Senin, 15 Juli 2013

Luka dan Cinta : dimana langit ke-8?



Sudah ku duga, sakit itu harus ku alami kini. Lembaran indah yang menggoreskan kisah kita sudah berada di batas akhir halaman. Dan cerita cinta tak selamanya indah, ya.. semua orang tahu itu! Termasuk diriku dan dirimu…
Jejak yang terukir kian lama hilang dalam sekejab terhapus hempasan ombak sang pasifik. Namun jejak itu adalah luka dan cinta yang mengunci hatimu dan hatiku. Boleh saja pasifik menghapusnya dengan sekali kedipan mata, tapi tidak dengan mudah semua itu terhapus bersih dalam ruang hatiku dan hatimu. Ruang yang kini kosong dan dingin, hanya sunyi dan sepi yang ditimbulkannya.
Sesekali kusentuh dinding ruang itu..
            “aaahh.. rupanya memang sangat dingin dan lembab.. rasa hangat itu tiada lagi kini, hingga menyisahkan ruang yang sedemikian?”
Kudongakkan kepalaku ke atas langit, berharap aku bisa berada di langit ke delapan dan akulah penciptanya. Tak kan ada bulan yang suram tanpa bintang, tak kan ada redupnya hari tanpa mentari.
            “ehhm, kau bukan malaikat.. bukan juga seorang peri yang mampu menciptakan keajaiban.. karena sebenarnya, kau dan dialah keajaiban itu..” mungkinkah itu yang akan dibisikkan oleh sang angin padaku?
Kembali kutelusuri remang itu.. kaku dan beku..
Alunan himne sang ruang mulai berdentum, pelan tapi pasti..
Batas pasifik berdiri kokoh didepanku saat coba kusentuh..
“Aku bisa melewatinya…” yakinku.
Nyatanya, tidak ada langit ke-8.. aku masih disini.. dibawah awan yang kapan saja bisa mendung dan cerah.. dibawah awan yang bisa kapan saja menurunkan hujan.. dibawah awan yang menjadi tempat siang dan malam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar