Senin, 15 Desember 2014

Waflle&Macaroon Ch.3(b)



Ch.3(b)_Nan neo eobsi mossala_
(I can’t life wihthout you)
            “apa kau takut aku tak kembali?”
            “animida.. aku hanya takut sam menjauhiku..”
            “aku tidak ingin disebut sebagai pecundang..”
            “benarkah??”
            “kau tidak membenciku?”
            “kalau aku membenci sam, aku tak akan menyuruh sam kembali.. aku akan membiarkan sam pergi menghilang.. aku tidak peduli..”
            “sekejam itukah hatimu?”
            “tidak ada bukti aku kejam sam.. yang ada bukti kalau aku mengharapkan sam tetap di sini..”
Jitae terharu.. ia memeluk Donghae dan namja itu balas memeluknya.
            “sudahlah jangan bicarakan itu lagi.. aku ingin kau mempersiapkan diri untuk audisi nanti..”
            “audisi?”                                
            “aku mendaftarkanmu untuk ikut audisi.. kau takut?”
            “Umma….”
            “aku yang akan bicara pada umma-mu..”
            “kau berani, sam?”
            “aku mengenal Junghyin sudah sangat lama, sejak kami masih seusiamu.. aku hafal dan tahu betul sikapnya.. dia tak akan berani melukaimu.. kalaupun ia membuatmu terluka, ia akan masuk kamarnya dan menangis menyesal..”
            “OMO!! Sam.. kau sangat tahu kebiasaan umma…”
            “tentu saja…”
            “ne..”
**waffle_macaroon**
            Kali ini mereka tidak berdua, Sungmin dan Eunhyuk rupanya ikut bersama mereka. Duduk di caffe dan di tempat biasa.. meja yang penuh dengan waffle dan macaroon.. dua buah cangkir berisi kopi panas, satu cangkir coklat panas dan segelas susu hangat…
            “hyung minta maaf kalau apa yang akan hyung lakukan kali ini menyakiti Yoonhae noona..”
            “aku mengerti hyung…”
            “hanya ini rencana yang ada, setidaknya agar Myungsoo tahu bahwa tindakannya sangat gegabah dan curang…”
            “aku akan selalu mendukungmu hyung, apapun itu…”
            “kau ini, kalau tidak tahu permasalahannya jangan langsung setuju..” marah Eunhyuk
Donghae tersenyum sinis, ia merasa di remehkan “aku paham hyung…”
            “Siwon mencertikan padamu?”
            “Ne!!” serunya
Sungmin hanya mampu tertawa mendengar perdebatan kecil antara Eunhyuk dan Donghae. ia sendiri tak bisa berbuat banyak, tugasnya hanya menjaga dan mengawasi Donghae bukan untuk membantu Siwon. Setidaknya ia tahu kalau Siwon memiliki asisten yang cerdas seperti Eunhyuk.
Kegiatan ini jarang sekali mereka lakukan. Namun kali ini mereka berempat bisa duduk di meja yang sama, menikmati makanan yang sama…
            “kau seperti sangat senang hari ini??” selidik Siwon
            “Jitae Songsaenim sudah kembali hyung..” girang Donghae
            “untukmu?”
            “untuk siapa lagi? ia hanya memilikiku di dunia ini..”
            “Aigo!!, kau percaya diri sekali…” kembali ledek Eunhyuk
            “itu yang dia katakan hyungnim…”
            “sincha??”
            “issshhh… Hyung sepertinya kau harus segera mencari Yeoja, namja yang selalu bersamamu ini menjengkelkan sekali…” gerutu Donghae mengundang tawa mereka.
            “tidak bisa, kau tidak bisa menelantarkanku begitu saja Siwon-ah..” akting Eunhyuk.
            “OMO??? Kau benar-benar menyebalkan..”
Selagi Eunhyuk yang sibuk mengejek dan menggoda Donghae, Siwon mendapat sambungan telp…
“……………….”
“……………….”
            “kita harus pulang sekarang, Hae… ada masalah di rumah…” kata Siwon tiba-tiba “Eunhyuk hyung, kau bisa pulang dulu kita bertemu lagi besok.. Sungmin hyung, kau harus mengantar kami pulang…”
            “baiklah…” ujar mereka tanpa bertanya lebih banyak lagi.
**waffle_macaroon*
            Ruangan tengah itu rasanya menegangkan… seorang pengacara kepercayaan Tuan lee duduk diantara mereka. Tuan Lee sendiri di dampingin Joongkok begitu serius memandang anak dan cucu-cucunya. Junghyin berulang kali bertatapan dengan Yoonhae seakan berbagi kode rahasia. Siwon mencoba bersikap santai sedangkan Donghae, namja itu hanya duduk diam menunggu apa yang akan terjadi karena ia tak tahu apa-apa.
            “kau bisa membacanya sekarang SooHa-ya??”
