==Part 10==
“gwaenchana hyung, aku sudah tidak
demam..” ucap Donghae yang kini sudah duduk di ruang makan bersama tas di
punggungnya “aku akan masuk sekolah, rasanya sudah lama sekali..”
“baru 2 hari Hae.. kau yakin akan
masuk hari ini?”
“tidak akan terjadi apapun, noona..”
Donghe menenangkan Sora
“arra.. selesai sekolah langsung
pulang, noona akan membuatkan makanan untukmu.. kau juga Wonnie..”
“mianhae noona, hari ini ada episode
perdana.. mungkin aku akan pulang telat, tidak mungkin aku bisa meninggalkan
Shindong hyung bekerja sendiri,,” sesalnya.
“eooh, hyung.. apa Wookie boleh ikut
acara itu?”
“Ryeowook? Temanmu yang pandai
menyanyi itu?” Donghae mengangguk “tentu saja boleh.. hyung pikir dia punya
suara yang bagus..”
“ne..”
Dari jauh ia
melihatnya.. berjalan tertunduk sendirian.
“kenapa tidak naik bis? Bukannya
tadi ada halte?” gumannya sendiri “aaiissh.. apa kau harus menghampirinya?”
keluhnya. Rambutnya yang sudah tertata rapi menjadi kacau saat ia mengoyaknya.
Namja yang di
sampingnya hany tersenyum, melajukan mobilnya dan mendekat padanya.
“turun dan ajak dia naik..”
“hyung??” Hyukjae terkejut akan
perintah Yunho.
“kau akan membiarkan dongsaengmu
berjalan kaki sampai sekolah? Ia bahkan tidak membawa sepeda seperti biasa..”
Eunhyuk ragu, tapi ia
menuruti saran YunHo.
“Donghae-ya..” namja yang di
panggilnya menoleh “masuklah.. kita ke tujuan yang sama kan?”
Donhae membungkuk 90
derajat.. “gumawo, aku akan jalan kaki saja.. sekolah sudah dekat..” setelahnya
ia kembali berjalan pelan meninggalkan Eunhyuk yang masih diam di sana.
“dia menolaknya.. apa dia
menghindariku?” guman Eunyuk
“Donghae hanya belum bisa menerima
keadaan Hyuk, bersabarlah, ia akan mengerti nantinya..”
Eunhyuk kembali masuk
ke dalam mobil saat mendengar perkataan Yunho “aku hanya ingin mendengarnya memanggiku
“hyung”.. aku tidak akan memaksanya hanya ingin dia mengakui kalau aku ini
saudara kembarnya walau kami tak mirip..”
“itu mungkin mudah bagimu.. tapi
tidak untuk Donghae yang sudah mengalami banyak hal selama hidupnya.. ku harap
kau mengerti..”
Tentu saja Eunhyuk
mengerti posisi Donghae. perasaan kecewa dan marah pasti juga dirasakannya
kalau ia di posisi itu.
Eunhyuk membawa nampan
makan siangnya dan duduk tepat di depan Donghae.
“jangan pergi.. atau menyuruhku
pergi.. bolehkah seperti ini sebentar saja?” pinta Eunyuk.
Kibum ingin
menghampiri Donghae kalau tidak dicegah Ryeowook.
“biarkan mereka menyelesaikan
urusannya.. kau temani SangHee saja.. aku akan bersama Minho..”
“apa maksudmu?” tanya Kibum heran.
“Yak, selama ini mereka tidak akur..
melihat mereka seperti itu rasanya akan mengubah keadaan lebih baik bukan? Dan
aku rasa memang ada masalah di antara mereka..” seru Ryeowook. Kibum hanya
bergidik sambil berlalu menghampiri Sanghee.
Kembali pada dua namja
yang masih saling diam itu..
“aku tahu kau marah.. tapi apa kau
juga menyalahkanku atas semua ini? aku bahkan baru tahu kalau aku punya
dongsaeng kembar.. dan setelah mendengar itu akupun marah.. apalagi teryata itu
kau.. tapi kini itu tidak lagi, aku senang kita bersaudara Hae..”
“mworago??”
“aku hanya ingin kau bisa
memanggilku ‘hyung’..”
“hyung? Bahkan kalaupun kita saudara
kau hanya beda beberapa menit dariku, apa aku harus memanggilmu seperti itu?”
datarnya
“YAK!! tetap aku yang lebih tua
darimu..” seru Eunhyuk
“Babo!!” guman Donghae “kau begitu
membenciku kemarin.. sekarang kau mengatakan kalau menyayangiku?”
“MWORAGO?? Kapan aku mengatakannya?”
“hah.. sikapmu.. kata-katamu..
semuanya yang kau perlihatkan itu sudah menjadi buktinya sekalipun tidak
terang-terangan..”
Eunhyuk mencibir,
begitu mudah Donghae membaca pikirannya. Apa karena mereka kembar jadi saling
tahu satu sama lain?
“bagaimana sekarang?” tunduknya.
“apa aku benar-benar dongsaengmu?”
“lalu DNA itu??”
“tapi aku tidak bisa meninggalkan
hyung dan noona..”
“siapa suruh kau meninggalkan
mereka?”
“lalu?”
“aku hanya ingin kau mengakuiku
sebagai hyung.. hanya itu sudah cukup buatku..” pintanya sekali lagi “aku akan
menjagamu Hae, sebagai hyung.. aku tidak bisa melihatmu terluka lagi..”
“kau sudah melakukannya dari dulu..”
kata Donghae tenang “pussle itu.. mereka memang memisahkan kita, tapi Tuhan
membuat kita tetap bersama.. hyung..”
Eunhyuk mendongak, ia
benar-benar mendengar Donghae memanggilnya ‘hyung’.
“aku akan memanggilmu hyung mulai
sekarang..” senyumnya.
“mworago??”
“dalam hal ini bukan kita yang
bersalah, bahkan kita tidak tahu apa-apa.. ini salahnya..”
“Appa maksudmu?”
“huh.. apa aku bisa memanggilnya
Appa juga? Apa dia mengakui kalau aku anaknya? Dia masih menyalakanku atas
kematian umma??” tanya Donghae bertubi “aku kehilangan umma dua kali.. dan
sekarang aku mendengar bahwa umma kandungku sendiri meninggal karena
melahirkanku.. apa itu karma??”
“aniyo.. itu diluar kekuatan kita..
apa kau Tuhan sampai kau ingin menguasai takdirmu?”
Donghae tercekat, ia
memang hanya manusia namun kesedihan dan luka yang begitu dalam di alaminya
selama ini.
“Hae-ya.. gumawo..”
“jadi apa nama yang diberikan umma
untukku??”
“Eunhae…”
“eoohh.. tidak masalah kalau aku
tetap memakai nama Donghae.. tidak jauh berbeda..”
“apapun namamu kau saudara
kembarku..”
“yogie..” Eunhyuk memberikan earpone
pada Donghae “kita dengarkan lagu itu bersama.. noona mengatakan kalau umma
selalu memperdengarkan itu sewaktu kita masih di kandungannya..”
“gurrae… pantas saja kita punya lagu
yang sama..” Donghae meraihnya, mereka duduk bersampingan mendegarkan lagu itu
sekarang _destiny love_
“kau menyukainya??”
“nugu??”
“tentu saja lagu ini..”
“aku kira kau bertanya tentang
seorang yeoja..”
“apa sudah saatnya kita saling
bercerita?”
“kau ingin memulainya? Nuguya? Yoona
Noona??” Donghae ingat Jihyun pernah bercerita mengenai perasaan Eunhyuk pada
Yoona.
“kau mengenalnya?” Eunhyuk heran.
“tentu saja, dia adik dari
namjachingu Sora noona.. adik dari atasan dan chingu Siwon hyung..” Eunhyuk
tertawa mendengar penjelasan Donghae.
“kalaupun kita bukan saudara kita
tetap akan menjadi saudara..”
“ne?”
“Yesung hyung dengan Sora noona.. aku dengan Yoona noona.. dan kau.. kau dongsaengnya siapa??”
“Yesung hyung dengan Sora noona.. aku dengan Yoona noona.. dan kau.. kau dongsaengnya siapa??”
‘hahaha..’ Eunhyuk dan
Donghae tertawa bersama. Sungguh rumit pertalian diantara mereka.
**********
“sudah saatnya mereka merasakan
pembalasan!!” seorang dalam mobil mengawasi dua namja yang sedang berjalan
bersama di depannya.
“hyung.. bagaimana??”
“sesuai rencana!!”
“arra..” angguk seorang yang duduk
di sampingnya “lakukan sekarang!!”
perintahnya pada dua orang laian di kursi belakang.
Mereka keluar dan
melakukan apa yang harus mereka lakukan.. menculik kedua namja itu. membekapnya
dari belakang, membius mereka dan membawa mereka yang tak sadarkan diri.
“aku mendapatkan kalian dengan
mudah..” sengitnya saat melihat kedua namja berseragam itu pingsan di bangku
belakang.
“jadi mereka kembar?”
“ne, Eunhyuk dan Donghae..” Yunho
tersenyum saat menjelaskannya pada Kwang soo, orang yang di panggilnya hyung
tadi.
Semua yang terjadi
begitu sangat cepat, Eunhyuk dan Donghae tak menyadari akan bahaya yang
mengancam mereka.
“dimana ini? apa yang terjadi??
Yaa.. Donghae-ya.. irrona!!”
Donghae bergumam
sedikit dan membuka mata malas “waeyo?”
“irrona Hae.. kita di culik!!”
“MWO??” kali ini ia sadar kalau
kedua tangan dan kakinya terikat.
“wae…”
“ssttt.. diam!! Uljima…” Eunhyuk
tahu kalau Donghae pasti akan ketakutan dan menangis.
“Kalian sudah bangun??” seseorang
muncul membuka pintu ruangan itu.
“YUNHO HYUNG…” seru Donghae dan
Eunhyuk bersama
“kau yang melakukan ini?”
“bukankah hyung harusnya menjaga
Eunhyuk?” Tanya mereka bertubi.
“stttt…. Aku sudah sangat lama
merencakan ini, dan ide cemerlangku semakin nyata saat aku tahu Appa kalian
mencarimu Hae.. aku membantunya menemukanmu.. tapi aku akan membuatnya menyesal
karena akan kehilangan dua putranya..”
“apa maksud hyung??”
“kalian tidak perlu tahu..” datar
Yunho “Changmin-ah.. tutup mulut dan mata mereka.. kita akan menyiksa mereka!”.
Changmin bergegas
menghampiri dua bocah itu, menutup paksa mulut dan mata mereka hingga keduanya
tak bisa berkutik.
Dalam keadaan seperti
itu, Eunhyuk dan Donghae merasa ada orang yang mengangkat tubuh mereka. Mereka
hanya bisa bergerak sedikit untuk memberontak tetapi tetap saja kalah,
membiarkan mereka membawa tubuh mereka entah kemana.
************************
“kemana anak itu?”
“waeyo?”
“Donghae belum pulang.. ponselnya
tidak bisa kuhubungi..”
“Kibum??”
“dia tidak tahu, katanya Donghae
pulang bersama Eunhyuk.. apa mereka membawa Donghae??”
“cakkaman noona..”
Siwon menghubugi
seseorang..
“hyung… kau tahu dimana Eunhyuk??”
“………………..”
“mwo??”
“………………..”
“hyung!! Donghae juga bersama
Eunhyuk..”
“………………”
“MWORAGO?? Aiisshh.. ne, kami akan
kesana..”
Siwon menatap noonanya
“kita ke Caffe sekarang noona..”
“Donghae gwaenchana??”
“akan ku ceritakan nanti.. kajja..
pallie..”
@Caffe
“HYUNG”
“Siwon-ah..” sambut Leeteuk.
“waegurrae??”
“Tuan Lee baru saja mendapat kabar
kalau dua putranya di culik.. apa itu termasuk Donghae??”
Siwon mengerti
sekarang.
“MWORAGO??” bentak Sora “ada yang
menculik Donghae??”
“Aggassi.. tenanglah..”
“Ra-ya..”
“Oppa…” Sora memeluk Yesung yang
baru saja datang, terisak di sana “Donghae..”
“sstt.. tenanglah, Donghae akan baik-baik
saja..”
“dia masih sakit, apa kau masih akan
mengatakan kalau dia baik-baik saja? sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semua
kejadian begitu cepat.. aku tidak ingin kehilangan Donghae..” rancaunya kacau.
Eunbi melihat dan
mendengar semua itu. Donghae juga dongsaengnya tapi Sora begitu dalam
menyayangi Donghae.
Mereka berkumpul di
tempat itu. Sungmin, Jihyun, Leeteuk, Eunbi, Yesung juga Sora dan Siwon.
“Oppa….” Yoona datang dengan panik
“Eunhyuk.. Eunhyuk…”
Yesung harus
menghadapi dua yeoja yang disayanginya kini. Dia tak ingin melihat keduanya
menangis terus seperti ini.
“Appa akan menemui penculik itu..”
kata Eunbi.
“apa yang mereka minta?” tanya
Yesung.
“surat perusahaan..”
“aiisshh.. kita tidak bisa diam
saja..”
“hyung.. aku bisa membantu..” tawar
Sungmin “aku bisa menghubungi teman-temanku..”
“jadi ini perang??” ungkap Siwon
“mereka akan melukai Eunhyuk dan
Donghae?” kuatir Sora
“Eunbi, hubungi Sook Jin ajjussi..
Sungmin, kau hubungi teman-temanmu.. setelah itu kita kesana..”
“aku ikut..”
“ani Yoona.. kau di sini dengan yang
lain.. biarkan kami para namja yang menyelamatkan mereka..”
“ne, arra..” sahut Sora dan Eunbi.
**********************
Donghae kehilangan tenaga, mereka
dibawa ke atas atap gedung kosong masih dalam keadaan terikat tangan dan kaki
meski penutup mata sudah dibuka. Donghae takut ketinggian dan ia berada di
ketinggian sekarang.
‘bertahanlah Hae..
jebal..’ batin Eunhyuk saat melihat wajah pucat dongsaengnya.
“kalian akan bebas jika Appa kalian
menerima tawaran kami.. menyerahkan 40% saham yang dimilikinya pada Wokyung
Group..” jelas Kwang Soo, namja tinggi bermata dingin itu.
“KAU BOHONG HYUNG!!” teriak Eunhyuk,
penutup mulutnya sudah terlepas.
Yunhoo memandangnya
tajam “Ya, aku memang bohong” ujarnya dingin. Matanya memancarkan kebencian
mendalam yang sulit di artikan “itu hanya sebagai alasan agar aku bisa membalas
dendam pada Appa kalian..”
“apa maksudmu?”
“Appa kalian.. kalau bukan karena
dia, Noonaku masih hidup sampai sekarang..” Yunhoo histeris “hanya dia yang aku
punya di dunia ini, tapi orang itu mengambil donor hati untuk noonaku.. orang
itu memikirkan isterinya yang jelas-jelas tidak akan selamat.. bukankah dia
sudah membunuh dua orang sekaligus? Umma kalian.. dialah yang membunuhnya!!”
“Um..umma??” guman Donghae pelan.
“ne, Hae.. Appamu yang membunuh
Ummamu..”
“ANI!! Appa tidak pernah melakukan
itu.. kau salah hyung.. Umma meninggal karena sakit..” protes Eunhyuk.
Berbeda dengan
Eunhyuk, Donghae merasa sakit hati. Apa yang harus ia dengar lagi sekarang?
Rasanya dunianya lenyap dalam seketika.
“Umma meninggal karena aku..”
“ANI HAE!! KAU BUKAN PENYEBAB UMMA
MENINGGAL!!” kembali teriak Eunhyuk “hidup manusia hanya Tuhan yang mengatur..”
rendahnya.
“ciihh.. persetan dengan semuanya..
Tuhan tidak pernah berpihak padaku, dia mengambil semua orang yang aku
cintai..” Yunhoo marah, ia tak terima.
Zzztttttt…
Tubuhnya memutar dan
menarik Donghae dari tangan Kwang soo ke pinggir atap itu. senyum iblis
tersungging di bibirnya.
“DONGHAE!!”
“hyung……” rengek Donghae.
“aku tahu kau takut ini kan?” Yunho
mendongakkan kepala Donghae kebawah. Jelas wajah itu langsung pucat, ia melemas
tak kuat menahan tubuhnya sendiri. Satu tangan Yunho memegang pisau yang hampir
menyentuh leher Donghae.
Kwang soo tertawa
melihat tindakan Yunho. Ia, sang pemilik Wokyung Group punya dendam tersendiri
namun akhirnya lebih memilih memanfaatkan Yunho yang juga ingin menghancurkan
De’ Wang Myeong. Kilasan ingatannya kembali pada 30tahun yang lalu saat ia
mencintai sahabatnya sendiri. Kwang Soo sangat menderita saat tahu kalau yeoja
itu lebih memilih Tuan.Lee. dendam puluhan tahun yang tak bisa dilupakannya
sampai ia tahu kalau yeoja itu meninggal, benci dan kemarahannya memuncak.
“hajima hyung…” isak Donghae
“hajima.. hajimayo..”
“kau takut?” sengit Yunhoo, ia
mengalihkan pandanganya pada Eunhyuk yang belum bisa melepaskan diri dari
dekapan dua orang anak buahnya.
Donghae benar-benar
pasrah kini, ia tak bisa berbuat apapun.. ia menatap langit biru di atasnya.
‘Umma.. apa ini
artinya aku akan bertemu dengan Umma?’ batin Donghae, entah pada umma yang
mana. Pasalnya ia mengenal dua orang ibu dalam hidupnya tapi ia sadar ada ibu
lain yang telah melahirkannya.
“Hyukkie hyung…” panggilnya lemah
“saranghae….”
Eunhyuk membeku “nado,
Hae-ya.. saranghae..” jawabnya.
“ooohh.. kalian sudah selelsai
dengan kalimat perpisahan?” sindir Kwang soo “YUNHO-YA!! Lakukan sekarang…”
Yunho tak tahan dengan
teriakan itu, teriakan dan perintah yang selalu ia dengar. Bentakan yang harus
ia lakukan. Ia menunggu saat yang tepat agar hatinya terbebas dari perasaan
benci itu. benci karena ia kehilangan orang yang disayanginya. Benci karena ia
harus sendiri..
“aku tahu hyung benci sendirian
kan..” bisik Donghae “aku juga hyung…” hampir saja Yunho tidak mendengarnya “aku
bukan hanya benci tapi aku sangat takut sendirian.. itu kenapa aku tidak bisa
jauh dari hyung dan noona.. aku rasa kau juga seperti itukan hyung??” isaknya
“tapi bukankah kau harusnya bahagia selama ini karena mereka sudah menganggapmu
sebagai keluarga? Hubungan keluarga tidak harus ikatan darah.. aku juga seperti
itu.. kadang aku berpikir kalau Siwon hyung dan Sora noona suatu hari akan
meninggalkanku, tapi nyatanya aku salah.. mereka malah semakin dekat dan ada di
sini..” napas Donghae tersengal, dadanya sesak dan sakit, kepalanya mulai
pusing.
Yunho menatap wajah
Donghae yang penuh keringat. Pucat tak berwarna bahkan kini ia harus menahan
tubuh Donghae yang mulai melemah.
“bertahanlah Hae..” bisik Yunho. Ia
mencari kesempatan.. menyandarkan namja itu di pinggiran. Ia berlari cepat
menarik Eunhyuk dari apitan dua orang namja berbadan sedang.
“Bawa Donghae pergi dari sini
Hyuk..!!” perintahnya.
Eunhyuk mengerti, ia
berlari menghampiri Donghae. bersama denganya Kwang Soo menyadari bahwa Yunho
menghianatinya. Namun terlambat, Yunho sudah menghampirinya dan siap
menerjangnya. Kwang soo tak kalah cepat, ia menangkis serangan Yunho, mundur ke
belakang dan mengarahkan pistol tepat di kening Yunho.
“Apa yang kalian lihat? Cepat
tangkap kembali dua bocah itu..” seru Kwang soo pada anak buahnya. Tepat saat
itulah Sungmin dan Siwon muncul. Mereka tak membaca seluruhnya apa yang
terjadi. Dalam benak mereka hanya Eunhyuk dan Donghae. mereka berusaha
melindungi kedua namja itu. perkelahian tak bisa dihindari..
DOOORRRRRRR!! DOR!!
Sekujur tubuhnya penuh
dengan darah segar, jatuh tersungkur menatap langit biru bagai kelabu. Bibirnya
menyunggingkan senyum bahagia.
“gumawoyo..” ucapnya terakhir kali.
Eunhyuk tak percaya,
Yunho terbaring tak bernyawa di depannya bersama dengan Kwang soo. Mereka
saling membunuh dan terbunuh.
“Donghae, gwaenchana?” seru Siwon
menghampiri dongsaengnya.
“Eunhyuk-ah?? Kau terluka?” Sungmin
menyelidik tubuh Eunhyuk.
“gwaenchana hyung…..” senyumnya
miris “Yunho hyung??” matanya berkaca-kaca.
“Yunho melakukan tugasnya dengan
baik..” ujar Sungmin “dia hebat bukan? Dia sudah menepati janjinya untuk
menjagamu dengan nyawanya sendiri..”
“arrgghhh…”
“HAE!!” teriak Siwon “bangun saeng..
jangan bercanda!!”
Sungmin dan Eunhyuk
mengerumuni Donghae yang terbaring di pangkuan Siwon setelah mendegar
teriaknya.
“Hae-ya…”
“Hae.. bertahanlah..”
Kata-kata yang
memberinya kekuatan sebelum akhirnya mata itu tertutup rapat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar