Kembang hari ini..
Hari
ini, hari untuk mereka.. mereka yang terluka.. mereka yang kecewa.. mereka yang
menyesal.. mereka yang kesepian..
Rintik
hujan yang turun hari ini juga untuk menemani mereka.. yang bimbang.. yang
bingung.. yang sedih..
Selembar bagi Lily..
Lily,
menganyun langkahnya pelan ke atas panggung kecil didepan sebuah caffe. Senyum
kecilnya menyapa Darin sang pemain gitar. Kemudian matanya beralih ke arah
Rangga dan Garit tepat dibelakang Darin, mereka pemain drum dan keyboard. Lalu
dilanjutkanya untuk menyapa Yane si pemain bas.
Lily
beerbalik arah memandang microphone-nya dan siap untuk meresap bersama lagunya.
Hari ini caffe cukup rame. Maklum, malam minggu. Para muda-mudi menyebut hari
ini sebagai malam romantic bersama orang yang mereka sayang. Di pojok caffe
terlihat dua orang yang duduk berhadapan. Mereka hanya memesan segelas
cappuccino masing-masing. Tampaknya pengunjung lain di caffe juga melakukan hal
yang sama.
Lily
masih asik melantunkan lagunya walaupun ia tahu banyak orang yang tidak
memperhatikannya. Orang hanya menikmati lagunya tanpa mau tahu siapa yang
melantunkan bagi mereka.
Begitulah
yang dilakukan Lily hampir disetiap malamnya. Ia menikamati dunianya sekalipun
tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya.
Kata
orang cinta menghampiri setiap orang dengan caranya sendiri, cara yang
terkadang tidak kita mengerti. Cinta itu juga yang pernah menghampiri Lily.
Pada Gilang, Lily pernah memberikan cintanya. Darin pun membuka pintu hatinya
untuk Lily dan menerima dia dengan segala kekurangannya.
“kalau
cinta itu tidak indah, semua orang akan menghindarinya.. tapi aku berusaha
untuk tidak menghindari semua itu Lang. bagiku bukan masalah apakah cinta itu
indah atau tidak melainkan apakah cinta itu membawa harapan..”
“kamu
mencintaiku Lily?”
“apakah
harus ku perjelas?”
“cinta
itu indah tapi tidak dapat dipungkiri kalau ia juga bisa menyakitkan kita..
kini aku minta maaf Lily karena aku melakukan kedua hal itu untuk dirimu.. aku sempat meng-iya-kan dan memberi
kesempatan pada keindahan cinta menghampiri kita. Kini aku juga harus menyadari
bahwa aku memberi kesempatan pada kekecewaan pada hubungan kita..”
“aku
tahu, mungkin sepenggal kata terimakasih bisa ku ucapkan. Tapi rasa kecewa tak
bisa ku pungkiri juga..”
Lily
enggan melihat kebelakang lagi. Ia melangkah dan terus melangkah meninggalkan
Gilang cintanya. Gilang memilih orang lain untuk menjadi cintanya kini. Dan
Lily merniat pergi meninggalkan semua kenangan itu sekalipun jejak luka itu
masih tersirat dan membekas dalam hatinya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar