melemparnya di sungai Han saat usianya dua tahun??” jengkel Leeteuk, ia
belum bisa memaafkan perbuatan Jang Nara.
Dan
Donghae.. tertegun dalam batinnya.. tangannya terasa terbakar tiba-tiba hingga
gelas cokelat panas yang ia pegang jatuh..
Prraankk…
Pyaarss..
Trangkk..
Bunyi
itu tentu saja membuat Leeteuk dan Park Yeonseol segera menghampiri Donghae
yang masih diam berdiri dengan tatapan kosong.
“Hae-ya..”
“Gwaenchana??”
Donghae
tersadar, ia tak segera menjawab pertanyaan itu malah berusaha memungut pecahan
gelas itu dengan tangannya..
“mian, aku tidak sengaja aku akan
membersihkannya..”
Plaakk!!
Leeteuk menyingkirkan tangan Donghae kasar.
“kau bisa terluka nanti, biarkan Pelayan
Han yang membersihkannya..”
“ani hyung, ini salahku..” isaknya..
“aku.. aku..”
Hiks..
Hiks..
Kembali
air mata itu jatuh lagi.
Terluka?
Jangan tanya lagi!!
“aarrghh..”
Lihat,
bahkan luka di jarinya saja tidak separah luka hatinya. Ia masih terus memungut
pecahan kaca itu. kalau bukan karena Leeteuk, ia hampir melukai jarinya lagi..
“hentikan Hae…”
Donghae
menunduk, makin terisak pilu sekarang.. Shinmin, Sungmin dan Yesung yang
tadinya tak tahu apa-apa menatap heran pada mereka..
“aku ingin tahu semuanya..” pintanya di
tengah isak itu “apa benar Pengajar Jang adalah ibu kandungku??”
Deg..
dug..dap!!
Shinmin
langsung memeluknya erat.. “aniyo, kau anak Umma.. tidak ada yang bisa
mengambilmu dari Umma..”
Inilah
yang disebut perputaran roda itu. luka dan cinta selalu berganti silih demi
silih waktu..
…. ….
…. ….
Dalam
diam mereka semua duduk di ruang tengah.. Donghae masih sesekali terisak.. mau
tidak mau, akhirnya cerita itu harus kembali di kisahkan..
Jang Nara berusia 16 tahun waktu itu. kesalahan besar ia lakukan
bersama dengan namja yang dikiranya baik. namja yang tidak bertanggung jawab
itu kabur setelah Jang Nara mengatakan bahwa ia hamil. Karena hal itu Jang Nara
kehilangan masa sekolahnya, ia dikeluarkan. Keluarga menolak, ia harus menjaga
dan menghidupi anaknya seorang diri. Sampai akhirnya, dua tahun ia bertahan ia
tak kuat lagi. malam itu di sungai Han, ia hampir saja membunuh bayinya yang
masih kecil, bayi yang tidak tahu apa-apa, bayi yang tidak bersalah sama
sekali..
Kalau bukan saat itu Sungmin merengek agar mereka pergi ke
sungai Han, mereka tak akan pernah menyelamatkan Donghae.
Park Yeonseol berjanji akan menolong kehidupan Jang Nara, bahkan
ia bisa mendapatkan pendidikan lagi setelahnya hingga ia selesai SMA agar ia
bisa hidup lebih baik nantinya. Donghae? sudah jelas, ia menjadi putra bungsu
keluarga Park.
Leeteuk, Yesung dan Sungmin sangat menyayangi Donghae kecil.
Hanya dari matanya saja mereka sudah merasa terikat dengan anak itu.. dan
memang kenyataannya begitu.. Donghae adalah kebahagiaan baru bagi mereka.
Donghae adalah segalanya bagi mereka..
Tapi tentu saja, kenyataan adalah kenyataan.. dan kebohongan
adalah kenyataan yang sementara ini tersembunyi..
Dan yang tersembunyi itu, kini kembali menjadi kenyataan..
…. ….
“dua bulan yang lalu Jang Nara
menghubungiku, ia ingin sekali menemuimu tapi tidak memiliki keberanian..”
cerita Yeonseol “jadi aku memasukkannya di unversitas itu sebagai pengajar,
dengan begitu ia bisa melihatmu tanpa kau tahu kebenaran yang ada..”
“wae??”
“bagaimanapun juga ia ibu kandungmu Hae,
ibu yang melahirkanmu.. tanpa Jang Nara, kau bahkan tidak akan berada di
tengah-tengah kami.. tanpa dia, kami tidak akan pernah memilikimu..”
“…. ….”
“dia tidak ingin mengambilmu dari kami,
dia hanya ingin kau mengetahuinya jika dia adalah ibu kandungmu.. secara hukum,
Jang Nara tidak berhak atas dirimu.. kau tetap putra bungsu Park Yeonseol,
dongsaeng dari hyungdeulmu..”
“….”
“kumohon mengertilah sedikit Hae.. kau
bahkan tahu kan kisah Yesung??”
“Yesung hyung masih beruntung karena ia
memiliki ibu yang masih mau berusaha untuk menyelamatkannya, bukan
membunuhnya..”
“ani Hae,.” sela Yesung “aku bahkan tidak
pernah tahu dimana Umma.. wajahnya saja tidak kuingat lagi sekarang.. aku
berusaha melupakannya, tapi tidak bisa.. kalau dunia ini berputar aku ingin
sekali saja melihat wajahnya tapi itu sudah tidak mungkin.. terakhir yang ku
dengar ia sudah meninggal.. tanpa ada foto ataupun jejak lagi.. hanya nama dan
kisah yang ada..”
Hiks..
Hiks..
Pedih,
luka.. sakit..
Hancur!!
Baru
saja ia berani dan bangga menjadi putra keluarga Park, sekarang malah ada kisah
seperti ini? apa maksud dari semua ini??
Tidak
ada kata diantara mereka setelahnya. Tidak ada yang berani bersuara tepatnya.
Hanya perih hati yang ada..
><
..
><
“Donghae-ya… Park Donghae…”
Park
Shinmin mencari keberadaan putra bungsunya ke seluruh penjuru rumah pagi itu.
ia tidak melihatnya sejak tadi, kamarnya sudah rapi dan kosong.
“kemana dia?”
“Umma mencari siapa?” Sungmin baru saja
keluar dari kamarnya sambil sedikit menguap. Ia lelah hari ini dan bermaksud ke
caffe agak siang.
“dongsaengmu.. odieyo??”
“Donghae?” Sungmin melirik jam dinding
“belum jamnya bangun.. Donghae selalu telat Umma..”
“aniyo Sungmin-ah.. Donghae tidak
dikamarnya. Umma dari sana tadi bermaksud membangunkannya tapi dia sudah tidak
ada.. apa dia ada pelajaran pagi ini?”
Sungmin
mengingat nama-nama hari..
“tidak.. tidak ada jadwal kuliah pagi..”
“lalu kemana?”
Kekuatiran
itu langsung ditangkap oleh Yeonseol yang baru saja keluar dari kamarnya.
“waeyo yeobo??”
“aah.. yeobo.. aku tidak bisa menemukan
Donghae..”
“hah.. Sungmin-ah.. coba hubungi
dongsaengmu..” pintanya kemudian.
Sungmin
baru saja meraih ponselnya, tapi ponsel itu sudah berbunyi lebih dulu tanda ada
pesan masuk.. ‘Donghae..’ itu yang tertulis di layar.
‘hyung,
mian.. aku berangkat pagi.. ada yang harus ku urus..’
Sungmin
menunjukkan pesan itu pada Shinmin agar wanita itu sedikit mengurangi
kecemasannya.
“tapi dia kemana?? OMO!! Yeobo.. apa dia
pergi menemui Jang Nara??”
Deg!!
Deg!!
Benar.
Itulah pikiran mereka saat ini. siapa lagi yang akan menjadi urusan Donghae
setelah kejadian tadi malam? Tidak ada yang menjadi lebih penting dari semuanya
kecuali masalah Jang Nara.
Leeteuk
dan Yesung yang menuruni tangga berbarengan pun pada akhirnya ikut mencemaskan
hal itu.
“Appa, sebaiknya aku mencari Donghae
sekarang..” usul Leeteuk “seringkali anak itu tidak bisa mengendalikan
emosinya. Dan kita semua tahu jika ini masalah sensitif.. hah.. kita juga tahu
seberapa luka itu ada di dalam hatinya. Jadi, bagaimanapun juga sekarang, aku
akan menemukan adikku dan membawanya pulang..”
“sebaiknya begitu…”
“Leeteuk-ah.. Umma ikut denganmu..”
“animida Umma.. tetap di rumah, siapa
tahu nanti dia pulang.. eoh, Sungmin sebaiknya kau ke caffe.. ada kemungkinan
Donghae juga akan ke sana, eoh.. Yesung.. tolong mampir ke hotel sebelum ke
rumah sakit, aku juga akan menghubungi Han Jimin..”
Park
Yeonseol hanya diam saat Leeteuk mengendalikan semuanya..
“aku tahu ini pasti akan terjadi..”
“yeobo..”
“saat aku mengendalikan Jang Nara, bukan
berarti aku juga mengendalikan perasaannya.. sama seperti Donghae.. bukan
berarti kita lalu mengatur seluruh hidupnya.. tapi, tidak bisa dibohongi juga
saat pertama kali aku menggendong anak itu.. saat pertama kali ia memanggilku
Appa, saat kami bertengkar karena aku menyuruhnya memanggil ‘daddy..’ semua
jelas di mataku..” ungkapnya kacau “Leeteuk-ah, kau harus menemukan dia..
Donghae pasti sangat terluka kini..”
“arraseo Appa..”
><
..
><
Apakah
kini Donghae termakan omongannya sendiri. sesuatu yang disembunyikan sama halnya
dengan menyembunyikan sebuah luka. Lebih baik luka itu terlihat dan disegera di
obati daripada di tutupi hingga pada akhirnya hanya mengakibatkan kematian
saja.
Ia tak
habis pikir, jika dunia benar-benar berputar. Apa yang bisa di banggakan jika
sudah begini? Jika ia tahu sejak awal, maka ia tak akan berani mengatakan jika
dia adalah putra bungsu keluarga Park. Apa kata Kibum nanti? Akan di
tertawakankah?? Bagaimana dengan Siwon dan Sora? Pasti mereka akan bersorak
gembira.
Apa dia
telah benar-benar kalah kali ini?
Ternyata
menyakitkan..
Donghae
membanting pintu mobil saat ia keluar. Tak peduli seberapa mewah dan bagusnya
mobil itu, ia tak berpikir sejauh itu. perawatan mobil?? Omong kosong!! Tak ada
dalam kamusnya untuk hari ini..
Pandangan
mata yang sama seperti kemarin masih ditujukan padanya. Tapi tentunya mereka
tidak tahu jika yang ditatapnya bukanlah Donghae yang kemarin, melainkan
Donghae yang penuh luka. Lihat saja, pandangan matanya kosong, ia bak pangeran
dingin nan sombong. Jangankan menegur, tersenyum saja tidak.
Saat ia
melihat Kibum di depan sana. Napasnya melenguh malas, menghindar mencari jalan
lain.. tapi tetap, ia harus menemui dia.. orang yang baru saja ia dengar jika
itu adalah ibu kandungnya sendiri..
Traakk..
Daakk!!
Tepat!
Dugaannya benar. Yeoja itu ada diruang seni, merapikan beberapa kertas dan kuas
di sana. Sontak saja mendengar bunyi keras pintu terbuka Jang Nara menoleh, ia
ingin memaki tapi diurungkan niatnya saat ia tahu bahwa sang pelaku adalah..
“Donghae..”
“aku tidak suka kebohongan, aku tidak
suka kau menyembunyikan kenyataan itu dariku..” ucapnya mulai tidak sopan.
Bencikah? Marahkah? Tentu saja!!
“mworago??”
“jangan berpura-pura tidak mengetahui
maksudku ini Pengajar Jang.. sekarang jelaskan padaku kenapa kejadian delapan
belas tahun yang lalu bisa terjadi??”
Deg..
Jang
Nara linglung, ia terkejut hingga tubuhnya hampir roboh jikalau ia tak segera
meraih meja sebagai pegangan.
Brrukk..
Dan
kini ia sudah duduk lemas di salah satu kursi.. hingga..
Teesss..
Tess..
Airmata
yang sama dengan kemarin jatuh lagi..
“mianhae.. Donghae-ya..”
“BUKAN ITU YANG INGIN KU DENGAR!!”
Jang
Nara nanar menatap Donghae.. ini pertama kalinya dia berhadapan dengannya
sebagai ibu dan anak. putra yang dilahirkannya.. putra yang disia-siakannya..
“mianahe.. jongmal mianhae.. waktu itu
aku masih terlalu labil untuk menerima kenyataan..” ceritanya “aku sudah
berusaha berulang kami membunuh bayi itu.. tapi tidak bisa, aku seorang ibu..
jika aku membunuh anakku maka dosaku akan berlipat ganda.. akhirnya aku
mempertahankanmu sampai dua tahun, tapi aku tidak sanggup.. aku tidak sanggup
melihatmu menangis karena lapar.. aku tidak sanggup melihatmu sakit karena
tidak ada uang untuk membawamu ke rumah sakit.. aku bahkan sangat takut tentang
masa depanmu.. aku merasa bukan ibu yang baik, karena aku tidak bisa menghidupi
anakku sendiri..” isaknya pilu..
“malam itu.. setelah dua tahun, aku
menerima pesan dari laki-laki breksek itu.. bukannya ingin kembali malah dia
tidak mau melihatku lagi, dia benar-benar tidak mengakuimu.. dia menyalahkan
aku untuk semua yang kami perbuat.. aku yang sudah berusaha mempertahankanmu
tiba-tiba terselip benci. Aku benci saat melihatmu karena kau mirip dengan
lelaki itu, aku benci mendengar suaramu karena mengingatkanku pada tindakan
bodoh yang ku lakukan.. aku sangat membencimu waktu itu, sekalipun di saat yang
sama aku juga menyayangimu.. tidak ada yang bisa kulakukan, bahkan satu-satunya
jalan yang ada waktu itu hanya mati..”
Nara
mengambil jeda,.
“setelah aku berhasil membunuhmu aku
berniat bunuh diri juga.. tapi sayang, keluarga Park menggagalkan semua
rencanaku dan menawarkan bantuannya.. aku berada di posisi yang sangat sulit
Hae-ya, aku tidak ingin berpisah denganmu karena bagaimanapun juga kau adalah
anakku.. tapi aku tahu bahwa kau tidak akan pernah hidup baik jika denganku..
apalagi aku hampir saja membunuhmu.. aku hampir melemparmu ke Sungai Han,
menenggelamkanmu di sana karena kebencian lebih menguasaiku daripada rasa
sayang itu sendiri..” isaknya makin menjadi.
“Tuan Park menawarkan kehidupan… mereka
membantuku untuk bisa hidup dengan syarat aku harus menyerahkanmu padanya..”
Donghae
lemas.. ia tak tahu harus bagaimana menghadapi semua yang ia dengar. Senangkah?
Karena ternyata Jang Nara hanya ingin menyelamatkannya atau sedih??
“mianhae Donghae-ya.. mianhae..”
“kenapa kau begitu mudah menyerahkanku
pada mereka?”
“aniyo.. waktu itu mereka sangat
memaksaku.. karena aku keras kepala, aku bersikeras untuk tetap membunuhmu..
bahkan suara tangisanmu waktu itu tak ku hiraukan sama sekali.. aku hanya ingin
segera mengakhiri semuanya.. dengan begitu aku, kau.. tidak akan merasakan luka
lagi..”
“kenapa kau kembali sekarang?”
“aku hanya ingin melihatmu.. aku hanya
ingin memastikan kalau keputusanku waktu itu tidak salah..”
“tapi kau sudah melakukan kesalahan
besar.. wae?? Semua orang tidak pernah bertanya bagaimana perasaanku?? Setelah
kau melakukan semua ini padaku lalu kau kembali dan ingin melihatku?? Apa kau
juga berharap jika aku akan memanggilmu ‘umma’??”
“Hae-ya..”
“aku.. aku benar-benar tidak tahu harus
bagaimana..” geram Donghae.. tangannya menggenggam, sesaat dinding putih di
sampingnya menjadi sasaran..
BRRAAGG!!
BAAMM!!
“Aniyo… hentikan Hae… hentikan..!!” cegah
Jang Nara, ia tak ingin melihat Donghae terluka lagi. tangannya sudah biru
lebam karena pukulan itu.. ia tak ingin ada darah di sana..
Donghae
mengelak, ia menyampar tangan Jang Nara yang berusaha menyentuhnya. Suasana
menjadi makin klimaks seketika. Wajah keduanya sendu tak karuan, air mata jelas
ada di sana.. dan tatapan itu..
Donghae
tidak bertahan hingga dua menit, karena setelahnya ia pergi meninggalkan Jang
Nara di sana dalam keadaan terpuruk sama seperti dirinya yang kini berlari
tanpa arah.
Donghae
melajukan mobil tanpa sadar.. air mata masih saja terus membasahi wajahnya
padahal ia sudah berulang kali dengan keras menghapusnya..
Tak
jauh beda dengan Jang Nara yang masih saja terisak..
Keduanya
terluka..
_ToBeCon_
makin penasaran ... next next Next..
BalasHapusHuwaaaaa kenapa TBC pas klimaks nya kan jadi pensaran tingkat akut nih... Pleaseeeeeeeeeeee author yg cantik fast update yah ^^
BalasHapusakhirnya y ditunggu tunggu munculi jga...
BalasHapustpi...
haaaa.....makin penasaraann......
moga bsa fast update ya ka penaa...
penasaran bangeer soalnnyaa....
akhirnya y ditunggu tunggu munculi jga...
BalasHapustpi...
haaaa.....makin penasaraann......
moga bsa fast update ya ka penaa...
penasaran bangeer soalnnyaa....
Akhirnya ada juga.... ditunggu kelanjutannya ga sabr
BalasHapusTbc.....bikin bad mood T_T ngeri...hati Hae lgi kacau tpi sambil bawa mobil...what happen?
BalasHapusKnp harus TBC 😭😭😭😭😭😭
BalasHapusKurang panjang ..
Pokoe next ajalah
Astaga thor knp harus tbc di chapt ini??? Duhh cepetan update yaa thor.. hehe
BalasHapusOh ya aku reader baru, maaf baru comment di chapter ini, hehe
Aigoo., jadi beneran eomma nya donghae nee???
BalasHapusDitunggu kelanjutannya chingu...
Huaaaaa mkn penasaran..
BalasHapusNext,d'tgu y chingu