Cast :
Lee Donghae
Park Jung Soo / Leeteuk
Lee Hyukjae /Eunhyuk
Lee Donghae
Park Jung Soo / Leeteuk
Lee Hyukjae /Eunhyuk
Genre
: Family – Brothership – Friendship
Length
: One Shoot
Sumarry
:
**** Dia tidak gila dan bukan orang gila, trauma akan kehilangan yang membuatnya seperti itu. menutup diri, tinggal dalam ketakutan imaginasi dan menganggap dunia nyata adalah dunia lain dari dirinya. Ia hidup di alam yang dibuatnya sendiri hingga tak mengenali orang-orang disekitarnya, tak mengenali kehidupan sesungguhnya ****
**** Dia tidak gila dan bukan orang gila, trauma akan kehilangan yang membuatnya seperti itu. menutup diri, tinggal dalam ketakutan imaginasi dan menganggap dunia nyata adalah dunia lain dari dirinya. Ia hidup di alam yang dibuatnya sendiri hingga tak mengenali orang-orang disekitarnya, tak mengenali kehidupan sesungguhnya ****
****
“Hei.. dengar, hyung tidak akan menyakitimu.. hyung hanya
ingin mengajakmu jalan-jalan ke taman.. kau mau?” Park Jung Soo atau Leeteuk
itu mendekatinya dan mencoba untuk tidak membuatnya ketakutan dengan sentuhan
lembut di kepalanya.
Pekerjaannya yang
membuatnya seperti itu dan saat melihat dia yang saat ini berada di depannya
Leeteuk tidak bisa menerima tawaran itu. Ia yakin anak itu bisa sembuh dan
kembali seperti dua tahun yang lalu. Seperti yang diceritakan orangtuanya,
Donghae, namja yang menjadi pasien Leeteuk saat ini adalah anak yang cerdas,
ceria dan aktiv. Namun peristiwa menyakitkan telah membuatnya seperti orang
gila.
Sudah sebulan ini
Leeteuk menangani Donghae dan namja itu mulai biasa dengan kehadirannya, tidak
seperti hari pertamanya. Donghae berteriak histeris hingga hampir melukai
Leeteuk saat ia melempar lampu di meja nakasnya.
“kajja Hae…” Leeteuk membimbing Donghae bangkit dari
ranjangnya dan membawanya ke taman belakang rumah. Ia mengakui bahwa baru kali
ini ia memperlakukan secara special pada pasiennya. Biasanya Leeteuk
menggunakan ‘paksaan’ tegas untuk mengatasi mereka, namun tidak dengan Donghae.
Ada rasa terselip di hatinya.. sayang.. ya, Leeteuk menyayangi Donghae seperti
adiknya sendiri. Mata polosnya yang selalu memandang kosong membuat Leeteuk tak
bisa memperlakukannya dengan keras.
Donghae mengikuti
langkah Leeteuk hingga keduanya duduk di bangku taman.
“kau tahu, udara di sini sangat sejuk.. ini musim gugur
Hae.. kau bisa melihat bunga-bunga jatuh dari dahannya..”
“eeoohh.. kau suka musim apa Hae??” tidak ada sahutan
“ehm, kalau hyung.. suka musim semi.. dimana semua bunga mekar dan baunya
kemana-mana..”
Donghae tetap pada
posisinya.. tapi sedetik kemudian Leeteuk melihat tangan kirinya terangkat..
telapak tanganya menengadah seakan ia menunggu daun dan bunga jatuh ke
atasnya..
“ja…tuh..” satu kata pertama yang Leeteuk dengar.
“MWO?? kau bilang apa Hae?? kau bilang apa?” tangis
bahagia Leeteuk.
“bu..nga.. ja.. tuh..” sekali lagi ia mengatakannya.
Leeteuk terlalu bahagia
mendengarnya, ia memeluk Donghae erat.. “ne, Hae.. bunga jatuh.. kau suka?? Kau
menyukainya??”
“su… ka.. Hae su..ka!” jawabnya.
Satu perkembangan yang
luar biasa, Donghae sudah mampu merespon orang. Pertanda bahwa memang Donghae
tidak gila seperti yang dikatakan dokter-dokter lain yang sebelumnya
menanganinya.
****
Leeteuk berlari cepat ke kamar Donghae. Di depan kamar
itu ada Appa dan Umma Donghae yang tengah menangisi putra mereka.
“ada apa?”
Appa Donghae menggeleng
“dia terus berteriak seperti itu.. terus memanggil ‘hyung’..” Leeteuk mengerti.
Ia masuk kamar Donghae yang sudah berantakan akibat ulahnya. Anak itu duduk
ketakutan sambil memeluk lututnya di pojok ruangan dengan tubuhnya yang
berbalut selimut. Leeteuk mendekat, berjongkok didepannya..
“Hae.. waeyo??” tak ada sahutan.
“katakan pada hyung.. ada apa??” kini tangan Leeteuk
menggapai puncak kepalanya lalu mengusapnya pelan berusaha menenangkan anak
itu.
Donghae mendongak dan
melihat Leeteuk.. “h..hy..hyung….”
“ne, hyung di sini.. ada apa?”
“h..hyung….” hanya itu lagi yang dikatakannya.
Leeteuk tak sabar, ia
angkat tubuh Donghae dan membopongnya ke atas tempat tidur.
“baiklah, ini sudah malam.. kau tidur ya..” Leeteuk
membaringkan Donghae perlahan, menyelimutinya dan masih tetap mengusap kepala
Donghae.
“hyung…..” sekali lagi panggilnya “ga..gajima….”
“aniyo.. hyung tidak akan kemana-mana, tidurlah..”
“hiks.. ga..jima..” isakkan kecil terdengar dari mulut
Donghae.
“Hey.. dengar Hae, hyung tidak akan kemana-mana ne..”
Leeteuk cemas seketika melihat keadaan Donghae “kemarilah…” akhirnya Leeteuk
membaringkan dirinya disamping Donghae, membawa Donghae dalam pelukannya hingga
anak itu kembali tenang “hyung… akan disini..”
****
Keadaan sedikit
berubah, sejak malam dimana Donghae menangis.. ia benar-benar tidak bisa jauh
dari Leeteuk. Maka Leeteuk memutuskan membawa Donghae sementara pulang ke
rumahnya dengan seijin Appa dan Umma Donghae.
“Donghae-ya… ini Eunhyuk.. dongsaeng Leeteuk hyung, kau
bisa berteman dengannya..” perkenal Leeteuk padanya.
Eunhyuk senang dengan
kedatangan Donghae, paling tidak ia punya teman yang sebaya dengannya. Donghae
memandang Eunhyuk dengan sedikit takut.. ia belum pernah bertemu dengan orang
lain sebelumnya. Ia hanya tahu Leeteuk, Appa dan Ummanya..
“jangan takut.. Eunhyuk akan menamanimu kalau hyung
sedang bekerja.. kau juga bisa memanggilnya hyung kalau kau mau…”
“hyung….” Protes Eunhyuk.
“yak, bagaimanapun juga kau lebih tua darinya Hyuk..”
terang Leeteuk “kau mau kan membantu hyung menyembuhkannya??” pintanya.
“ne hyung, kapan aku menolak permintaanmu??” jawabnya
“jadi Hae-ya.. kau..”
“HYUUNGG!!” Donghae berteriak ketakutan saat Eunhyuk
menyentuh pundaknya.
“kau harus pelan-pelan Hyuk…” jelas Leeteuk “Hae-ya..
gwaenchana.. ini Eunhyuk.. Eunhyuk..” ulangnya sabar.
“E..Eun..Eunhyuk??”
“ne, Eunhyuk ingin jadi temanmu.. kau mau?”
Donghae mengulurkan
tangannya walau nampak ragu dan takut. Eunhyuk menyambutnya gembira..
“Hae.. mulai sekarang kita berteman.. arrachi? Kau bisa
memanggilku kapan saja kalau kau butuh sesuatu..”
“chi..ngu..”
Donghae, namja 20 tahun
itu harus belajar semuanya dari awal. Hidupnya hancur 2 tahun yang lalu. Saat
ia merayakan kelulusannya dari Senior High School, ia dan Donghwa hyungnya
mengendarai mobil ke sebuah restorant. Karena asyik bergurau Donghwa tak sempat
menginjak rem saat sebuah bus melaju kencang tanpa kendali dari arah
sebaliknya. Seketika itu juga mobil mereka masuk ke dalam sungai dari jalan
jembatan itu. Donghae sempat melihat bagaimana Donghwa yang terluka parah
mencoba membuka sabuk pengaman Donghae.
‘kau harus selamat
Hae…’ ucap Donghwa tanpa menghiraukan dirinya sendiri. Donghae tak bisa berbuat
apapun, ia tak bisa menggerakkan tubuhnya yang memang sudah sangat lemas.
Cukup lama mereka di
dalam air sampai tim penyelamat mengeluarkan keduanya. Donghae benar-benar selamat
tapi tidak dengan Donghwa tapi keadaannya tak lebih baik. Donghae mengalami
trauma yang sangat hebat hingga ia tak mampu berinteraksi dengan orang lain. Ia
sering berteriak memanggil nama hyungnya.
2 tahun hidup dalam
keadaan yang seperti itu, sampai Appanya menemui Leeteuk seorang dokter baru
yang bekerja di rumah sakit milik keluarga Lee.
****
“kemarilah…”ajak Eunhyuk “aku baru saja membuat lampion..
kau mau membantuku memasangnya??” Donghae hanya diam dengan pertanyaan Eunhyuk
“baiklah.. kau duduk disini dan hanya lihat aku..” ucapnya kemudian mendudukkan
Donghae di sisi ranjangnya.
Eunhyuk membuat
kamarnya penuh dengan lampion kecil, bahkan ia memenuhi langit-langit kamarnya
dengan benda itu hingga nampak bagai bintang.
“in… dah…” guman Donghae.
Eunhyuk tersenyum..
dalam kamar gelapnya, lampion-lampion kecil itu menjadi cahaya yang indah
bagaikan bintang-bintang kecil di langit..
“seperti bintang bukan??” tanyanya tanpa jawaban “kau
menyukainya Hae?”
“Ha..e.. suka.. bintang..” seulas senyum di wajah Donghae
membuat Eunhyuk bersorak dalam hatinya.
“kau mau tidur di kamarku malam ini? kita akan tidur
dengan bintang-bintang itu…”
Tanpa menunggu
jawabannya Eunhyuk sudah membaringkan Donghae di sisinya, menarik selimut yang
menutup tubuh mereka.
“kau boleh menikmatinya sampai puas Hae..” ujarnya sambil
memejamkan mata.
*
Leeteuk kelimpungan
mencari Donghae berlari ke kamar Eunhyuk. Cemas diwajahnya berubah seketika
saat melihat pemandangan mengharukan di ruangan itu. Eunhyuk dan Donghae tidur
bersama.. tangan Donghae memeluk lengan Eunhyuk, mungkin tadi ia sempat takut
kalau Eunhyuk meninggalkannya.
“kau membuat kamar yang indah Hyuk-ah…” gumannya menatap
bagaimana kamar dongsaengnya malam ini. ia mendekati kedua namja di ranjang itu,
merapikan selimutnya..
“jaljjayo Hyuk.. Hae..”
****
Leeteuk menyodorkan dua
cup penuh ice cream di hadapan Eunhyuk dan Donghae. Hari ini ia libur dan
membawa dongsaeng-dongsaengnya ke kedai ice cream.
“hyung tidak tahu kau suka rasa apa Hae, jadi hyung
belikan rasa coklat…” tapi Donghae menatap ice cream milik Eunhyuk intens
“eeoh, kau mau rasa stroberry seperti Eunhyuk juga?? Eunhyuk-ah.. bagi milikmu
untuk Hae..”
Eunhyuk tak keberatan,
ia menyodorkan miliknya pada Donghae..
“buka mulutmu.. akan kusuapi..” perintahnya. Donghae
melakukan perintah itu, membuka mulutnya dan langsung melahap habis ice cream
Eunhyuk.
“hyung…. La..gi..” rengeknya.
Eunhyuk dan Leeteuk
tertawa seketika mendengarnya. Donghae sudah bisa berinteraksi dengan cukup
baik sejauh ini. keputusan Leeteuk membawanya ke rumah ternyata tidaklah salah.
Bahkan ia begitu bahagia karena Eunhyuk mampu membantunya menjaga Donghae.
“Hae.. begitu.. katakan semuanya yang Hae ingin, ne..”
Leeteuk mengusap puncak kepalanya “hyung akan membelikannya lagi nanti,
sekarang habiskan dulu yang ini..”
*
Leeteuk menatap langkah
kedua adiknya yang berjalan lebih dulu di depan. Eunhyuk menuntun Donghae dan
berceloteh ini dan itu. Donghae awalnya begitu takut keluar rumah, sekarang
sudah mulai memberanikan diri namun masih harus ditemani Leeteuk atau Eunhyuk.
Hari semakin senja,
jalanan mulai remang…
“hyung…. Lam..pion..” tunjuk Donghae pada seseorang
penjual lampion di pinggir sungai Han.
“Kajja…” Eunhyuk menyeret lengannya..
*
“wooaahh… Hae.. senang… gumawo hyung..” ini pertama
kalinya Donghae mengatakan kalimat yang cukup panjang pada mereka. Mereka
melepas lampion-lampion yang dibelikan Leeteuk di pinggir Sungai Han itu.
Eunhyuk dan Donghae tak henti menatapnya hingga cahaya-cahaya itu semakin kecil
dan seakan menyatu dengan bintang.
Leeteuk tersenyum “Hae
benar senang?? Hyung juga senang kalau Hae senang.. apalagi kalau Hae bisa
kembali seperti dulu.. Hae tidak ingin bermain seperti ini tiap hari? Hae tidak
ingin punya banyak teman lagi? bahkan Hae bisa sekolah lagi…”
“Hae..” ia menunduk “hyung…. Donghwa..hyung???”
****
Hari ini tepat dua
tahun peringatan kematian Donghwa. Dan untuk pertama kalinya Donghae
mengunjungi makam kakaknya itu bersama Appa dan Umma juga Leeteuk dan Eunhyuk
karena mereka takut terjadi sesuatu pada Donghae jika tanpa mereka.
Donghae menatap nisan
Donghwa dengan tatapan kosong, banyangan dua tahun silam kembali teringat
olehnya.
“bo..boghosipo hyung… mian.. Hae.. Hae baru datang..
sekarang..” isaknya pilu.
Namun..
“WAE?? WAE HYUNG?? GAJIMA.. GAJIMA!!” teriaknya tiba-tiba
sambil memumul tanah gundukan itu dengan tangannya membuat mereka semua
tersentak.
“Hae-ya..” Usap lembut Ummanya di punggung Donghae.
“KAU JAHAT HYUNG.. Ka..kau.. jahat..!!” ia terengah-engah
mengeluarkan semua emosinya yang selama ini terpendam.
Umma menarik Donghae dalam pelukannya, ia pun ikut
menangis melihat Donghae yang seperti itu “Umma… Donghwa hyung.. ja..jahat..
pa..padaku..” masih dalam isaknya.
“Hae.. Donghwa hyung bukan orang yang jahat, ia hanya
ingin dongsaeng yang disayanginya bisa tersenyum bahagia.. ia ingin
dongsaengnya menjadi orang yang kuat.. jadi, jangan menganggap Donghwa jahat..”
jelas Leeteuk sambil berbisik pelan “Hae ingin Donghwa hyung bahagia di sana?”
tanyanya.
Donghae mengangguk..
“Hae ingin pengorbanan Donghwa hyung tidak menjadi
sia-sia kan?? Jadi mulai sekarang kau harus jadi namja yang kuat.. kau harus
sekolah.. bukankah kau ingin menjadi seorang dancer terkenal?? Wujudkan mimpi
itu agar Donghwa bisa bahagia di sana..” terang Leeteuk seakan pada dongsaeng
kecilnya yang baru berusia 5 tahun. Namun memang saat ini seperti itulah caranya
ia harus memberitahu Donghae..
Namja itu tidak
menjawab, malah ia beralih memeluk erat Leeteuk.
“gu..gumawo.. hyung…”
Setitik kebahagiaan
terselip di hati Appa dan Umma Donghae melihat putranya sudah mulai kembali
lagi pada Donghae yang dulu. Demikian juga Eunhyuk.. semenjak Donghae
bersamanya ia menyayanginya seperti dongsaengnya sendiri, maklum selama ini
ialah yang menjadi dongsaeng di rumahnya. Dan rasa itu ialah rasa bahagia
karena telah merasa menjadi seorang hyung..
****
_FIN_
loh loh hae trauma selama 2 tahun ??? OMG kasian hae.. hae emang orangnya penyayang terhadap seseorang yang dekat dengannya apalagi kaka kandungnya pantaslah kalau hae trauma.. tp kayak anak kecil yah hae disini padahal umurnya 20th.. Leeteuk dan Eunhyuk pasti jadi orang terdekat hae selalu kalau d ff.. bagus bagus bagus.. 3 jari jempol ke atas buat mimin dah.. rajin2 bikin ff donghae trus yah.. ditunggu
BalasHapusgumawo....
Hapusbakal rajin2 deh bikin ff-nya.. :)
aku suka dan di ff ini hae selalu jadi objek penderita >.<
BalasHapusiya... tema utama ff di blog ini adlah menyiksa donghae.. hehehe.. :)
Hapusbukan apa2, suka aja kalau melihatnya selalu jd objek "pelampiasan rasa sayang" dari yg lainnya..
habis, pantas selalu di sayangi sih..
Nyesel baru nemunya sekarang.
BalasHapusFf nya bagus banget onnie.
Ampe ikut terhura saya.😀😁☺
iya.. makasih ya udh baca.. :)
Hapus