TITTLE : LOTUS LOVE LOTUS
하나 [hana]
Tank-top ungu gelap dengan cardigan abu-abu gelap serasi dengan rok
selututnya yang juga berwarna abu-abu corak ungu sepadan dengan sepatu trepes
warna gelapnya. Tas kecil tergantung dengan tali panjang diatas bahu kirinya.
Dandanan yang tidak terlalu mewah tapi tidak juga norak. Langkahnya sedikit
ragu hingga membawanya pada sebuah meja panjang dengan tempat duduk agak tinggi
baginya berjejer sepanjang meja itu. Matanya tak berhenti memandangi setiap
sudut ruang yang ada.
“mencariku?” suara bass seorang lelaki mengejutkannya. Tubuhnya ideal untuk
ukuran cowok, rambutnya acak-acakan tapi itu style. Keterkejutannya langsung berubah
menjadi kelegaan luar biasa baginya.
“jadi disini?” lelaki itu tersenyum tanpa menjawab, mengambil segelas sirup
jeruk padanya.
“aku hanya ingin kau mengetahuinya.. hanya ingin ada kejujuran diantara
kita.. hanya ingin kau melihat dengan apa adanya diriku..” bukan hanya mulutnya
yang berbicara, mata tulusnya ikut menjelaskan sebuah kenyataan itu padanya.
“aku sudah mengetahuinya.. aku sudah melihatnya.. dan itu sedikitpun tak
mengubah apapun yang ada dihatiku tentangmu..”
“benarkah?”
“apa aku salah?”
Lelaki itu
menangkupkan kedua tangannya ke wajahnya “tidak.. kau selalu benar dimataku”
kedua pasang mata polos itu bertemu pada satu titik yang cukup lama.
“Kau sedang bekerja atau tidak?”
tegur seorang yang lain.
“ah.. iya..” suara itu membuat
keduanya salah tingkah “baru datang? Tumben?” lelaki itu mengalihkan
perhatiannya pada sosok lain yang baru datang.
“tumben itu langkah bukan?” jawabnya
enteng “dia pacarmu?” dikedipkannya sebelah mata ke arah gadis disebelahnya
“kenalkan.. dia separuh hidupku..”
“ah, Lintang..” ujarnya sambil
mengulurkan tangan dan gadis itu menyambutnya “Hana..”
“nama yang simple..” tanggapnya
“Tara!! Aku mau minuman seperti dia..” kini beralih lagi pada lelaki yang tadi.
Tara, lelaki yang
ditemuinya di bar ini. Tidak ada pekerjaan yang lebih baik dari ini, kantor dan
gedung tinggi nan mewah tak cocok dengannya yang selalu pusing ketika harus
bertemu dengan “meeting” atau “saham”. Pekerjaan yang tidak juga kotor kecuali
kalau kau masuk dalam lingkaran transparannya.
“ini..” disodorkannya segelas sama
seperti yang diberikannya pada Hana “aku titip Hana ya.. masih ada yang harus
ku kerjakan..”
Lintang hanya bergumam
“hem.. kerjalah..” ia melirik Hana gadis yang menjadi kekasih temannya itu.
Hana bukan cewek yang cantik yang akan langsung menjadi incaran banyak cowok
ketika melihatnya. Lintang ingat Tara selalu bercerita soal Hana. Gadis simple
dalam segala hal.. polos dan pengertian tapi ia dewasa. Bisa ditebaknya saat
melihat wajah Hana kali ini, memang tidak ada yang menarik atau special dari
gadis ini.
“namamu Hana.. satu??”
“kau tahu itu? Wah.. jarang sekali
ada yang langsung tahu akan namaku. Bahkan Tara tidak tahu sampai sekarang..”
“itu karena baginya kau memang sudah
satu-satunya, jadi dia tidak perlu tahu akan arti nama yang kau punya itu..”
Hana tersenyum mendengar jawaban Lintang.
“bijaksana…” Hana mengangguk setuju.
Kali ini bukan hanya bibirnya yang tersenyum tapi juga mata dan Lintang melihat
jauh lebih dalam dari matanya.
‘nyaman.. hangat..
dan..’
“Tara belum pernah bercerita
tentangmu..”
Lintang sadar dari
lamunannya “ah, benarkah? Mungkin aku tidak penting baginya.. hanya ada Hana
seorang dipikirannya..”
Hana tertawa kecil
mendengar jawaban Lintang “kurasa setelah ini kita juga bisa berteman baik..”
“teman? Begitu mudahnya kau bilang
berteman dengan orang yang baru kenal?”
“mengapa tidak? Aku merasa Lintang
menjadi bagian dari malam yang sendu.. menghiasinya dengan kehadirannya dan
membuat penghuni malam itu terasa nyaman..”
Lintang, untuk pertama
kalinya ia merasa bahwa senyumnya kali ini adalah yang paling tulus. Tak
disangka bahwa pertemuannya dengan Hana membuatnya melihat sisih lain dari
dirinya sendiri.
‡‡‡‡
“Lintang itu.. bukan orang yang
tidak baik menurutku..”
“kenapa tiba-tiba membahas Lintang?”
“dia bilang padaku tidak ada yang
melihatnya sebagai orang baik diluar sana.. karena yang dilakukannya termasuk
pelanggaran hukum..”
“dia.. mencari dan menjual yang
menurutnya bagus untuk dijual..”
“apa itu perempuan?”
“tapi aku sudah memintanya untuk
tidak melihatmu sebagai perempuan.. kamu adalah seorang peri.. bukan malaikat
bukan juga seorang dewi khayangan..”
Hana melirik Tara yang
memeluknya dari belakang. Dieratkannya pelukan tara pada pinggangnya “aku
percaya..” ia menyandarkan kepalanya di dada Tara.
Tara mengikuti jalan
pikiran Hana, gadis yang selalu member warna dalam hidupnya sekalipun Hana
sering mengatakan kalau cinta itu seringkali tanpa warna. Warna dapat dilihat
dan dirasakan keindahannya, tapi cinta.. bagi Hana hanya ada cerita mereka
berdua.. cinta tanpa warna yang tak boleh dilihat dan dirasakan oleh yang lain.
Egois memang, tapi itulah dunia mereka.. orang lain cukup tahu tapi tidak boleh
ikut dalam cerita cinta mereka. Hati Hana dan Tara hanya milik mereka berdua.
to be continue.....