            “tentu Tuan…” SooHa membuka map coklat kelamnya dan mengeluarkan selembar kertas dari dalamnya. “ini adalah surat pembagian harta dan perusahaan dari Tuan Lee…” lanjutnya “harap mendengarkan dan menerima keputusan ini…”
            “…….”          
            “Siwon ssi… 40% saham perusahaan menjadi milik anda juga beberapa anak cabang di Busan dan Jinan termasuk juga rumah ini… untuk Yoonhae ssi.. 15% saham kepemilikan sama seperti Donghae ssi…” (30% lainnya adalah saham kepemilikan bersama oleh 6 pengusaha lain yang termasuk dalam kerja sama yang masing-masing memegang 5% saham).
            “MWO??? Abeoji kenapa pembagian itu tidak adil??”
            “kau menginginkan bagianmu?? Aku sudah memberikannya pada dua anakmu.. jadi itu sama artinya kau juga memiliki apa yang mereka miliki…”
Junghyin geram dan tetap tidak mengerti “kenapa begitu banyak bagian Siwon??”
            “Siwon akan mengelolah perusahaan dengan baik, aku percaya itu… untuk Yoonhae dan Donghae… kau tenang saja, aku sudah menjamin kehidupan mereka dengan baik.. Siwon akan bertanggung jawab atas hidup saudaranya, kau tidak perlu cemas…”
            “apa maksudnya??”
            “akan lebih baik jika perusahaan dipimpin oleh orang yang bertanggungjawab…”
            “Abeoji pikir Yoonhae tidak bertanggungjawab selama ini?”
            “maumu apa?? Kau ingin aku memberikan bagian yang besar untuk siapa? Yoonhae atau Donghae??”
            “berikan pada mereka berdua…”
            “tidak bisa… Siwon tetap pewaris utama…”
            “tapi aku ini anak Abeoji yang masih hidup, jadi aku berhak membela anak-anakku untuk mendapat bagian lebih baik…”
            “tidak ada aturan semacam itu.. semua keputusan aku yang menentukan…”
            “aahh.. gurrae… aku sangat kecewa Abeoji…” Junghyin meninggalkan ruangan itu tanpa sopan santun.
Donghae hanya menatap ummanya yang pergi begitu saja, lalu begantian menatap Tuan Lee dan Siwon bergantian…
            “apa yang membuat Umma semarah itu??”
Yoonhae kesal dengan sikap Donghae yang seolah tak mengerti apapun, ia mengikuti jejak ummanya dan keluar meninggalkan mereka.
            “imitasi ide… noona tidak kreatif, mengkuti cara umma…” gerutunya yang malah mengundang tawa mereka yang ada di sana.
            “waeyo??”
            “kau ini… umma dan noona sedang marah kau malah membuat kami menertawakan mereka…” sindir Siwon
            “apa aku salah berkata? Aku hanya mengikutimu hyung… isshh!!”
            “dasar.. kau, hah.. bagaimanapun aku harus sadar kalau kau memang masih di bawah umur..”
            “jangan bawa-bawa umur Hyung, aku memang masih 18 tahun tapi aku paham.. sangat paham..”
            “OMO??”
            “sudah, berhentilah bertengkar..”
            “Shierroo!!” Keduanya menolak bersamaan
            “baiklah, kalau begitu lanjutkan aku tidak ingin mendengarnya..” Tuan Lee pergi meninggalkan kedua cucunya yang masih berdebat.
**waffle_macaroon**
Donghae diam tak menyentuh makanannya. Ia bahkan hanya memandang masakan itu dengan nanar. Meja makan menjadi begitu kosong dan sepi..
            “Halbae, mianhae.. karena aku semua ini terjadi..”
            “apa maksudmu?”
            “Umma dan Noona pergi dari rumah karena aku..”
Pagi itu, mereka dikejutkan dengan kepergian Junghyin dan Yoonhae sebagai tanda pemberontakan akan keputusan Tuan Lee.
            “aaannii.. tentu saja bukan karenamu, itu keinginan mereka sendiri..”
            “sekarang harus bagaimana? Mengapa semuanya jadi serba menyebalkan Halbae? Mengapa Umma tidak pernah sedikitpun paham perasaanku? Wae??”
Siwon menepuk pundak dongsaengnya, menarik kepalanya ke dalam pelukan.. “ini bukan salahmu, jelas bukan salahmu.. jangan salahkan diri sendiri..” ucapnya menenangkan Donghae “hyung janji akan menyelesaikan ini secepatnya.. hyung juga ingin kita berkumpul lagi..”
            “jongmal hyung?”
            “ne..”                          
Sejak kejadian itu, Junghyin dan Yoonhae memutuskan untuk keluar dari rumah itu meninggalkan Donghae begitu saja. Mereka memukul genderang peperangan yang sangat tidak masuk akal. Memerangi keluarga sendiri.. Junghyin tidak menyerah sampai ia mendapat apa yang ia inginkan. Yoonhae, yeoja itu hanya mengikuti ummanya..
            “aku sudah kehilangan Abeoji, aku tidak ingin kehilangan kalian lagi..” isak Donghae
**waffle_macaroon**
Myungsoo bekerja bagi Yoonhae sebenarnya hanya alasan semata. Sejujurnya namja itu menyukai Yoonhae sejak lama.. kesetiaannya selama ini ingin ditukarnya dengan perasaan yang lama ia simpan..
            “seluruh pemilik perusahaan yang bekerjasama dengan proyek Siwon sudah berada di pihak kita..” jelas Myungsoo “apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
            “aku ingin mereka semua menentang keputusan Harabeoji untuk mengangkat Siwon sebagai Presdir utama di sini.. mereka akan tahu bahwa Presdir mereka hanya seorang pecundang yang menggunakan ide orang lain untuk membangun perusahaan..”
            “arraeso..”
            “jika namja itu tidak memiliki dukungan maka dengan mudah aku menyingkirkannya dan semua ini aka menjadi milikku dan Donghae..”
            “kalau begitu akan ku atur agar mereka mempercayai kita dan melihat bahwa kita adalah yang terbaik dalam mengurus perusahaan..”
Myungsoo mencuri semua pihak yang bekerjasama dengan proyek baru Siwon. Ia sudah berperang sekarang..
            “angkat dulu ponselmu..” ponsel Yoonhae sangat mengganggu bagi namja itu hingga ia memerintahnya untuk menjawab panggilan di ponsel Yoonhae.
            “Wae?”
            “Noona, gwaenchana? Kau dan Umma tinggal dimana? Kenapa tidak memberitahuku kalau akan pergi?” rupanya Donghae yang menghubungi Yoonhae.
            “apa perlu? Kau berada di pihak mereka itu artinya kita tidak sepaham..”
            “apa hubungan kita sebatas pemahaman itu? Yak, Noona… aku ini dongsaengmu bukan orang lain atau musuh!”
            “kau bisa saja menjadi musuhku Hae.. atau mungkin sekarang sudah menjadi musuh?”
            “MWORAGO??? Noon…….”
            “………………….” Yoonhae membanting ponselnya ke sofa membiarkan suara teriakan Donghae di ujung sana.
**waffle_macaroon**
Entah kapan perselisihan ini berakhir..
            “Junghyin hanya butuh waktu untuk menyadari keadaan..”
Donghae berbaring di sofa ruang bawah biasanya ditemani Jitae.
            “tapi kenapa Umma sama sekali seakan tidak mau mengerti perasaanku, Sam?”
            “Ia hanya belum terbiasa kalau keinginannya tidak selamanya akan terkabul..”
            “apa begini juga yang di rasakan Abeoji dulu? Kapan Umma akan berubah?”
Jitae menyodorkan sekaleng soda dingin untuk Donghae…. “tidak lama lagi..”
Donghae bangkit dari posisi berbaringnya “sejak kapan Sam jadi peramal?”
            “ahhh… Donghae-ya, kau boleh memanggilku Ajjushi kalau kau mau..” alih Jitae.
            “itu tidak akan terjadi…”
            “kau tidak ingin aku menjadi pamanmu?”
            “ah, sudahlah.. aku sudah cukup lelah memikirkan Umma, bagaimana bisa Sam menambahi masalah konyol seperti itu?” Donghae beranjak pergi dari tempat itu.
Aku hanya ingin seperti mereka yang hidup bahagia… hidup sederhanapun tidak masalah bagiku, asal aku bisa bersama orang-orang yang aku cintai… mengapa mereka tidak paham kalau aku ini tidak bisa hidup tanpa mereka? Apa hal ini sepele bagi mereka, orang-orang dewasa itu? hah!! Menjadi dewasa ternyata juga menyebalkan…
Donghae mengoyak rambutnya hingga berantakan… ia menatap langit yang sepertinya sudah mulai menitikkan hujan…
            “Donghae-ya….” Sebuah mobil berhenti di depannya..
            “Sungmin hyung?”
            “Kajja…”         
            “wae? Belum waktunya pulang…” heran Donghae.
Sungmin mengambil napas panjang… “Tuan Lee masuk rumah sakit…”
            “MWO??? MWORAGO??? Halbae?? Halbae… waeyo??”
            “Kajja…” Sungmin sudah tahu Donghae akan terkejut makanya ia tak menjawab pertanyaan Donghae. lebih baik dia tahu sendiri nanti….
_ToBeContinue_

1 komentar:

  1. hallo~
    saya reader baru, salam kenal ya :)
    FF unni bagus-bagus lo, aku suka apalagi cast nya donghae semua.
    keep writing and fighting! :D

    BalasHapus