Selembar untuk Melati
Dia
seorang pekerja keras, rasa ingin tahu yang besar telah menuntunnya kepada
keberhasilan. Tak pantang menyerah dan hebatnya lagi, ia menjadi motivasi
banyak orang. Sahabat dekatnya merasa bahwa ia memiliki bakat unik untuk tahu
sebuah masa depan. Itu yang membuatnya bisa mengambil keputusan untuk melakukan
hal dengan pertimbangan yang tidak pernah dipikirkan orang.
Namun,
untuk satu hal Melati tidak bisa melakukannya dengan baik. Hal itu adalah
cinta…
Melati
cukup lama meletakkan hati pada Aska. Tetapi selama itu pula ia tak berani
mengungkapnya. Kedekatan mereka sudah semakin jauh, tapi sejauh itu pula ia
menimbun banyak pertimbangan yang terkadang tak masuk akal. Teman-temannya
nyaris menyerah mengahadapi tingkah Melati.
Sore
ini seperti biasa, Aska menjemputnya dari kantor. Aska merasakan Melati sudah
berada di boncengannya kini. Entah apa yang ada di benak mereka berdua hingga
kedekatan yang sudah jelas-jelas aneh di mata orang itu mereka anggap bukan
apa-apa. siapa yang salah sekarang? Aska sebagai cowok yang harus mengungkapkan
perasaan lebih dulu atau Melati yang ingin segera hubungannya dipastikan?
“aku
lelah Ang, bahkan kini aku berpikir untuk menyerah..” keluhnya pada sahabatnya
“apa
yang membuatmu sampai berpikir seperti itu? Ini bukan zamannya siti nurbaya..
zaman ini sudah diperjuangkan oleh Kartini.. kau juda sudah belajar Feminisme..
apa lagi yang kurang kau paham? Kau mau menyesal atau perjuangkan itu
sekarang..”
“aku
takut ini hanya perasaanku semata, aku takut apa yang aku rasakan yang aku
pikrkan tak sama dengan yang disarakannya.. aku takut semua perjuanganku
sia-sia saja. tapi aku juga gak mau menyesal.. selama ini akulah yang selalu
memulai, kenapa bukan dia? Kenapa harus aku dan aku.. kalau begini terus,
bukankah ini sama halnya hanya aku yang berjuang.. kalau begitu lebih baik aku
menyerah..”
Begitulah
Melati, ia masih hidup dalam kebimbangannya. Ia masih ingin menanti sampai Aska
memastikan hubungan mereka tapi ia tak bisa lama-lama. Ia juga ingin
memperjuangkan semuanya rangkaian yang sudah dijalaninya selama ini. Namun
rupanya ia sudah cukup lelah untuk berbuat sesuatu hingga akhirnya memutuskan
untuk diam, mengalihkan semua pikiran tentang Aska dengan hal lain..
pekerjaan-pekerjaan kantor. Hanya saja, entah sampai kapan ia bisa bertahan
untuk mengalihkannya. Mengalihkan Aska tidak menyelesaikan masalahnya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar