Rabu, 05 Maret 2014

DESTINY LOVE -3-



=PART 3=
          “Yak, kau ini rakus sekali?”
          “aku lapar noona!!” timpalnya “Appa, berikan aku sayur itu..” pintanya pada sang ayah.
          “Eunhyuk, berhentilah makan seperti itu..” Eunhyuk tak mendengarkan, pagi ini dia memang sangat lapar. Mungkin efek dari hukuman kemarin.
Eun Bi tak pernah bisa memahami dongsaengnya yang satu ini. mereka terlalu berbeda hingga jarang terlihat akur walaupun sebenarnya mereka saling menyayangi.
          “sudah.. aku pergi dulu noona, appa.. sepertinya Sungmin hyung sudah datang..” ia mendengar deru mobil di depan rumahnya. Tuan Lee hanya mengangguk tak terlalu melarang apapun yang dilakukan anaknya. Eun Bi memilih diam tak menyahutnya.
……………………………….

Yesung’s Home..
          “OPPA.. oppa.. jebal.. jebal oppa..” rengek Yoona bergelayut di lengan Yesung.
          “apa yang kau lakukan eeoh?” tegur Nyonya Kim
          “umma, katakan pada oppa untuk mengantarku ke Blossom Art..”
Yesung bergidik “kau ini.. ARRA!! Ku antarkan.. ambil tas mu sekarang!!” seru Yesung tak sabar. Yoona melonjak, ia bergegas ke kamarnya lalu kembali lagi dengan tas putih di lengannya tergantung.
          “dasar anak manja!!” gerutu Yesung sambil memukul kening Yoona pelan.
          “OMO!! Appo, oppa!!”
          “pergilah kalian.. jangan buat umma pusing..” usir Nyonya Kim akhirnya.

Blossom Art…
          “Anyeong!!” TaeJi menoleh sekita mendengar seruan Yoona.
          “ah.. anyeong.. kau pasti akan mengambil pesananmu yang kemarin kan?” tebak TaeJi.
          “ne.. TaeJi ssi..”
          “ikut aku..” Yoona mengikuti TaeJi ke etalase di ujung ruangan. Daewoo hanya melihat mereka berdua, nampaknya Yoona pelanggan yang cukup menyenangkan bagi mereka.
Di tinggal Yoona, Yesung ke ujung lain melihat sekeliling assesories yang ada di sana. Sampai seorang yeoja keluar dari sebuah ruangan di sampingnya. Matanya tak terkejab sedikitpun melihatnya, melihat orang yang selama ini dicarinya. Siapa lagi kalau bukan Sora. Yesung tersenyum setelah memastikan kalau yeoja itu memang yeoja yang ia kenal dulu.
          ‘kau sama sekali benar tidak berubah.. masih sama persis seperti dulu.. itu yang membuatku yakin ini adalah kau Sora, nae Sora..’ batinnya.
          “oh, mianhae.. anda mencari sesuatu? Ada yang bisa kami bantu?” Yesung bangun dari lamunannya saat Sora menyapa.
          ‘apa kau tidak mengingatku Ra-ya? Kau sudah lupa denganku? Atau sebenarnya kau tak pernah menyukaiku dan itu jawaban yang akan kau berikan dulu? Tidak.. aku tidak akan menyerah Ra-ya.. karena aku masih tetap menyukaimu seperti dulu..’
          “ah, animida.. aku hanya mengantar dongsaengku saja..” Yesung menunjuk Yoona bersama Taeji.
          “kau.. oppa-nya Yoona?”
          “ne.. apa kau bekerja di sini juga?”
          “tentu saja.. dia salah satu pemilik tempat ini..” sahut Daewoo yang merasa terabaikan di sana.
          “oh, tempat ini sungguh cantik..” jawab Yesung gugup “mungkin lain kali aku akan kesini kalau membutuhkan benda-benda ini..” kepalanya memandang sekeliling menunjukkan semua benda yang ada di sana “apa kau sendiri yang membuat ini?”
          “ne, tapi aku tidak sendiri.. ada Yuri.. Daewoo dan Taeji juga ikut membantu sesekali..” jelasnya.
          “gurrae..”
          “OPPA!! Kajja.. aku sudah selesai..” tarik Yoona tiba-tiba.
          “Yak, kau ini..”
          “OMO!! Unnie.. gumawo untuk ini..” diangkatnya dua buat gantungan kuci di tangannya.
          “kau menyukainya? Kalau begitu kau bisa kemari lagi kalau membutuhkan hiasan yang lain..”
          “tentu saja Unnie..” ceria Yoona “Oppa, kajja.. aku ada pelajaran sebentar lagi..”
          “ne.. eeooh..” Yesung berbalik pada Sora.
          “Sora imnida..” yeoja itu tahu maksud Yesung langsung mengenalkan dirinya.
          “gumawo Sora ssi.. kami pergi dulu..” pamitnya dengan lembut “aku akan ke sini lagi, pasti..” katanya sebelum benar-benar pergi.
          “kami akan senang..” timpal Sora.
……………………………………………………….

Han Sanghee menggerutu tepat di samping Kibum, yeoja itu tak akan kekelas Kibum kalau dia tidak sedang merindukan namjachingunya. Tepatnya ialah namja yang pernah berjanji akan selalu bersamanya. persahataban Sanghee dan Kibum terjalin sejak mereka kecil, rumah keduanya berdampingan membuat Sanghee dan Kibum pergi kemanapun bersama. Namun akhir-akhir ini Kibum lebih sering dengan Donghae. alasannya, Sanghee pindah ke rumah neneknya sedikit jauh dari rumah Kibum semenjak kedua orangtuanya pindah tugas di Jeju.
          “Kibum-ah.. tidak bisakah kau mendengarkanku sebentar?”
          “ne..” jawab Kibum, namja itu masih menatap fokus pada bukunya.
          “aku tidak lebih penting dari buku itu? Kau selalu begitu Kibum-ah.. aku ingin menagih janjimu.. kau berjanji padaku dan janji adalah hutang.. kau sendiri yang mengatakan itu” jelas Sanghee panjang lebar.
          “aku tidak keberatan kalau kau lebih sering pergi dengan Donghae karna aku tahu sesama namja pasti punya banyak hal yang bisa dilakukan bersama tapi aku mohon jangan acuhkan aku seperti ini..” katanya lagi.
Kibum masih tak menjawab, membuat Sanghee semakin kesal. Yeoja itu menyerah akhirnya berdiri meninggalkan Kibum sendiri. Belum sempat Sanghee keluar kelas Kibum, Minho sudah menghadangnya di tengah pintu.
          “Minho.. minggir..”
          “omo, kau marah karena Kibum jangan marah padaku juga..” godanya “kajja, sebaiknya kau ikut aku..” tarik Minho seenaknya. Sanghee tak bisa mengelak, ia tak mau tangannya lebih sakit oleh tarikan Minho hingga membuatnya mengikuti namja itu.
Kibum sedikit melirik ke arah mereka, rasa sesal menyelundup dalam hatinya. Ia tak pernah ingkar janji hanya saja Kibum tak tahu harus mengatakan dan berbuat apa saat yeoja itu di dekatnya. Tubuhnya bahkan bibirnya terkatup rapat. Padahal dulu tidak demikian, tapi sejak Kibum mengatakan janji itu, ia tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri.
          “cemburu?” tegur Donghae “jangan jadi pengecut, kau tidak ingin menyesal kan?”
Kibum melenguh “aku..”
          “kajja..” Donghae menarik Kibum dari posisi duduknya “kau harus mengatakannya sekarang Kibum-ah..”
          “aniyo Hae.. jangan sekarang!”
          “Sanghee akan berpaling pada Minho kalau kau begini terus Bummie..” rengek Donghae “aku tidak ingin melihatmu linglung seperti ini.. Sanghee bukan buku yang akan berdiri disana sampai kau datang menjemputnya lagi..” jelas Donghae.
          “chh.. kau sama saja Hae..” cibir Kibum “bagaimana perasaanmu pada Jihyun?”
          “kau ini..” balas Donghae “aku berbeda denganmu, kau sudah jelas-jelas semuanya mudah.. hanya masalah sikapmu saja yang kurang memperhatikan yeoja itu.. aku? Aku tidak akan memaksakan perasaannya..” Donghae menyandarkan punggung belakangnya pada dinding putih gading. Matanya menerawang jauh melihat keluar jendela di samping kirinya.
          “eeooh??”
          “DONGHAE!!” teriakan seorang yeoja mengacaukan suasana hati mereka tiba-tiba “aku ingin bicara denganmu, empat mata..” ucapnya datar dan dingin bahkan tanpa senyum. Kibum paham, ia perlahan meninggalkan Donghae berdua dengan yeoja itu.
          “Jihyun-ah.. apa yang ingin kau bicarakan?” Donghae sedikit ragu, menatap lembut yeoja di depannya.
          Jihyun balas menatap Donghae dengan pandangan yang sulit diartikan. Bibirnya bergerak seakan ingin mengeluarkan suara tapi ia manahannya sedemikian rupa. Tangannya mengepal kencang yang selanjutnya dibukanya dengan satu hempasan bersama dengan napasnya.
          “aku.. aku rasa.. aku ingin berteman denganmu!” ucapnya cepat setelah ia menangkis keraguannya sendiri.
Donghae terkejut, bukan karena permintaan aneh itu “bukankah kita memang berteman?” tanya Donghae polos “apa selama ini kau menganggapku sebagai musuh? Apa aku pernah berbuat salah padamu? Aigo… mianhae Jinhyun-ah..” ungkapnya mengalir begitu saja dari bibirnya.
Jinhyun kembali bingung dengan perkataannya sendiri, namja itu benar, mereka sudah berteman bahkan mereka satu kelas bukan?
          “ah, maksudku selama ini kita tidak seperti teman bukan.. kita jarang menyapa satu sama lain, jadi ku pikir kalau kita berteman kita bisa punya waktu lebih banyak untuk berbicara..”
Namja itu tersenyum, sepertinya ia menangkap maksud dari permintaan yeoja di depannya itu. “arra..” tegasnya “chingu!!” ia mengulurkan tanganya. Jihyun menyambut tangan Donghae dan bernapas lega setelahnya.
          ‘tak sesulit yang kukira..’ batinnya.
          “gumapta.. aku pergi dulu..” pamit Jihyun tak ingin berlama-lama. Ia berlari meninggalkan Donghae yang masih dalam kebisuannya.
……………………………………………………………………..

Jari telunjuknya mengetuk meja kayu yang dihadapnya sedang tangan satunya memutar ponsel hitam legam seperti mainan.
          “mianhae, oppa menunggu lama?” sosok yang di tunggunya datang, mengambil duduk di depannya di seberang meja yang tadi digunakan sebagai alas untuk memainkan jari. Senyum tipis terukir di bibirnya membuat rasa sesal bagi sosok di depannya karena sudah membuatnya menunggu.
          “aniyo.. aku juga baru saja datang..” jawabnya lembut “aku belum pesan apapun..” katanya memperlihatkan meja mereka yang masih kosong.
          “kalau begitu kita pesan dulu.. aku sudah lumayan lapar..” ujarnya.
Sepuluh menit setelahnya meja itu sudah penuh dengan makanan pesanan mereka.
          “oppa, sudah lama kita tidak makan bersama..”
          “ne..”
          “kau tidak pernah berubah, oppa..”
          “Eunbi-ya..” namja itu –Yesung- menghentikan sejenak kegiatan makannya “aku sudah mengatakannya dari awal padamu.. aku tidak bisa meneruskan perjodohan ini..”
Eunbi mengangguk “arraseo.. tapi apa aku salah kalau aku berusaha? Aku lihat oppa juga belum dekat dengan seseorang..”
Yesung mendongak, ia tidak mengerti kenapa harus terjebak dalam perjanjian antara ayahnya dan ayah Jihyun. Walaupun mereka mengatakan kalau itu hanya gurauan saja –siapa tahu mereka benar-benar bisa bersatu, demikian kata mereka- tapi sepertinya Eunbi terlanjur menyukainya. Yesung tahu yeoja itu sangat baik, mereka berteman saat masih di universitas dulu tapi bukan berarti ia juga harus memaksa perasaan Yesung yang sudah jauh menyimpan seseorang lebih dulu dalam hatinya.
          “aku bertemu dengannya..”
          “benarkah? Dimana? Apa oppa yakin kalau itu dia?”
          “aku sangat yakin.. tapi sepertinya dia belum menyadari keberadaanku.. sudah lama sekali kami tidak saling bertemu..”
Eunbi menahan kadar emosinya yang hampir saja naik “jadi oppa akan mengatakan kalau kesempatan untukku sudah tidak ada lagi?”
          “aku sudah menjelaskan semuanya padamu.. kau juga sangat tahu kalau aku menunggunya sekian lama.. hanya dia..”
          “aku pikir oppa tidak akan menemukannya lagi.. bahkan aku berharap kalau dia tidak akan muncul lagi di hadapan oppa, berharap semoga dia sudah dengan yang lain sehingga oppa bisa melepaskannya..” harap Eunbi “apa aku egois?”
          “ne..”
          “kau juga egois, oppa..”
          “arraso..”
          “aku tetap tidak akan menyerah.. oppa belum tahu keadaan yang sebenarnya jadi aku masih punya harapan..” tegar Eunbi.
Kini mereka benar-benar menghentikan acara makan siang itu apalagi setelah Eunbi meninggalkan Yesung di depan meja itu. Eunbi sangat kecewa tapi ia masih menunjukkan kalau dirinya belum menyerah.

Bi-coffie..
          “ini.. ada permintaan dari pelanggan..” Leeteuk menyerahkan lembaran ditangannya pada Eunbi.
          “waeyo?” merasa tak dihiraukan ia meletakkan saja lembaran itu di meja kerjanya “Yesung?”
          “dia.. benar-benar menolakku.. aku sudah tahu itu dari awal tapi kenapa aku masih belum menyerah?” paraunya.
          “Eunbi ssi..”
          “sudahlah..” potong Eunbi “apa yang kau bawa Leeteuk ssi..”
Leeteuk kembali ingat dengan tujuannya “ada pelanggan yang ingin menyewa caffe kita seharian.. kau tahu? Choi Jin Hyuk..”
          “bukankah dia seorang aktor?”
          “benar.. minggu depan dia akan melamar tunangannya..”
          “kalau begitu aku percayakan ini padamu Leeteuk ssi.. dan juga, Siwon dan Sungmin pasti bisa membantu menyiapkan semuanya..”
          “ne..” sanggup Leeteuk “ah, Eunbi ssi.. kau pantas mendapatkan kebahagiaan.. kalau bukan dari Yesung Presdir.. dari namja yang lain..” ungkapnya sebelum ia keluar dari ruangan Eunbi membuat yeoja itu sedikit tersenyum menanggapinya.
……………………………………………………….


          “untukku?” Siwon terheran saat Yoona memberinya sebuah gantungan ponsel berwarna putih sesuai warna kesukannya.
          “ne..”
          “eooh..”
          “kali ini jangan ditolak.. kau tak meletakkan hiasan apapun di ponselmu jadi biarkan aku yang memberimu ini..” paksa Yoona
          “aku..”
          “jebal Siwon-ah.. anggap saja ini sebagai awal dari hubungan dekat kita..”
          “mwo??”
          “ah.. ani.. maksudku, sebagai tanda pertemanan kita ottoke?”
Siwon tak punya alasan lagi untuk menolak pemberian Yoona, tapi kalau ia menerima itu artinya Yoona akan menganggapnya punya harapan.
          “yak, Na-ya.. aku menerima pemberianmu bukan karena hal lain.. itu karena kita chingu! Dan sebaiknya kau juga belikan Sungmin hyung..” ujarnya.
Yoona kecewa, ia ingin mendapat jawaban yang lebih bagus dari itu tapi kenapa harus Sungmin juga dilibatkan. Tapi ia tak ingin Siwon mengembalikan pemberiannya lagi kali ini.
          “aku sudah memberinya banyak kado.. jangan kuatir..”
Siwon mengangguk “eeohh.. ne, gumapta..” bagaimanapun juga ia harus mengucapkan terimasih pada yeoja itu “ah, sebaiknya kita temui Sungmin hyung sekarang.. ada tugas baru dari Leeteuk hyung untuk kami..” kilah Siwon.
Yoona tak protes, ia menikuti Siwon yang sudah melangkah lebih dulu mencari Sungmin.
………………………………………….

Blossom Art..
Yuri tersenyum senang melihat desain undangan pernikahannya. Tampaknya semua akan berjalan cukup baik dan lancar. Ia juga sudah meminta Sora untuk menjadi pendampingnya nanti.
          “kau senang?” sapa Sora.
          “tentu saja.. dan kau harus segera menyusulku..”
          “hah.. ne..”
          “waeyo? Siwon dan Donghae sudah cukup besar.. kau tidak harus selalu memikirkan mereka, pikirkan juga kebahagiaanmu..”
          “andai saja…” guman Sora.
          “andai saja? Apa?”
          “eooh.?. ani!” kilahnya “aku hanya bergumam tadi..”
          “kau pernah jatuh cinta? Sejak aku mengenalmu tak satupun namja yang kau suka.. bahkan Il Woo pernah kau tolak kan?” Yuri mengingat masa kuliahnya dulu, waktu seorang namja dengan berani menyatakan cinta pada Sora dan ditolak tegas oleh yeoja itu.
          “mwo!!? tentu saja pernah..”
          “kapan?” sepertinya Sora salah memberi jawaban, kini ia bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Yuri.
          “dulu.. dulu sekali..” serunya “ sudah, aku harus pulang.. hari ini Donghae dan Siwon pulang lebih awal, mereka pasti akan mencariku..” pamitnya sambil berlalu pergi.
………………………………………….

          “CHOI DONGHAE!! kembalikan!” teriakan Siwon terdengar hingga diluar pintu. Sora penasaran hingga tergesa masuk rumahnya dan melihat dua dongsaengnya sedang bergulat indah di sofa.
          “Aigo.. apa yang kalian lakukan eeoh? Berhenti bermain..”
          “Noona, kau sudah pulang?? Lihat Wonnie hyung sedang jatuh cinta.. seorang yeoja memberikan ini untuknya..” Donghae memperlihatkan gantungan ponsel di tangannya sebelum akhirnya Siwon berhasil merebutnya kembali. “hyung!!”
          “diamlah Hae..”
          “sepertinya aku mengenal benda ini..” sejenak Sora berpikir “OMO!! Jadi namja yang dimaksud oleh Yoona itu kau??” tebak Sora seketika.
          “Yoona??” guman Donghae “jadi itu namanya?”
          “NOONA!! Kau mengenalnya?”
          “dia salah satu pelangganku Wonnie chagi..” tawa Sora senang
          “apa sebelumnya dia juga membeli gelang di Blossom?”
          “kau menolaknya?”
          “aku tidak ingin ini tersaingi..” Siwon mengangkat lengannya, sebuah gelang pemberian Sora melingkar di sana. Gelang yang sama melingkar di tangan Donghae dan Sora.
          “jadi dia yeoja yang kau sukai hyung?” tanya Donghae polos.
          “ani.. dia hanya temanku dan Sungmin hyung..”
          “lalu siapa yang kau sukai?” giliran Sora.
          “Hyemi..”
          “Hyemi?” ulang Sora dan Donghae “nugu?”
          “kalian sudah lupa?? yeoja manis berambut panjang dengan ikat ekor kuda..”
          “OMO!! Bukankah dia putri Kangin Uisa..?”
          “ne..”
          “kau bertemu dengannya? Dimana? Kapan?”
          “ani noona.. aku belum bertemu dengannya lagi..”
          “hyung namja yang setia.. aku bangga padamu hyung!” lontar Donghae membuat kedua kakaknya terheran “sudahlah, aku lapar noona.. jangan membunuhku seperti ini..” rengeknya.
          “yak!! kau tak akan mati hanya karena tidak makan semalam saja..” pukul Sora pelan tepat di kepalanya. Donghae meringis pelan merasakan pukulan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar