=PART 3=
“Yak, kau ini rakus sekali?”
“aku lapar noona!!” timpalnya “Appa,
berikan aku sayur itu..” pintanya pada sang ayah.
“Eunhyuk, berhentilah makan seperti
itu..” Eunhyuk tak mendengarkan, pagi ini dia memang sangat lapar. Mungkin efek
dari hukuman kemarin.
Eun Bi tak pernah bisa
memahami dongsaengnya yang satu ini. mereka terlalu berbeda hingga jarang
terlihat akur walaupun sebenarnya mereka saling menyayangi.
“sudah.. aku pergi dulu noona, appa..
sepertinya Sungmin hyung sudah datang..” ia mendengar deru mobil di depan
rumahnya. Tuan Lee hanya mengangguk tak terlalu melarang apapun yang dilakukan
anaknya. Eun Bi memilih diam tak menyahutnya.
……………………………….
Yesung’s Home..
“OPPA.. oppa.. jebal.. jebal oppa..”
rengek Yoona bergelayut di lengan Yesung.
“apa yang kau lakukan eeoh?” tegur Nyonya
Kim
“umma, katakan pada oppa untuk
mengantarku ke Blossom Art..”
Yesung bergidik “kau
ini.. ARRA!! Ku antarkan.. ambil tas mu sekarang!!” seru Yesung tak sabar.
Yoona melonjak, ia bergegas ke kamarnya lalu kembali lagi dengan tas putih di
lengannya tergantung.
“dasar anak manja!!” gerutu Yesung
sambil memukul kening Yoona pelan.
“OMO!! Appo, oppa!!”
“pergilah kalian.. jangan buat umma
pusing..” usir Nyonya Kim akhirnya.
Blossom Art…
“Anyeong!!” TaeJi menoleh sekita
mendengar seruan Yoona.
“ah.. anyeong.. kau pasti akan
mengambil pesananmu yang kemarin kan?” tebak TaeJi.
“ne.. TaeJi ssi..”
“ikut aku..” Yoona mengikuti TaeJi ke
etalase di ujung ruangan. Daewoo hanya melihat mereka berdua, nampaknya Yoona
pelanggan yang cukup menyenangkan bagi mereka.
Di tinggal Yoona,
Yesung ke ujung lain melihat sekeliling assesories yang ada di sana. Sampai seorang
yeoja keluar dari sebuah ruangan di sampingnya. Matanya tak terkejab sedikitpun
melihatnya, melihat orang yang selama ini dicarinya. Siapa lagi kalau bukan
Sora. Yesung tersenyum setelah memastikan kalau yeoja itu memang yeoja yang ia
kenal dulu.
‘kau
sama sekali benar tidak berubah.. masih sama persis seperti dulu.. itu yang
membuatku yakin ini adalah kau Sora, nae Sora..’ batinnya.
“oh, mianhae.. anda mencari sesuatu?
Ada yang bisa kami bantu?” Yesung bangun dari lamunannya saat Sora menyapa.
‘apa
kau tidak mengingatku Ra-ya? Kau sudah lupa denganku? Atau sebenarnya kau tak
pernah menyukaiku dan itu jawaban yang akan kau berikan dulu? Tidak.. aku tidak
akan menyerah Ra-ya.. karena aku masih tetap menyukaimu seperti dulu..’
“ah, animida.. aku hanya mengantar
dongsaengku saja..” Yesung menunjuk Yoona bersama Taeji.
“kau.. oppa-nya Yoona?”
“ne.. apa kau bekerja di sini juga?”
“tentu saja.. dia salah satu pemilik
tempat ini..” sahut Daewoo yang merasa terabaikan di sana.
“oh, tempat ini sungguh cantik..”
jawab Yesung gugup “mungkin lain kali aku akan kesini kalau membutuhkan
benda-benda ini..” kepalanya memandang sekeliling menunjukkan semua benda yang
ada di sana “apa kau sendiri yang membuat ini?”
“ne, tapi aku tidak sendiri.. ada
Yuri.. Daewoo dan Taeji juga ikut membantu sesekali..” jelasnya.
“gurrae..”
“OPPA!! Kajja.. aku sudah selesai..”
tarik Yoona tiba-tiba.
“Yak, kau ini..”
“OMO!! Unnie.. gumawo untuk ini..”
diangkatnya dua buat gantungan kuci di tangannya.
“kau menyukainya? Kalau begitu kau
bisa kemari lagi kalau membutuhkan hiasan yang lain..”
“tentu saja Unnie..” ceria Yoona
“Oppa, kajja.. aku ada pelajaran sebentar lagi..”
“ne.. eeooh..” Yesung berbalik pada
Sora.
“Sora imnida..” yeoja itu tahu maksud
Yesung langsung mengenalkan dirinya.
“gumawo Sora ssi.. kami pergi dulu..”
pamitnya dengan lembut “aku akan ke sini lagi, pasti..” katanya sebelum
benar-benar pergi.
“kami akan senang..” timpal Sora.
……………………………………………………….
Han Sanghee menggerutu
tepat di samping Kibum, yeoja itu tak akan kekelas Kibum kalau dia tidak sedang
merindukan namjachingunya. Tepatnya ialah namja yang pernah berjanji akan
selalu bersamanya. persahataban Sanghee dan Kibum terjalin sejak mereka kecil,
rumah keduanya berdampingan membuat Sanghee dan Kibum pergi kemanapun bersama.
Namun akhir-akhir ini Kibum lebih sering dengan Donghae. alasannya, Sanghee
pindah ke rumah neneknya sedikit jauh dari rumah Kibum semenjak kedua
orangtuanya pindah tugas di Jeju.
“Kibum-ah.. tidak bisakah kau
mendengarkanku sebentar?”
“ne..” jawab Kibum, namja itu masih
menatap fokus pada bukunya.
“aku tidak lebih penting dari buku
itu? Kau selalu begitu Kibum-ah.. aku ingin menagih janjimu.. kau berjanji
padaku dan janji adalah hutang.. kau sendiri yang mengatakan itu” jelas Sanghee
panjang lebar.
“aku tidak keberatan kalau kau lebih
sering pergi dengan Donghae karna aku tahu sesama namja pasti punya banyak hal
yang bisa dilakukan bersama tapi aku mohon jangan acuhkan aku seperti ini..”
katanya lagi.
Kibum masih tak
menjawab, membuat Sanghee semakin kesal. Yeoja itu menyerah akhirnya berdiri
meninggalkan Kibum sendiri. Belum sempat Sanghee keluar kelas Kibum, Minho
sudah menghadangnya di tengah pintu.
“Minho.. minggir..”
“omo, kau marah karena Kibum jangan
marah padaku juga..” godanya “kajja, sebaiknya kau ikut aku..” tarik Minho
seenaknya. Sanghee tak bisa mengelak, ia tak mau tangannya lebih sakit oleh
tarikan Minho hingga membuatnya mengikuti namja itu.
Kibum sedikit melirik
ke arah mereka, rasa sesal menyelundup dalam hatinya. Ia tak pernah ingkar
janji hanya saja Kibum tak tahu harus mengatakan dan berbuat apa saat yeoja itu
di dekatnya. Tubuhnya bahkan bibirnya terkatup rapat. Padahal dulu tidak
demikian, tapi sejak Kibum mengatakan janji itu, ia tidak bisa mengontrol
perasaannya sendiri.
“cemburu?” tegur Donghae “jangan jadi
pengecut, kau tidak ingin menyesal kan?”
Kibum melenguh “aku..”
“kajja..” Donghae menarik Kibum dari
posisi duduknya “kau harus mengatakannya sekarang Kibum-ah..”
“aniyo Hae.. jangan sekarang!”
“Sanghee akan berpaling pada Minho
kalau kau begini terus Bummie..” rengek Donghae “aku tidak ingin melihatmu
linglung seperti ini.. Sanghee bukan buku yang akan berdiri disana sampai kau
datang menjemputnya lagi..” jelas Donghae.
“chh.. kau sama saja Hae..” cibir
Kibum “bagaimana perasaanmu pada Jihyun?”
“kau ini..” balas Donghae “aku berbeda
denganmu, kau sudah jelas-jelas semuanya mudah.. hanya masalah sikapmu saja
yang kurang memperhatikan yeoja itu.. aku? Aku tidak akan memaksakan
perasaannya..” Donghae menyandarkan punggung belakangnya pada dinding putih
gading. Matanya menerawang jauh melihat keluar jendela di samping kirinya.
“eeooh??”
“DONGHAE!!” teriakan seorang yeoja
mengacaukan suasana hati mereka tiba-tiba “aku ingin bicara denganmu, empat
mata..” ucapnya datar dan dingin bahkan tanpa senyum. Kibum paham, ia perlahan
meninggalkan Donghae berdua dengan yeoja itu.
“Jihyun-ah.. apa yang ingin kau
bicarakan?” Donghae sedikit ragu, menatap lembut yeoja di depannya.
Jihyun balas menatap Donghae dengan
pandangan yang sulit diartikan. Bibirnya bergerak seakan ingin mengeluarkan
suara tapi ia manahannya sedemikian rupa. Tangannya mengepal kencang yang selanjutnya
dibukanya dengan satu hempasan bersama dengan napasnya.
“aku.. aku rasa.. aku ingin berteman
denganmu!” ucapnya cepat setelah ia menangkis keraguannya sendiri.
Donghae terkejut,
bukan karena permintaan aneh itu “bukankah kita memang berteman?” tanya Donghae
polos “apa selama ini kau menganggapku sebagai musuh? Apa aku pernah berbuat
salah padamu? Aigo… mianhae Jinhyun-ah..” ungkapnya mengalir begitu saja dari
bibirnya.
Jinhyun kembali
bingung dengan perkataannya sendiri, namja itu benar, mereka sudah berteman
bahkan mereka satu kelas bukan?
“ah, maksudku selama ini kita tidak
seperti teman bukan.. kita jarang menyapa satu sama lain, jadi ku pikir kalau
kita berteman kita bisa punya waktu lebih banyak untuk berbicara..”
Namja itu tersenyum,
sepertinya ia menangkap maksud dari permintaan yeoja di depannya itu. “arra..”
tegasnya “chingu!!” ia mengulurkan tanganya. Jihyun menyambut tangan Donghae
dan bernapas lega setelahnya.
‘tak
sesulit yang kukira..’ batinnya.
“gumapta.. aku pergi dulu..” pamit
Jihyun tak ingin berlama-lama. Ia berlari meninggalkan Donghae yang masih dalam
kebisuannya.
……………………………………………………………………..
Jari telunjuknya
mengetuk meja kayu yang dihadapnya sedang tangan satunya memutar ponsel hitam
legam seperti mainan.
“mianhae, oppa menunggu lama?” sosok
yang di tunggunya datang, mengambil duduk di depannya di seberang meja yang
tadi digunakan sebagai alas untuk memainkan jari. Senyum tipis terukir di
bibirnya membuat rasa sesal bagi sosok di depannya karena sudah membuatnya
menunggu.
“aniyo.. aku juga baru saja datang..”
jawabnya lembut “aku belum pesan apapun..” katanya memperlihatkan meja mereka
yang masih kosong.
“kalau begitu kita pesan dulu.. aku
sudah lumayan lapar..” ujarnya.
Sepuluh menit
setelahnya meja itu sudah penuh dengan makanan pesanan mereka.
“oppa, sudah lama kita tidak makan
bersama..”
“ne..”
“kau tidak pernah berubah, oppa..”
“Eunbi-ya..” namja itu –Yesung-
menghentikan sejenak kegiatan makannya “aku sudah mengatakannya dari awal
padamu.. aku tidak bisa meneruskan perjodohan ini..”
Eunbi mengangguk
“arraseo.. tapi apa aku salah kalau aku berusaha? Aku lihat oppa juga belum
dekat dengan seseorang..”
Yesung mendongak, ia
tidak mengerti kenapa harus terjebak dalam perjanjian antara ayahnya dan ayah
Jihyun. Walaupun mereka mengatakan kalau itu hanya gurauan saja –siapa tahu
mereka benar-benar bisa bersatu, demikian kata mereka- tapi sepertinya Eunbi
terlanjur menyukainya. Yesung tahu yeoja itu sangat baik, mereka berteman saat
masih di universitas dulu tapi bukan berarti ia juga harus memaksa perasaan
Yesung yang sudah jauh menyimpan seseorang lebih dulu dalam hatinya.
“aku bertemu dengannya..”
“benarkah? Dimana? Apa oppa yakin
kalau itu dia?”
“aku sangat yakin.. tapi sepertinya
dia belum menyadari keberadaanku.. sudah lama sekali kami tidak saling
bertemu..”
Eunbi menahan kadar
emosinya yang hampir saja naik “jadi oppa akan mengatakan kalau kesempatan
untukku sudah tidak ada lagi?”
“aku sudah menjelaskan semuanya
padamu.. kau juga sangat tahu kalau aku menunggunya sekian lama.. hanya dia..”
“aku pikir oppa tidak akan
menemukannya lagi.. bahkan aku berharap kalau dia tidak akan muncul lagi di
hadapan oppa, berharap semoga dia sudah dengan yang lain sehingga oppa bisa
melepaskannya..” harap Eunbi “apa aku egois?”
“ne..”
“kau juga egois, oppa..”
“arraso..”
“aku tetap tidak akan menyerah.. oppa
belum tahu keadaan yang sebenarnya jadi aku masih punya harapan..” tegar Eunbi.
Kini mereka
benar-benar menghentikan acara makan siang itu apalagi setelah Eunbi meninggalkan
Yesung di depan meja itu. Eunbi sangat kecewa tapi ia masih menunjukkan kalau
dirinya belum menyerah.
Bi-coffie..
“ini.. ada permintaan dari
pelanggan..” Leeteuk menyerahkan lembaran ditangannya pada Eunbi.
“waeyo?” merasa tak dihiraukan ia
meletakkan saja lembaran itu di meja kerjanya “Yesung?”
“dia.. benar-benar menolakku.. aku
sudah tahu itu dari awal tapi kenapa aku masih belum menyerah?” paraunya.
“Eunbi ssi..”
“sudahlah..” potong Eunbi “apa yang
kau bawa Leeteuk ssi..”
Leeteuk kembali ingat
dengan tujuannya “ada pelanggan yang ingin menyewa caffe kita seharian.. kau
tahu? Choi Jin Hyuk..”
“bukankah dia seorang aktor?”
“benar.. minggu depan dia akan melamar
tunangannya..”
“kalau begitu aku percayakan ini
padamu Leeteuk ssi.. dan juga, Siwon dan Sungmin pasti bisa membantu menyiapkan
semuanya..”
“ne..” sanggup Leeteuk “ah, Eunbi
ssi.. kau pantas mendapatkan kebahagiaan.. kalau bukan dari Yesung Presdir..
dari namja yang lain..” ungkapnya sebelum ia keluar dari ruangan Eunbi membuat yeoja
itu sedikit tersenyum menanggapinya.
……………………………………………………….
“untukku?” Siwon terheran saat Yoona
memberinya sebuah gantungan ponsel berwarna putih sesuai warna kesukannya.
“ne..”
“eooh..”
“kali ini jangan ditolak.. kau tak
meletakkan hiasan apapun di ponselmu jadi biarkan aku yang memberimu ini..”
paksa Yoona
“aku..”
“jebal Siwon-ah.. anggap saja ini
sebagai awal dari hubungan dekat kita..”
“mwo??”
“ah.. ani.. maksudku, sebagai tanda
pertemanan kita ottoke?”
Siwon tak punya alasan
lagi untuk menolak pemberian Yoona, tapi kalau ia menerima itu artinya Yoona
akan menganggapnya punya harapan.
“yak, Na-ya.. aku menerima pemberianmu
bukan karena hal lain.. itu karena kita chingu! Dan sebaiknya kau juga belikan
Sungmin hyung..” ujarnya.
Yoona kecewa, ia ingin
mendapat jawaban yang lebih bagus dari itu tapi kenapa harus Sungmin juga
dilibatkan. Tapi ia tak ingin Siwon mengembalikan pemberiannya lagi kali ini.
“aku sudah memberinya banyak kado..
jangan kuatir..”
Siwon mengangguk
“eeohh.. ne, gumapta..” bagaimanapun juga ia harus mengucapkan terimasih pada
yeoja itu “ah, sebaiknya kita temui Sungmin hyung sekarang.. ada tugas baru
dari Leeteuk hyung untuk kami..” kilah Siwon.
Yoona tak protes, ia
menikuti Siwon yang sudah melangkah lebih dulu mencari Sungmin.
………………………………………….
Blossom Art..
Yuri tersenyum senang
melihat desain undangan pernikahannya. Tampaknya semua akan berjalan cukup baik
dan lancar. Ia juga sudah meminta Sora untuk menjadi pendampingnya nanti.
“kau senang?” sapa Sora.
“tentu saja.. dan kau harus segera
menyusulku..”
“hah.. ne..”
“waeyo? Siwon dan Donghae sudah cukup
besar.. kau tidak harus selalu memikirkan mereka, pikirkan juga
kebahagiaanmu..”
“andai saja…” guman Sora.
“andai saja? Apa?”
“eooh.?. ani!” kilahnya “aku hanya
bergumam tadi..”
“kau pernah jatuh cinta? Sejak aku
mengenalmu tak satupun namja yang kau suka.. bahkan Il Woo pernah kau tolak
kan?” Yuri mengingat masa kuliahnya dulu, waktu seorang namja dengan berani
menyatakan cinta pada Sora dan ditolak tegas oleh yeoja itu.
“mwo!!? tentu saja pernah..”
“kapan?” sepertinya Sora salah memberi
jawaban, kini ia bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Yuri.
“dulu.. dulu sekali..” serunya “
sudah, aku harus pulang.. hari ini Donghae dan Siwon pulang lebih awal, mereka
pasti akan mencariku..” pamitnya sambil berlalu pergi.
………………………………………….
“CHOI DONGHAE!! kembalikan!” teriakan
Siwon terdengar hingga diluar pintu. Sora penasaran hingga tergesa masuk
rumahnya dan melihat dua dongsaengnya sedang bergulat indah di sofa.
“Aigo.. apa yang kalian lakukan eeoh?
Berhenti bermain..”
“Noona, kau sudah pulang?? Lihat
Wonnie hyung sedang jatuh cinta.. seorang yeoja memberikan ini untuknya..”
Donghae memperlihatkan gantungan ponsel di tangannya sebelum akhirnya Siwon
berhasil merebutnya kembali. “hyung!!”
“diamlah Hae..”
“sepertinya aku mengenal benda ini..”
sejenak Sora berpikir “OMO!! Jadi namja yang dimaksud oleh Yoona itu kau??”
tebak Sora seketika.
“Yoona??” guman Donghae “jadi itu
namanya?”
“NOONA!! Kau mengenalnya?”
“dia salah satu pelangganku Wonnie
chagi..” tawa Sora senang
“apa sebelumnya dia juga membeli
gelang di Blossom?”
“kau menolaknya?”
“aku tidak ingin ini tersaingi..”
Siwon mengangkat lengannya, sebuah gelang pemberian Sora melingkar di sana.
Gelang yang sama melingkar di tangan Donghae dan Sora.
“jadi dia yeoja yang kau sukai hyung?”
tanya Donghae polos.
“ani.. dia hanya temanku dan Sungmin
hyung..”
“lalu siapa yang kau sukai?” giliran
Sora.
“Hyemi..”
“Hyemi?” ulang Sora dan Donghae
“nugu?”
“kalian sudah lupa?? yeoja manis
berambut panjang dengan ikat ekor kuda..”
“OMO!! Bukankah dia putri Kangin
Uisa..?”
“ne..”
“kau bertemu dengannya? Dimana?
Kapan?”
“ani noona.. aku belum bertemu
dengannya lagi..”
“hyung namja yang setia.. aku bangga
padamu hyung!” lontar Donghae membuat kedua kakaknya terheran “sudahlah, aku
lapar noona.. jangan membunuhku seperti ini..” rengeknya.
“yak!! kau tak akan mati hanya karena
tidak makan semalam saja..” pukul Sora pelan tepat di kepalanya. Donghae
meringis pelan merasakan pukulan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar