둘 [dul] dua
lampu-lampu yang
menyala menandakan kalau hari bukan lagi siang atau sore. Gelap semakin meresap
dan memenuhi belahan bumi dimana Hana berjalan saat ini. Tampak ia menikmati
perjalanannya, walau sendiri ia merasa bahwa ada orang yang menemaninya. Hingga
saat ia akan menyebrang di tengah zebracross..
“Hana..”
Suara lembut bagai angin memanggil namanya. Hana menoleh ke arah sumber
suara dan melihat seseorang telah berdiri disampingnya. Seseorang dengan kaos
biru tua dan jaket hitam itu tersenyum padanya. Hana tak mau kalah, ia membalas
senyum itu lebih manis.
“Lintang.. sedang apa kau di sini?”
“menemanimu.. tidak ke tempat Tara?” Hana menggeleng, ia memang tidak ke
tempat itu malam ini “kalau begitu temani aku sebentar, nanti aku akan bilang
pada Tara..”
“kemana?”
“makan.. aku lapar..” Lintang menyodorkan helm padanya. Hana tak ambil
pusing, ia mengabaikan lampu merah yang sedari tadi di tunggunya. Kini ia sudah
naik ke atas motor Lintang.
Entah apa yang
dipikirkan Hana, dia tidak pernah takut bahkan ia tidak merasa canggung pada
sosok di depannya ini. Lintang teman baik Tara.. dan Tara tidak pernah
keberatan jika ia pergi dengan Lintang. Sejak apa yang di dengarnya dari Tara
beberapa hari yang lalu, Hana semakin tahu bahwa Tara juga berusaha untuk
selalu ada bagi Lintang.
……….
Memang bukan tempat
makan yang mahal atau restoran dengan taraf VIP. Tapi makanan itu tak jauh beda
rasanya dari makanan yang dibeli dengan kocek harga yang tinggi. Sepiring Cumi
Lada Hitam dan CapCay Seafood sesuai pesanan mereka. Asap mengepul terlihat di
ujuang tenda warung makan yang rupanya langganan Lintang. Buktinya, sang
pemilik dengan ramah mengeja nama Lintang tanpa salah.
“maaf tidak mengajakmu ke tempat
makan yang mungkin…”
“ini enak!!” potong Hana “makan
dimanapun tidak masalah Lintang… cukup hanya dengan bersama seorang yang
spesial, makan dimanapun akan menjadi spesial bukan?”
Lintang tersenyum “jadi
aku spesial?”
“semua orang spesial dimataku…”
Lintang berpikir “lalu
apa bedanya kami dengan kekasihmu itu?”
“yang membedakan adalah ini..” Hana
menyentuh dadanya “perasaan ini yang membuatnya berbeda.. semua orang spesial
tapi perasaan akan mampu membedakan setiap orangnya..”
Lintang mengangguk,
sambil ia menyantap Cumi Lada Hitamnya. “aku suka….”
“suka??”
“suka makanan ini… pedas dan asin..”
“terlalu pedas dan terlalu asin
tidak baik juga..” senyum Hana, ia paham maksud Lintang. “kehidupan juga
seperti itu bukan? Hanya.. Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak mampu
dilalui manusia..”
“sekalipun itu terlalu berat kalau
kita rasa?”
Hana mengangguk “iya,
kemampuan setiap manusia berbeda.. Tuhan tahu sampai dimana batas kemampuan
itu.. tinggal bagaimana kita menyikapi, menghadapi dan menjalaninya…”
“Tara beruntung bisa memilikimu,
Hana..”
“semua orang bisa beruntung..
kamupun bisa..”
“tidak.. hidupku suram.. sangat
suram…” Lintang menghentikan makannya. “apa yang tidak disebut dengan suram
kalau punya bapak yang tidak peduli dengan anaknya? Bapak yang ternyata seorang
mafia? Dan ibu.. meninggalkan kami sejak aku masih kecil..”
“setidaknya kamu masih beruntung
tidak membeli oksigen untuk bernafas.. tidak membeli kami untuk menjadi
temanmu..”
Lintang terdiam,
merenung dalam gelapnya otak yang selama ini susah dibuatnya untuk berpikir
bahwa ada cahaya di dunia ini. sedetik kemudian ia tersenyum.. tersenyum sangat
tulus.. “terimakasih kalian mau menjadi temanku..”
“terimaksih juga karena kamu mau
menerima kami sebagai temanmu..” sambut Hana.
…………………………….
“dia benar-benar peri… sungguh
seperti seorang peri..” guman Lintang di tengah ranjangnya yang berada tepat di
samping jendela kaca sebelah kiri. Ia merebahkan tubuh bidangnya tanpa mengganti
baju “aku senang bisa bertemu peri seperti dirinya.. suatu saat, aku akan bisa
memiliki peri juga kah?? Seperti Hana??”
Tak jauh dari
penglihatan matanya, getaran ponsel telah menganggu kegiatan merenungnya malam
itu.. “Tara…??” sejak kapan Tara menghubunginya hampir tengah malam seperti
ini?
“Tara?”
“…………………………….”
“ah, benar… ada apa?”
“…………………………..”
“anda sedang tidak becanda
kan?”
“………………………….”
Lintang menutup
ponselnya. Ia bergegas keluar kamar tanpa mengganti pakaiannya lagi. telphon
tadi dari rumah sakit…
Lorong rumah sakit
menjadi serasa jauh hingga Lintang tak juga menemukan dimana Tara berada. Sampai
di ujung ruang dengan pintu coklat muda, Lintang membuka keras kamar itu tanpa
permisi. Tara terbaring disana dengan infuse di lengannya.
“Tara…. Apa yang terjadi?” Tara
membuka mata perlahan, senyum mengembang dari bibirnya.
“Lintang… mereka menghubungimu?”
“apa yang terjadi?” Lintang membaca
papan di ujung kaki ranjang =leukimia= “sejak kapan? Kenapa?”
“sudah lama…” lirihnya “aku takut
Hana tahu, tapi mereka menyuruhku menghubungi seseorang… aku hanya ingat
dirimu..”
“kau menghubungi orang yang tepat..”
sahut Lintang “tapi kenapa?”
“aku takut Hana terluka.. aku takut
bahkan hanya untuk melihat air matanya saja..”
“lalu kau tidak takut melihat air
mataku?”
“setidaknya kau sama-sama lelaki
bukan? Apa kau akan cengeng?” cibir Tara
Lintang tersenyum… ia
mendorong pelan tubuh Tara agar ia bisa duduk di ranjang yang sempit itu “aku
heran…”
“heran?”
“heran kenapa aku bisa diam di depan
kalian..” Tara mendongak “kau dan Hana..” lanjut Lintang seakan tahu Tara
bingung dengan perkataannya. “di depan kalian aku menjadi orang yang berbeda
dari aku di tempat itu… aku merasa ada surga yang sengaja di titipkan padaku
hingga akupun bisa merasakan hangatnya dunia ini..”
Tara tersenyum “kami
bukan malaikat Lintang…”
“tapi kalian di tugaskan untuk
menemuiku?”
“mungkin.. karena ada hal yang harus
aku.. kau dan Hana lakukan..”
“apa itu?”
“aku akan pergi sebentar lagi… kau
punya tugas untuk menjaga Hana setelah aku…”
“jangan ngawur!!” geram Lintang meninggikan
suara.
“tidak.. mungkin aku ada karena aku
harus menemukan Hana dan Kau.. Kau ada untuk menemukan aku dan Hana.. Hana ada
untuk menemukan aku dan kau.. simpel kan?”
“aku tidak mengerti maksudmu..!!”
“suatu saat kau akan mengerti.. kita
akan mengerti Lintang..”
Keduanya terdiam kini
membuat kebisuan dalam kesunyian malam di ruang itu. Lintang dan Tara sama-sama
berada di dalam dimensi pikirannya masing-masing. Satu tujuang yang pasti.. itu
adalah Hana..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar