Please, Don’t Say Good
Bye!
=Jesicha menulis…=
26 Juni, Ruang Layang-layang Cinta
Dear Langit Angkasa..
Setinggi apa aku ingin terbang, aku tidak akan tahu kapan
dan dimana cinta itu akan kutemui nanti. langit itu luas.. langit itu bebas..
dan aku bagai layang-layang yang diterbangkan sang penciptaku. Ku tengok kesana
kemari, berharap kan kulihat cinta yang selama ini kucari dan kunanti.
Cinta itu aneh, seaneh pertemuanku dengannya tadi sore..
siapa sangka, cowok favorit di sekolah ku dulu tahu namaku dan menyapku.. geli
rasanya bercampur heran.
Sore tadi, Jesicha
bertemu dengan Raska. Cowok cool idola masa SMA..
“hey.. kamu lupa ya sama
aku?” sapa Raska
“ehm, maaf.. siapa ya?”
(gubrak!! Katanya cowok idola.. masak bisa di lupakan begitu saja?) Jesicha
mengerutkan kening
“waktu kelas satu kita
memang tidak sekelas.. tapi tiap olahraga, kelas kamu sama kelasku selalu
barengan..”
“ehm.. kamu..” Jesicha
masih mikir
“Raska…” ujarnya sambil
menyambar tangan Jesicha
“Hah? Serius kamu? Ya
ampun lama banget ya gak ketemu..” (hahaha… dasar Jesicha, baru inget deh..)
“iyalah.. apalagi
menjelang kelas tiga aku kan pindah..”
“ah.. iya juga ya..
gimana nih kabarnya”
“aku.. baik..”
Jesicha cuma
manggut-manggut sambil senyum. Saking gugupnya sampai ia bingung mau tanya apa
lagi..
“eh, kita tukeran nomor
hp aja ya.. sebagai teman harus punya no hp-nya kan?” pinta Raska tiba-tiba.
Dan dengan tiba-tiba pula, Jesicha mengiyakan… (hahaha.. ada-ada saja)
Seperti kata penyair..
waktu berjalan begitu cepat. Cinta adalah anugerah sekaligus misteri. Sama
halnya dengan Jesicha dan Raska.. tahu-tahu mereka sudah begitu akrab, sangat
akrab dan akrab sekali.
“udah siap belum?” suara
di ujung telphon
“udah dari tadi..”
jawabnya disini
“ya udah.. 10menit lagi
aku jemput ya..”
“okey..”
10menit kemudian, Jesicha
sudah berada diboncengan Raska. Raska hoby mancing.. kali ini ia mengajak
Jesicha ketempat biasa ia mancing ikan.
30menit, mereka sampai
dipantai.. di ujung pantai itu pohon bakau tumbuh dengan gratisnya. Akar-akar
kuat menjalar kesana kemari membuat pemandangan jauh lebih indah.
“pantas aja kamu krasan
mancing disini..”
Raska hanya mengangguk.. dan
rupanya mereka menikmati saat-saat itu. Keduanya duduk diatas akar bakau,
memancing sambil dengerin musik sambil curhat..
Raska lagi ribut sama
pacarnya, Raska bilang Kikan cewek yang posesif.. Kikan bahkan sangat
cemburuan.. Raska sakit hati karena Kikan juga tidak bisa menghargai orangtua
Raska. Bagi Kikan, semua waktu yang Raska punya hanya untuk Kikan.. bukan
membaginya dengan teman ataupun keluarga. Raska mulai capek..
“coba kasih penjelasan ke
dia, Ka.. karena bagaimanapun juga keluarga harus tetap nomor satu bagiku..
jangan sampai hubungan kalian malah merusak hubungan keluarga yang sudah
baik..”
“ehm.. sudah ku coba
Cha..”
“kasih penjelasannya
jangan sambil emosi..”
“itu juga sudah kulakukan
kucoba..” lirih Raska.. “Hah, udahlah.. kok jadi bahas masalah ini?”
Jesicha kembali
tersenyum, mencoba menikmati kebersamaan yang tidak pernah ia rasakan selama SMA
dulu. Bahkan menyapa Raska pun saranya tidak pernah.
“Cha..” panggilnya
“hem?”
“kok kita jadi kayak
romantisan gini ya?”
“WHAT??”
“hahaha..” Raska tertawa
melihat reaksi Jesicha.. “photo bareng yuk.. buat kenang-kenangan..”
“eh…??”
Belum sempat Jesicha
melanjutkan.. Raska udah main jepret sana jepret sini.. sampai lupa kalau
mereka sedang memancing.
“Ka… pancingnya!!” teriak
Jesicha tiba-tiba melihat pancing Raska
Secepat kilat Raska
menariknya.. seekor ikan kecil tersangkut indah di kail Raska.
“Ha!!! Dari tadi?
Berjam-jam.. cuma ikan kecil aja?? Ya ampun…” heran Jesicha
“hahahahaha…..” Raska
malah udah ngakak…
=Kembali Jesicha menulis…=
03 November, Ruang Layang-layang Cinta…
Langit Angkasa… Hey..
Aku melihatnya.. aku melihat cinta itu disana, dibalik
sebuah awan.. kalau itu memang untukku, izinkanlah aku bisa terbang kesana..
Raska baru saja menelphonku.. ia mengungkapkan rahasia yang
selama ini dipendamnya. Lalu, aku harus bagaimana?
Bunyi suara jangkrik
semakin jelas terdengar menandakan bahwa malam sudah demikian larut. Dari ujung
sebuah kamar lirih terdengar suara Jesicha yang rupanya sedang berbicara dengan
Raska di telphon.
“sejak kita jalan bareng
Cha.. sejak aku mengenal kamu.. sejak itu pula aku merasa nyaman denganmu..”
“Kikan bagaimana?”
“aku putus denganya.. aku
tidak bisa terus bersabar dengan sikapnya.. keluargaku juga butuh aku, bukan
hanya dia.. aku butuh orang yang bisa menerima dan menghargai kelurgaku juga..
bukan orang yang egois..”
“he’em… terus..”
“aku menemukan itu di
kamu.. dari cara kamu memandang sebuah keluarga itu seperti apa.. dari sikap
kamu ke orangtua kamu.. dari semua cara kamu melihat orangtua.. aku tidak butuh
lagi kata-kata dari kamu, karena aku sudah melihatnya sendiri..”
“maksudnya?”
“ibu akan senang bila aku
bisa sama kamu yang menghargai dan monghormati setiap orangtua.. yang tidak
egois demi kesenangan sendiri saja..”
“so…?” Jesicha tidak
ingin banyak bicara lagi, karena akan panjang ceritanya kalau dia harus
berceramah dan beragumen
“mau gak, kalau kita
mencoba untuk bisa deket dan saling mengenal.. aku suka sama kamu udah lama
sih, cuma aku baru berani mengatakannya sekarang..”
“WHAT?”
“aku pingin kamu jadi
pacar.. eh bukan.. maksudku.. ya lebih ke.. ehm..”
“apa?”
“calon isteri? hahahaha…”
Raska tertawa “aku pingin ada seseorang yang bisa serius sama aku..”
“sok dewasa kamu..”
“biarin.. tapi bukankah
kalau udah urusan cinta terkadang kita harus dewasa menyikapinya?”
“ya.. ya..”
“jadi gimana? Jangan
kasih aku jawaban kalau kamu butuh waktu buat mikir..”
“ndak lah.. aku bukan
orang yang suka menunda-nunda.. bikin PR tambah aja..”
“lha, terus..??”
“kita jalani aja dulu
ya.. aku sempat punya rasa yang sama ke kamu.. tapi kita belum saling
mengenal.. kita belum saling tahu..”
“Yes!! Power ranger!!”
“apa?”
“ndak.. aku seneng aja..
oh ya, satu lagi.. sebelum kita lebih jauh aku ingin kamu tahu satu hal..
bagiku, persahabatan itu lebih penting..”
“ya, aku pun berpendapat
sama kalau soal itu.. jadi paling tidak kita bisa saling menghargai jika
masing-masing kita lagi jalan sama sahabat..” potong Jesicha
=Tulisan Jesicha lagi…=
18 Februari, Ruang Layang-layang Cinta
Hello Langit Angkasa..
Kali ini aku memohon pada Tuhan agar Dia menjaga kami..
menjaga perasaan kami.. menjaga hubungan kami..
Aku sangat menyanyanginya, aku berharap kebaikan demi
kebaikan dapat kami rasakan..
Aku sangat mengasihinya, aku berharap kerinduan akan selalu
ada diantara kami..
Aku sangat menyukainya, aku berharap kepercayaan dapat
tumbuh di dalam hati kami..
Deru gemuruh ombak
seiring dengan getaran di hati Jesicha. Ia sedang bersama Raska menikmati
indahnya pantai sore hari. Raska bahkan tak sedetikpun melepaskan tangan
Jesicha dari genggamannya sembari mengatakan “aku sayang kamu Cha..”
Tidak banyak bicara
memang, tapi dari sorot mata masing-masing sudah terlalu banyak hal yang mereka
ungkapkan. Jesicha lama menyandarkan kepalanya dipundak Raska.
“hari ini hari paling
nyaman yang pernah kurasakan..”
“kenapa? Karena ada aku
ya??”
“idiih kok kamu bisa GR
dulu gitu sih?”
“terus apa donk..?”
“kasih tahu gak ya??”
“hey.. cepetan..”
“gak sabaran banget??”
Raska terdiam lagi,
mungkin ia tak ingin memperdebatkan hal itu.
“karena aku diberi
kesempatan Tuhan untuk bertemu dengan kamu.. dan dipercaya untuk bisa merasakan
apa yang kurasakan saat ini..”
Raska memandang Jesicha
penuh arti.. mengecup keningnya dengan
sepenuh hati..
Begitulah Raska dan
Jesicha menjalin kasih diantara mereka. saling percaya.. saling jujur.. saling
menjaga.. seperti kata orang kalau cinta itu indah.. cinta itu damai.. mereka
berharap bahwa perasaan itu tidak pernah hilang sampai kapanpun. Mereka
berharap bahwa hubungan mereka bisa terjalin hingga nanti.. hingga mereka siap
untuk memutuskan pada tahap yang lebih serius. Setidaknya, itulah pikiran setiap
manusia ketika ia merasa telah menemukan cinta sejati mereka.
=Masih lanjutan tulisan
Jesicha..=
27 Maret, Ruang Layang-layang Cinta
Aku datang lagi Langit Angkasa..
Selalu ada dua sisih di dalam kehidupan ini.. selalu ada dua
hal yang akan terjadi dan kita alami..
Kalau aku pernah merasakan indahnya cinta.. kini aku
merasakan luka itu..
Ketika aku berani untuk mencintai dan dicintai.. seharusnya
aku juga sudah tahu bahwa aku harus berani pula untuk terluka dan tersakiti..
Jesicha ingin marah,
ingin menangis.. ingin teriak.. baru kemarin rasanya ia jalan bareng sama
Raska, kini kenyataan menyakitkan harus diterimanya. Raska memutuskan hubungan
mereka dengan alasan yang menurut Jesicha itu aneh..
“apa mungkin seseorang
tiba-tiba memutuskan hubungan tanpa sebab? Kami tidak bertengkar.. kami sedang
tidak ada masalah..”
“coba kamu tanya lagi ke
dia.. tidak mungkin dia tidak punya alasan..” terang Kasih seorang sahabat
setia Jesicha
“sudah.. dia hanya menjawab
kalau dia memang sudah tidak bisa bersamaku lagi.. tidak bisa ya tidak bisa
katanya..”
Jesicha masih tidak bisa
mengerti mengapa Raska melakukan hal itu. Sampai suatu ketika Jesicha menemukan
jawaban dari semuanya.
“Facebook… aku tadi
melihat facebooknya Ka..”
“kenapa?”
“tertulis disitu… in
relationship.. bahkan ia update photo dengan seorang cewek..”
“jadi kamu sudah tahu
sekarang..”
“dia masih saja playboy,
sama seperti waktu SMP aku mengenalnya..”
“kamu tahu dia playboy??”
“tahu.. tapi aku pikir
aku bisa merubahnya.. aku pikir kini ia sudah mulai dewasa menyikapi sebuah
hubungan.. aku sudah berusaha menjaga semuanya Ka.. menjaga agar tidak ada kata
perpisahan diantara kami..”
Jesicha, bagaimanapun
juga semua sudah terjadi.. bagaimanapun juga ia harus mampu menerima semua
itu.. bagaimanapun juga ia harus tahu kalau tidak semua hal termasuk cinta
dapat mempersatukan dua orang.. bisa jadi justru karena cintalah, kata
perpisahan itu harus ada dalam sebuah hubungan..
Dengan cinta yang
besar kita mengungkapkan “don’t say goodbye”. Tetapi, butuh lebih besar cinta
untuk dapat mengungkapkan “goobye..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar