Sudah ku duga, sakit itu harus ku alami kini. Lembaran indah
yang menggoreskan kisah kita sudah berada di batas akhir halaman. Dan cerita
cinta tak selamanya indah, ya.. semua orang tahu itu! Termasuk diriku dan
dirimu…
Jejak yang terukir kian lama hilang dalam sekejab terhapus
hempasan ombak sang pasifik. Namun jejak itu adalah luka dan cinta yang
mengunci hatimu dan hatiku. Boleh saja pasifik menghapusnya dengan sekali
kedipan mata, tapi tidak dengan mudah semua itu terhapus bersih dalam ruang
hatiku dan hatimu. Ruang yang kini kosong dan dingin, hanya sunyi dan sepi yang
ditimbulkannya.
Sesekali kusentuh dinding ruang itu..
“aaahh..
rupanya memang sangat dingin dan lembab.. rasa hangat itu tiada lagi kini,
hingga menyisahkan ruang yang sedemikian?”
Kudongakkan kepalaku ke atas langit, berharap aku bisa
berada di langit ke delapan dan akulah penciptanya. Tak kan ada bulan yang suram
tanpa bintang, tak kan ada redupnya hari tanpa mentari.
“ehhm, kau
bukan malaikat.. bukan juga seorang peri yang mampu menciptakan keajaiban..
karena sebenarnya, kau dan dialah keajaiban itu..” mungkinkah itu yang akan
dibisikkan oleh sang angin padaku?
Kembali kutelusuri remang itu.. kaku dan beku..
Alunan himne sang ruang mulai berdentum, pelan tapi pasti..
Batas pasifik berdiri kokoh didepanku saat coba kusentuh..
“Aku bisa melewatinya…” yakinku.
Nyatanya, tidak ada langit ke-8.. aku masih disini.. dibawah
awan yang kapan saja bisa mendung dan cerah.. dibawah awan yang bisa kapan saja
menurunkan hujan.. dibawah awan yang menjadi tempat siang dan malam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar