Senin, 16 Juli 2018

Always Nae Dongsaeng 5

Part =5=
“OMO!! Hae.. demammu tinggi..” Leeteuk terkejut melihat keadaan Donghae pagi itu. Keringat dingin membasahi wajahnya yang mulai pucat. Matanya terpejan lekat tapi sepertinya ia tidak tidur dengan tenan.
“umma…” Donghae mengigau.
“sebentar ne.. umma ambilkan air hangat dulu..” Leeteuk keluar kamar Donghae dengan sedikit tergesa.
Sungmin baru saja duduk dan menghabiskan sarapannya bersama Hyukjae dan Kangin waktu Leeteuk datang.
“Umma, mana Hae?”
“dia demam tinggi.. chagi-ah.. bisa kau hubungi Hankyung? Aku takut terjadi sesuatu pada Donghae..”
“ne..” jawab Kangin. Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Hankyung suami Heechul sepupunya itu yang kebetulan menjadi dokter. Leeteuk kembali ke kamar Donghae dengan air hangat dan handuk basah..
“ah.. Sungmin, tolong bawakan sarapan Donghae ke atas ne.. dank au Hyukjae, ambilkan obat penurun panas..” Sungmin dan Hyukjae hanya mengangguk dan melakukan pinta ummanya.

Hankyung menyuntikan sesuatu di lengan Donghae yang masih tertidur. Leeteuk tak hentinya mengusap kening anak bungsunya itu.
“ottoke? Donghae gawenchana?” tanya Kangin
“ada yang terjadi sebelum ini?” Hankyung kembali bertanya
“dia.. tahu kebenarannya Hankyung-ah..”
“aahh.. aku rasa itu penyebabnya.. dia banyak pikiran dan mungkin juga shock dengan apa yang dia tahu.. untuk sementara, biarkan Donghae istirahat.. jangan bebankan pikirannya dengan hal yang berat.. kau tahu Kangin-ah, anakmu ini sensitive.. kalian harus hati-hati. Dalam kondisi tertentu dia bisa melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri..”
“eeohh?”
“aku sudah sering dengan kasus seperti ini.. dan Donghae, keponakanku jadi aku tahu bagaimana dia.. hampir sama dengan Zoumi..”
“arraseo..”
“baiklah.. jaga dia baik-baik Leeteuk-ah..”
“ehmm..”
“hubungi aku kalau ada apa-apa.. oh, ya.. kau tidak perlu ke butik tadi Heechul bilang dia akan mengurus butik sementara..”
“ne, gumawo..”

Donghae membuka matanya pelan, dilihatnya sang umma masih disampingnya mengompresnya dengan sabar dan sesekali mengusap puncak kepalanya dengan lembut.
“umma..”
“Hae.. kau sudah bangun? Kau butuh sesuatu?”
“aku haus..” katanya pelan. Leeteuk mengambil segelas air minum di meja nakas dekat ranjangnya kemudian membantunya untuk minum.
“gwaenchana?”
“pusing…”
“ne, umma tahu.. istirahatlah.. jangan pikirkan yang macam-macam. Umma akan disini sampai kau sembuh..”
“gumawo umma..” ucap Donghae kemudian kembali ia memejamkan mata.

=purple fairy=
Hyukjae memperhatikan ummanya di kamar Donghae. Ia masuk tanpa enggan lagi dan memastikan langkahnya.
“umma..”
“Hyuk..? kau sudah pulang? Sudah makan?”
“ne umma.. ehm, jangan terlalu memanjakannya umma.. aku mendengar semua percakapan kalian kemarin malam.. Donghae bukan anak umma kan?” Hyukjae duduk disamping Donghae yang berbaring dan tidur pulas rupanya.
“kau.. kau tahu?? Ne.. Donghae bukan anak umma secara biologis tapi dia tetap anak umma.. karena hati umma menyayanginya..” Leeteuk mengusap kepalanya
“lalu bagaimana dengan kami? Selama ini umma hanya memperhatikannya saja..”
“mwo kau cemburu?” Leeteuk memukul pelan pipi Hyukjae
“ne, aku cemburu umma..”
“aaiisshh anak ini.. padahal aku tidak pernah sedikitpun membedakan kalian.. sayangku sama ke kalian semua..”
“lalu kenapa umma seringkali memperhatikan dia lebih dari kami yang anak kandung umma sendiri?”
“ehm, kau mau tahu alasannya?” Hyukjae mengangguk “kau dan Sungmin adalah anak umma yang hebat dan pintar. Kalian bahkan bisa melakukan apapun yang kalian mau.. kalian punya banyak teman. Tapi tahukah kalau kalian selama ini mengabaikannya? Umma tahu.. memang sepertinya baik-baik saja bukan? Tapi umma sering melihat dongsaengmu ini murung karena selalu gagal ketika ia ingin lebih dekat dengan kalian diluar acara makan malam kita.. Donghae hanya bisa menceritakan keluh kesahnya pada umma itupun tidak semua.. dia butuh teman yang bisa dipercayainya.. dan ia mengaharapkan itu pada kalian.. tapi karena ia tidak mendapatkan hal itu, akhirnya semua hal disimpannya sendiri. Membuatnya tidak pernah bisa percaya pada orang lain. Apa kau tidak merasa bahwa sebenarnya sikap Donghae yang manja dan kekanakan, sikapnya yang ceria itu hanya untuk menutupi kesedihannya? Dia berusaha menarik perhatian kalian..” suara Leeteuk pelan tapi masih bisa didengar Hyukjae
“eeooh??”
“ne, uri Donghae sudah dewasa Hyukjae.. sama seperti ketika ia melepas dan merelakan Sunny bahagia denganmu..”
“mwo? Maksud umma?”
“ehm..” Leeteuk mengambil nafas panjang “apa kau tahu Donghae menyukai Sunny sejak pertama masuk kuliah?”
“aahh…??” Hyukjae nampak terkejut
“ne, umma juga baru tahu kemarin.. saat Siwon ke butik dan menceritakannya.. dia ingin sekali mengungkapkannya tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Kurasa ia ingin meminta bantuanmu tapi karena Donghae tahu Sunny menyukaimu bukan dirinya ia melepaskannya dengan rela.. ingat saat Donghae pulang kehujanan? Umma menemukannya menangis dikamarnya hingga ia demam.. itu adalah hari dimana ia memutuskan untuk melepas Sunny karena ia sangat menyayangimu Hyukjae..”
“Donghae.. melakukan itu?”
“ne, selama ini kita tidak tahu kan bagaimana perasaannya yang sebenarnya? Ia selalu menanggung bebannya sendiri.. didepan kita ia anak yang manja, tapi dibelakang, Donghae justru tidak ingin merepotkan orang lain.. ia memikirkan perasaan kita jauh daripada kita tahu tentang dirinya..”
“jadi aku salah menilainya selama ini??” Hyukjae memandang dongsaengnya sendu “justru akulah yang kekanakan.. berpikiran bahwa ia selalu merebut apa yang seharusnya aku miliki..” Hukjae mengusap kening dongsaengnya “Mianhae Hae.. hyung tidak bisa jadi hyung baik buatmu..”bisiknya dan kali ini Hyukjae menciung kening Donghae.
Merasa terganggu dengan itu Donghae membuka matanya perlahan..
“eugghh… Hyukjae hyung? Umma?”lenguhnya setelah matanya terbuka “hmm.. aku terbangun dari mimpi indah.. aku tidur lagi..” ucapnya
“Hae.. memangnya kau mimpi apa eeohh?”
“aku mimpi Hyukjae hyung menciumku umma..” katanya sambil memejamkan mata. Tapi sedetik berikutnya ia membuka mata lagi..
“umma.. mimpi itu seperti nyata..” ujarnya
“kau tidak mimpi Hae..” Hyukjae mengulangi perbuatannya. Donghae hanya terdiam melihat apa yang dilakukan hyungnya.
“hyung…” dipeluknya Hyukjae dengan erat “gajima..”
“memang aku akan kemana?”
“kalau kau pergi mimpiku tak kan indah lagi..”
“dasar pabbo!!” Hyukjae memukul kepalanya
“aaiishh.. appo…” keluhnya “jadi aku sudah bangun?”
“YAK!! Tentu saja kau sudah bangun dan harus bangun kalau tidak makananmu akan ku habiskan..” teriak Hyukjae
“akan kuberikan semuanya hyung.. asal kau memelukku lagi..” Hyukjae memeluk donghae kemudian.
“aku akan memelukmu tanpa harus kau memberiku apa-apa..”
“saranghae hyung..”
“aku masih normal Hae..”
“nado.. tapi kau hyungku..”
“sudah selesai?” tanya Leeteuk yang merasa diabaikan daritadi.. “umma ambilkan makananmu Hae..”
“ani.. aku makan diluar saja.. Hyung, gendong aku!!”
“mwo? Manjamu kambuh lagi… aiisshh..” Hyukjae mengeluh tapi ia menuruti perkataan dongsaengnya. Beberapa saat kemudian Donghae sudah dipunggungnya.


“Hae.. jangan lagi berikan makanamu pada Hyukkie..”
“ini karena tadi Hyukkie hyung sudah memelukku appa..” ujarnya
“mwo?? Kemarin aku memelukmu.. berikan aku juga..” protes Sungmin
“yak!! Kalian berdua.. tidak apa kalau Donghae sedang sakit.. biarkan dia makan yang banyak..” seru Kangin
“gurrae.. sebagai gantinya nanti kau tidur denganku..” sambung Sungmin
“MWOO?? SHIRREO!! Kau mau membunuhku hyung?” bukan jadi rahasia lagi kalau Donghae benci warna pink. Kalau ia harus tidur dengan Sungmin artinya ia tidur dengan penuh warna pink.
“denganku saja..”
“Hyuk, aku yang duluan mengajaknya..”
“tapi dia akan tersiksa kalau denganmu hyung..”
“pokonya tidak bisa..”
“bisa..”
“ani..”
“shirreo..”
“umma.. kepalaku pusing…” Hyukjae dan Sungmin berhenti bertengkar mendengar suara Donghae “hyung.. antarkan aku kekamar..” keduanya langsung berdiri dan memapahnya kembali kekamar. Donghae segera berbaring dan memejamkan matanya..
“Hae.. kau tidak berbohong pada kami kan?”
“jangan bertengkar lagi hyung.. sebaiknya kalian disini menemaniku sampai aku tidur..”
“kau memang masih pucat..”
“baiklah.. tidurlah..” Hyukjae membaringkan dirinya disamping Donghae. Sungmin tak ingin ketinggalan, ia membaringkan dirinya juga di sisi yang lain.
“kita tidur, ne…” ujarnya
Sejenak kemudian hanya deru nafas beraturan yang terdengar. Ketiga kakak beradik itu sudah larut dalam mimpi masing-masing. Leeteuk dan Kangin masuk kamar Donghae, sedikit geli melihat tingkah ketiga anaknya.
“mereka terlihat polos kalau seperti ini..” Leeteuk membenahi selimut mereka hingga ketiganya tenggelam hangat dibailknya.
“ne, dan kau adalah umma yang hebat chagi…”
“ne, kau juga appa yang hebat bukan?”
“jinjja?? Aigooo…”
“aaisshh.. sebaiknya kita keluar.. biarkan mereka tidur tenang..”
“ne, kajja..!!”

Sabtu, 16 Juni 2018

Always Nae Dongsaeng 4

Part =4=
“Hyukjae.. dimana dongsaengmu? Tidak biasanya dia belum pulang jam segini?” tanya Leeteuk kuatir
“mollayo umma…”
“Sungmin.. kau tahu dimana Donghae?”
“ani umma.. dia selalu pulang lebih cepat dibanding kami kan?” Sungmin duduk disebelah Hyukjae seperti biasa “umma sudah hubungi ponselnya?”
“sudah, tapi tidak diangkat… aaiissh, kemana anak itu.. diluar juga sedang hujan..”
“tunggulah sebentar, mungkin dia sedang berteduh..” sahut Kangin
“kalian ini kenapa tadi tidak mengajak Hae pulang bersama, dongsaeng kalian tidak bawa payung..”
“mian umma.. aku tidak tahu kalau Hae belum pulang..” keluh Sungmin
‘BRAAKK!!’ suara pintu terbuka keras.. seorang namja yang tak lain adalah Donghae masuk rumahnya dengan tubuh basah kuyub. Ia berlari ke kamarnya tanpa melihat bahwa seisi rumah memperhatikannya. Leeteuk terkejut dengan keadaan anaknya langsung menyusulnya ke kamar.
“kalian makan dulu.. akan ku lihat Donghae..” ujarnya sebelum ia pergi.
Donghae duduk dilantai dekat dengan ranjangnya di ujung kamar. Kedua tanganya memeluk kakinya yang tertekuk rapi menenggelamkan kepalanya disana menyembunyikan wajahnya. Bahunya bergetar tanda ia sedang terisak.. Leeteuk menghampirinya, mengusap pelan punggunya.
“Hae-ah..??” panggilnya pelan. Donghae mengankat kepalanya.. wajahnya pucat matanya merah penuh air mata.
“Ummaaa…” Donghae memeluk ummanya erat. Menenggelamkan kepalanya di dada sang umma. Leeteuk masih mengusap punggungnya berusaha menenangkannya. Donghae masih saja terisak, membuat sang umma ikut merasakan kepedihannya.
“wae? Katakan pada umma…”
“Sunny noona… dan Hyukjae hyung…” jawabnya ditengah isak tangisnya. Leeteuk mengerti maksud Donghae. Ia masih ingat pertanyaan Donghae kemarin malam.. sekalipun ia tidak menyebutkan nama seperti sekarang ia tahu siapa orangnya..
“uljjima Hae-ah… umma mengerti chagi…”
“jangan bilang pada hyung, umma..” kata Donghae yang masih dipelukan ummanya
“ani.. umma tidak akan bilang..” leeteuk makin erat memeluk Donghae, ia tahu anaknya baru saja melakukan hal yang besar. Merelakan yeoja yang dicintainya demi hyungnya sendiri.. sungguh, Donghae sudah dewasa batinnya..
“umma bangga padamu Hae..” bisik Leeteuk
“Hae melakukan yang benar umma?”
“ne, Hae melakukan yang benar…” dilepaskan pelukannya dari Donghae. Ditangkupkan kedua tangannya pada wajah Donghae “dengar umma.. someday you’ll find someone special who’s love you.. arra?” Donghae mengangguk..
“sekarang hapus air matamu.. ganti bajumu, umma tidak ingin kau sakit chagi..” leeteuk mencium kening Donghae “umma ambilkan makan malammu ne.. tunggu sebentar..”
“ne, umma..” Leeteuk membantunya berdiri sebelum ia pergi dari kamarnya.

Donghae meringkuk diatas ranjangnya mengubur diri dibawah selimut dark blue-nya yang hangat.
“Hae.. irroena..” Leeteuk membangunkannya “kau belum makan.. buka dulu matamu..” kembali ia mengusap kening Donghae ‘hangat’ batinnya.
Donghae membuka matanya perlahan “aku tidak lapar umma..”
“kau harus tetap makan.. kau sedikit hangat, jadi umma bawakan juga obat untukmu..”
“aku tidak sakit umma..” jawabnya lemah
“badanmu hangat Hae.. akan menjadi parah kalau tidak segera diobati.. ayo, makan dulu.. umma suapi, ne..” Leeteuk membantunya duduk bersadar di pinggiran tempat tidurnya. Ia menyuapkan pelan makanan ke mulut Donghae.
“sudah umma..” katanya, padahal ia baru menerima tiga suap saja..
“sekali lagi Hae.. kau masih harus minum obatmu..” Donghae menurut. Diterimanya suapan terakhir itu lalu diminumnya obat di tangan ummanya sebelum ia kembali berbaring.
“rasanya pusing umma..” keluhnya
“sudah umma katakan, kau sedikit demam.. sekarang tidurlah.. jangan banyak bicara lagi..”
“umma.. temani Hae sampai Hae tidur ya..”
“aaiissh kau ini manja sekali eeooh?.. tidurlah..” Leeteuk terus mengusap kening Donghae hingga ia tertidur.
“chagi.. kau disini?” Kangin dengan pelan masuk kamar Donghae “Donghae gwaenchana?”
“dia sedikit demam.. tapi aku sudah memberinya obat tadi, semoga saja tidak semakin parah..”
“gumawo, sudah menyayangi dan merawatnya dengan baik..” ucap Kangin
“aku ummanya.. sudah sewajarnya kan?” Leeteuk memandang lekat Kangin
“ne, kau ummanya..”

Donghae belum membuka matanya pagi ini, sepertinya ia benar-benar sakit. Leeteuk membangunkannya pelan..
“Hae-ah.. irroena..”
“euggh.. umma.. aku bolos kuliah boleh?”
“kau sakit?” Leetuk menyentuh keningnya “kau sudah tidak demam.. apa masih pusing?”
“ani, hanya sedikit lelah saja rasanya..”
“arraseo.. gurrae.. kau boleh istirahat hari ini, tapi siapa yang akan menemanimu dirumah eeooh? Umma ada pekerjaan di butik..”
“gwaenchana umma.. aku akan baik-baik saja..”
“jinjja??” Leeteuk memicingkan matanya “baiklah.. umma akan segera pulang kalau urusan di butik selesai.. kalau kau ingin makan, tinggal panaskan masakan umma di dapur.. dan, jangan sampai kau tidak makan..” tegas Leeteuk
“arraseo umma.. gwaenchana..”

=purple fairy=
Sungmin bermaksud mengembalikan file yang kemarin dipinjamkannya oleh Kangin. Ia tidak perlu minta ijin untuk masuk kamar kerja appanya, karena hanya dia yang mendapat ijin penuh untuk keluar masuk kamar itu. Kangin sangat mempercayai Sungmin, dan ia tahu Sungmin seringkali lebih suka mengerjakan sesuatu di kamar kerjanya juga. Hari ini ia akan pergi untuk tugas kuliahnya, jadi ia meninggalkan pesan di secarik kertas di atas meja kerja Kangin. Sementara tidak didapatinya pensil atau bolpoint di atas meja itu..
“aaiishh.. biasanya appa meletakkannya di atas meja..” gerutunya. Tangannya mulai menyikbak beberapa file berharap menemukan bolpoint. Sampai pada semua laci meja hampir dibukanya..
“aahh… akhirnya…”
‘appa, aku tugas kuliah sampai malam.. tapi aku ada pertanyaan di satu file ini.. aku ingin tahu sesuatu nanti…’ tulisnya. Sebenarnya ia bisa mengirim lewat sms atau telp appanya, tapi karena takut mengganggu pekerjaan Kangin maka ia menulis pesan itu.
Dikembalikannya pensil pada laci dan menutup semua laci yang tadi dibukanya..
“mwo?” dilihatnya dua buah amplop besar berwarna coklat muda dalam sebuah laci yang hampir ditutupnya. Yang membuatnya penasaran adalah kop yang bertanda khusus di depan amplop itu. Tanpa ragu diambilnya amplop itu..
“MWO?” kali ini ia terkejut dengan apa yang dibacanya bahkan ia semakin heran ketika amplop kedua dibukanya “apa yang mereka sembunyikan sebenarnya?”
‘aaiishh. Akan kutanyakan nanti..’ Sungmin mengembalikannya pada tempat semula dan ia segera keluar dari ruangan itu tapi tangannya masih sempat meraih lembaran kertas pesan yang ditulisnya tadi.

“Hae-ah.. kau dirumah?” Sungmin terkejut melihat dongsaengnya tengah berada diruang tengah. Donghae hanya mengangguk..
“wae? Gwaenchana? Umma bilang semalam kau sedikit demam?” Sungmin meletakkan tanganya di kening Donghae
“gwaenchana hyung.. kau sendiri kenapa sudah pulang?”
“aku akan ke Busan mungkin sampai malam jadi aku pulang sebentar..”
“eeoohh? Sendiri?”
“ani, dengan Yesung.. aku akan menemanimu sebentar..” Sungmin duduk disamping Donghae. Matanya tak henti memperhatikan dongsaengnya yang tengah asik dengan acara TV yang ditontonnya.. “Hae, sebaiknya kau istirahat.. kau terlihat pucat..”
“gurrae?? Aku baik-baik saja hyung.. kenapa kau jadi sama seperti umma?”
“karena aku hyung-mu.. sampai kapanpun kau dongsaengku.. arra?”
“eeoohh? Ne.. arraseo.. gumawo hyung.. aku menyayangimu..” Donghae memeluk Sungmin untuk pertama kalinya. Sungmin sedikit terkejut tapi ia balik memeluk dongsaengnya “aku suka kalau hyung sering-sering memelukku..”
“ne, mulai sekarang aku akan sering memelukmu.. sudah, sebaiknya kau tidur..”
“baiklah.. aku kekamar..”


“Hae, jangan berikan makananmu pada Hyukkie..!!” seru Leeteuk. Sepertinya Donghae sudah baik-baik saja.. anak itu tidak menunjukkan reaksi marah pada Hyukjae ataupun mendiamkan hyungnya. Leeteuk kembali tersenyum, paling tidak ia tahu kalau Donghae bisa mengambil sikap bijaksana. Sekalipun Leeteuk tahu kalau Donghae masih merasa terluka.. tapi ia juga tahu kalau Hyukjae tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini.
“Hyukkie hyung menerimanya dengan senang umma..”
“tentu saja ia senang karena jatah makannya bertambah..” kata Kangin “jangan berikan lagi, lihat tubuhmu sudah sangat kurus.. dan kau Hyukkie jangan terima itu dari Donghae.. kalau kau mau, minta lagi sana pada umma..”
“kau ini benar-benar vampire Hae…” bisik Hyukjae
“ani hyung, aku bahkan tidak bisa makan darah..” jawabnya
“kalau begitu kau ini apa?”
“aku manusia, buktinya aku masih suka makan kue coklat dan es cream..” timpalnya. Leeteuk mendengar mereka dan tak habis pikir pada keduanya “eeohh, hyung, bukannya tadi kau bilang akan pergi dengan Yesung hyung karena tugas kuliah?” Donghae berpaling pada Sungmin.
“ani.. aku membatalkannya..”
“Wae?”
“gwaenchana umma.. hanya sedang ingin dirumah saja. Lagi pula sebenarnya itu bagian Yesung.. jadi biarkan dia yang menyelesaikan..”
“Umma.. Hyukkie mencuri makananku..!!” teriak Donghae
“Mwo? Tadi kau memberikannya padaku?” protes Hyukjae
“itu tadi.. tapi setelahnya kau malah mengambil hampir semua makananku..”
“kau sudah tahu rasanya lapar eeooh?”
“aku sudah bilang aku ini manusia, mana ada manusia yang kenyang terus tanpa makan sekalipun ia malas makan..”
“aaiisshh.. hentikan!! Kalian ini berisik sekali..” ujar Sungmin “Hae, ini… dan kau Hyuk, jangan serakah..” Sungmin memberikan sedikit bagiannya pada Donghae. Kangin dan Leeteuk terkejut, Sungmin mampu membuat kedua dongsaengnya diam seketika.
“cepat selesaikan makannya..”
Hanya makan malam biasa, tapi tetap saja itu momen yang paling penting bagi mereka. Mendengar Donghae dan Hyukjae bertengkar, mendengar appa dan Sungmin berbicara sedikit serius atau umma mereka yang seringkali mengeluh soal butiknya.


Sungmin menghampiri Appa dan Ummanya diruang tengah. Kedua dongsaengnya masih sibuk dikamar masing-masing dan ia bisa memastikan mungkin mereka sudah tidur.
“Appa.. umma.. aku ingin bicara..”
“Sungmin? Ada apa?” Kangin menunjuk sofa di depannya menyuruhnya untuk duduk.
“mian.. tapi aku tidak sengaja membaca surat itu tadi siang..”
“ne??” Leeteuk penasaran
“apa benar setelah melahirkan Hyukjae.. rahim umma diangkat??”
“m..mwoo?” Kangin dan Leeteuk terkejut “bagaimana… kau bisa tahu?”
“aku sudah bilang aku tidak sengaja membacanya..”
“itu.. itu.. ne.. itu benar..” ujar Leeteuk
“jadi, Donghae??”
“Donghae… dia..”
“dia anak Appa, tapi tidak dengan umma? Makanya usianya tidak jauh beda dengan Hyukjae..” potong Sungmin “apa itu benar?”
“ne.. itu benar..” jawab Leeteuk yang sudah tidak bisa membendung air matanya.

=flash back on=
“mian.. kami tidak bisa menyelamatkan ummanya..” ujar dokter yang menangani kelahirannya.
“mwo?”
Kangin hanya bisa menangis mendengarnya.. Leeteuk yang awalnya marah besar padanya tiba-tiba menjadi luluh melihat namja kecil digendongannya yang tidak tahu apa-apa itu. Ya, Kangin terjebak dalam kesalahan besar.. saat ia mabuk dan melakukan hal itu dengan tidak sadar bersama sekretarisnya Kim Ryeowook. Ryeowook tidak ingin menggugurkan kandungannya sekalipun Kangin tidak bertanggungjawab atasnya. Ia berniat membesarkan anak itu sendiri dan menjauhkannya dari sang Appa. Tapi keadaan Ryeowook begitu lemah saat mengandung anaknya.
“Mianhae unnie.. aku tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi, aku tahu ini adalah kesalahan kami.. sekalipun waktu itu kami sama-sama tidak sadar..” ujar Ryeowook pada Leeteuk “aku hanya ingin memberitahunya, kalau bayi ini juga anaknya..”
Leeteuk tidak tahu harus marah lagi atau bagaimana, tapi ia mencoba untuk bersikap bijak dalam hal ini sekalipun rasa sakit hati itu begitu dalam. Dan sampai akhirnya Ryeowook mengorbankan dirinya demi bayi yang dikandungnya.
“Chagi.. kita rawat bayi ini..” ujar Leeteuk pada Kangin “dia tidak tahu apa-apa.. lagi pula kau adalah Appanya.. dan hanya itu yang dimilikinya bukan?”
“mwo? Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana dengan Sungmin dan Hyukjae?”
“tentu saja aku akan menjadi ummanya.. dan mereka menjadi hyungnya.. mereka tidak akan bertanya apa-apa.. Sungmin bahkan baru berusia 3 tahun untuk mengerti hal ini..”
“gumawo chagi..”
“ne.. boleh aku memanggilnya Donghae?”
“ne, itu nama yang bagus..”
=flash back off=

“umma merawatnya sejak ia kecil sekalipun tidak melahirkannya.. jadi umma menyayanginya sama seperti kalian..”
“jadi Kim Ryeowook 19 tahun yang lalu.. gurrae.. aku mengerti sekarang..”
“maksudmu..”
“aku membaca file yang Appa berikan padaku kemarin.. namanya ada disana.. dan itu juga yang ingin aku tanyakan, tapi aku rasa semua sudah jelas sekarang..”
“Sungmin.. berjanjilah.. jangan bedakan Donghae dan Hyukjae.. mereka dongsaengmu..” pinta Leeteuk
“umma.. appa..” Donghae tiba-tiba berdiri dibelakang mereka “jadi Hyukjae hyung benar? Aku bukan anak umma?” ditundukkannya kepalanya dan sepertinya ia sudah terisak sekarang.
“HAE?” Sungmin, Kangin dan Leeteuk terkejut “sejak kapan kau disana?”
Leeteuk berdiri dan memeluk Donghae erat “Hae-ah…”
“aku bukan anak umma?” dia kembali bertanya
“ani.. kau anak umma.. umma yang membesarkanmu dari mulai kau lahir.. tangan umma yang merawatmu setiap hari.. dan hati umma yang menyayangimu.. kau anak umma, maknae Sungmin dan Hyukjae..” Leeteuk makin erat memeluknya.
“Hae…” Kangin mengusap punggung ananknya. Donghae makin terisak dipelukan Leeteuk. Sungmin melihat semua itu.. tak tahu apa yang harus dilakukan.. tapi sejujurnya ia juga menyayangi Donghae. Bagaimanapun dia adalah dongsaengnya.. mereka punya appa yang sama..
“Hae.. dengar hyung..” Sungmin mendekat padanya “ingat apa yang hyung katakan? Apapun yang terjadi kau adalah dongsaeng hyung.. arra?”
“Hae bukan anak umma.. Hae anak selingkuhan appa? Hae merasa tidak pantas mendapat sayang dari umma..”
“ani Hae.. ini bukan salahmu, ini salah appa..” ujar Kangin
“jadi Hae lahir karena kesalahan?”
“ne.. tapi kelahiranmu, kehadiranmu bukan kesalahan.. tapi kebahagiaan..” Jawab Leeteuk “jujur.. umma marah waktu itu.. umma benci.. tapi kau tidak tahu apa-apa..”
“tapi karena aku.. karena aku..”
“cukup Hae!!” Leeteuk menangkupkan kedua tanganya diwajah Donghae “dengar umma, Sungmin.. Hyukjae.. dan Donghae adalah kebahagian umma.. bahkan rumah ini menjadi lebih sempurna karena kehadiranmu.. umma menyayangimu, tidak peduli umma melahirkanmu atau tidak.. karena dengan tangan umma sendiri.. umma membesarkanmu..”
“umma tidak marah?”
“marah? Wae?”
“karena Hae merepotkan umma..”
“ani.. untuk alasan apapun itu, umma tidak pernah marah.. umma tidak pernah menyesal.. umma menyayangimu..”
“gumawo umma..” Donghae memeluk Leeteuk “appa…” dan kini ia berpindah pada Kangin.
“kau tidak memelukku Hae?” sahut Sungmin
“saranghae hyung…” Donghae menyambut Sungmin “Hyukjae hyung…??”
“biar umma yang bicara nanti…”

Rabu, 16 Mei 2018

Always Nae Dongsaeng 3

Part =3=
Paran Band sedang mengikuti audisi di kampusnya…
…………………….FLY-SUJU KRY………………………….
‘YEAH….’ prok..prok.. dan sepertinya mereka berhasil.. Shim soensaengnim tersenyum bangga melihatnya..
“soensaengnim, ottoke?” hanya dua jari jempol yang mereka dapat darinya.
“apa kita bisa terpilih?” tanya Henry
“wae? Jangan pikirkan itu.. kita sudah memberikan yang terbaik pasti terpilih..” ujar Kibum
“Hyung.. Hyukjae dan Zoumi ikut audisi kan? Aku mau lihat mereka dulu..” tanya Donghae pada Siwon.
“jangan kacaukan mereka Hae..”
“ani hyung, justru aku memberikan semangat..”
“aku ikut denganmu..” Siwon mengekor Donghae meninggalkan teman-temannya.
“aaiishh, apa-apaan mereka itu?” heran Kyuhyun melihat mereka berdua “sebaiknya aku juga ikut mereka.. permisi soengsaengnim..” pamitnya
“dasar Kyuhyun aneh!!”
“kalian semua aneh..” ujar soensaengnim “sudahlah, aku pergi dulu..”
“aahh, ne..” Kibum dan Henry membungkukkan badannya.

=purple fairy=
“umma…”
“waeyo Hae? tidak biasanya kau mengganggu umma memasak?”
“ehm.. umma, ada teman yang bercerita kalau dia sedang suka seorang yeoja.. menurut umma apa ia harus segera mengungkapkannya?” tanya Donghae sambil memotong wortel dihadapannya
“kau sedang jatuh cinta? Aaiigoo.. anak umma sudah dewasa ne..”
“ani umma, tadi aku bilang seorang teman..”
“kau tidak bisa berbohong pada umma.. apalagi kalau tidak sedang memakai kacamata seperti itu!!” cibir Leeteuk
“mwo?? Aaaiisshhh….” Donghae makin memotong wortel menjadi kecil
“Yak!! Jangan potong lagi.. kau merusak resep umma!!” teriak Leeteuk “kalau suka pada yeoja sebaiknya cepat katakan sebelum terlambat..”
“kalau dia sebenarnya menyukai namja lain, ottoke?”
“kau hanya boleh berjuang tapi tidak boleh memaksakannya..”
“kalau namja yang disukainya ternyata teman kita sendiri?”
“yak, kenapa kau terus bertanya..?”
“baiklah.. aku tidak jadi membantu umma masak..!!” Donghae pergi meninggalkan kebingungan diwajah Leeteuk.

Kembali Donghae merenung didalam kamarnya yang berantakan tapi nyaman baginya.
‘Kalau yang dikatakan Siwon hyung benar bagaimana? Selama ini Hyukjae hyung tidak pernah cerita soal Sunny noona.. bahkan menurutku mereka hanya sebatas teman. Apa mungkin aku salah? aku hampir tidak pernah melihat mereka begitu dekat yang lebih dari sekedar teman.. aahh.. aku ingat, kemarin hyung sempat mengantar Sunny noona pulang kerumah.. apa itu artinya mereka memang sedang dekat? Aaiisshh… apa yang harus aku lakukan?’
Dicoretnya lembarnya yang dari tadi dipegangnya.. bahkan tak satu not-pun bisa ditulisnya.. ia beranjak dari kamarnya menuju kamar disebelah kirinya.
“hyung…” kali ini ia mengetuk pintu
Klleekk… kepala Hyukjae muncul dibalik pintu “wae? Jangan ganggu aku!!”
“kau sedang apa? Sepertinya tidak melakukan apapun..” Donghae nyelonong masuk kamar itu dan duduk di ranjang Hyukjae.
“Yak!! Apa maumu sebenarnya..?”
“aaiishh, hyung selalu saja seperti itu padaku. Apa aku punya salah? bagaimana kalau kita damai sesekali?”
“kita tidak sedang perang Hae..”
“eeoohh? Aku tahu sebenarnya hyung kesal denganku kan? Tapi sudahlah aku memaafkanmu..”
“mwo?? Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?”
“ani, aku hanya bertanya.. kau sering marah padaku apa itu artinya kau sedang jatuh cinta hyung?”
“MWO??” seru Hyukjae “apa hubungannya?”
“menurut Kibum, kalau orang sering marah dan sensitive karena dua hal.. jatuh cinta atau patah hati!! Aku tidak melihatmu dekat dengan yeoja sebelumnya jadi aku pikir kali ini mungkin kau sedang jatuh cinta..”
“YAK!! PARK DONGHAE!!” Hyukjae memukul kepala dongsaengnya
“hyung, kau suka sekali memukulku..”
“kau yang mulai..”
“kau juga memarahiku.. kapan kau akan memelukku?”
‘grreepp.. Hyukjae terdiam mendengar pernyataan Donghae, benar.. belum sekalipun ia memeluk dongsaengnya. Hyukjae seringkali iri melihat ummanya memperhatikan Donghae lebih darinya.. atau sebenarnya itu hanya perasaannya saja.. Donghae jarang memiliki teman, seharusnya Hyukjae bisa menjadi hyung yang dekat dengannya.. ia ingat berulang kali Donghae mencoba mengajaknya main tapi Hyukjae selalu menolak. Donghae tak berhenti untuk tidak ke kamarnya hanya sekedar untuk menyapa atau mengganggunya..
“ah.. aku tidur denganmu saja malam ini hyung… aku ingin bercerita sesuatu.. aku tidak tahu harus cerita pada siapa lagi..”
“ani!!” jawab Hyukjae lemas “dengan Sungmin hyung saja..”
“hyung.. kau selalu menyuruhku ke Sungmin hyung, padahal kau tahu aku tidak bisa dikamarnya.. aku bisa pingsan karena warna pink dimana-mana.. lagi pula aku tidak bisa cerita padanya hyung.. aku lebih percaya padamu” Donghae mempoutkan bibirnya. Hyukjae hanya tertawa kecil mendengarnya. Ia tahu, ini adalah kesempatannya untuk dekat dengan Donghae kalau dia mau. Dongsaengnya itu seringkali meminta sesuatu padanya bukan pada Sungmin hyung. Donghae selalu lebih merasa nyaman dengan Hyukjae yang tak jauh beda umurnya. Menurutnya mereka bisa melakukan banyak hal dibanding dengan Sungmin yang memang lebih tua darinya dan juga tipe orang yang serius..
“YAK!! DONGHAE, APA YANG KAU LAKUKAN PADA DVD-KU?” Teriak Hyukjae tiba-tiba.
“ini mirip piring terbang hyung, apa disini ada alien juga?” Donghae melempar kaset DVD itu tanpa rasa bersalah
“HENTIKAN!! KAU AKAN MERUSAKNYA…”
“ani hyung, aku tidak memakannya kok..”
“PARK DONGHAE!!” sekali lagi ia berteriak histeris.
“HYUKJAE…. DONGHAE!! Jangan berteriak..” Sungmin muncul di balik pintu kamar Hyukjae yang memang tidak ditutupnya “seperti anak kecil saja…”
“nah.. kau lihat hyung sekarang.. bagaimana aku bisa main dengan Sungmin hyung? Dia terlalu serius..” ujarnya pada Hyukjae
“jadi itu alasanmu menempel padaku?”
“ne!” jawab Donghae mantab. Sungmin tak mengerti apa yang dibicarakan dua dongsaengnya, tapi ia marah karena namanya disebut-sebut.
“ada apa sebenarnya?”
“ani, hanya Hyukjae hyung sedang jatuh cinta.. jadi sebaiknya kita keluar hyung..” Donghae hampir menarik Sungmin keluar.
“YAK!! Aaiisshh.. dasar maknae!! Awas kau..”
“eeoohh, sepertinya Donghae benar…” ujar Sungmin sambil meninggalkan Hyukjae yang masih bingung dengan perkataan hyungnya.

Malam itu Donghae kembali ke kamar Hyukjae..
“hyung… sekali saja ijinkan aku tidur denganmu..”
“ani…” jawab Hyukjae tanpa membuka pintu kamarnya
“hyung… aku menyayangimu.. ijinkan aku memelukmu saja..”
“ani Hae..” Hyukjae tetap tidak membuka pintunya
“hyung.. aku ingin membicarakan sesuatu..”
“ani.. aku tidak ingin tahu apapun soal dirimu Hae-ah.. pergilah.. kau menggangguku!!” kali ini Hyukjae agak keras..
“kau marah padaku hyung?”
“ne, aku marah padamu kalau kau tidak pergi sekarang juga…” setelah itu tidak ada lagi duara Donghae dibalik pintu. Mungkin ia sudah kembali ke kamarnya..

=purple fairy=
Tidak ada yang berubah dari kebiasaannya, sama seperti hari yang lain.. pagi ini ia kembali memperhatikan yeoja itu diruang latihannya. Udara yang dingin tiba-tiba menjadi panas entah memang akan turun hujan atau hanya perasaan saja.
“kau melamun lagi Hae..” kembali Siwon mengejutkannya
“kau lagi hyung?”
“aku tidak tahu harus berkata apa, tapi cobalah untuk bersikap dewasa dalam hal ini.. kurasa kau bisa Hae..”

Donghae berniat menemui Sunny, paling tidak ia akan mendapat jawaban yang pasti darinya. Paling tidak ia akan tahu penantiannya selama ini harus berlanjut atau dihentikan.
“Shindong hyung… kau melihat Sunny noona?” Donghae dikelas Sunny
“ani.. sehabis latihan aku tidak melihatnya lagi.. mungkin di kantin..”
“kau mencari Sunny, Hae?” tanya Zoumi “kulihat dia di taman belakang dengan Hyukjae.. wae? Tumben kau mencarinya?”
“bersama Hyukjae hyung…? Aaah.. ani, ada hal yang perlu kutanyakan saja.. gumawo hyung..” Donghae tak berpikir lagi. Ia segera mencari Sunny.
Dan benar kata Zoumi. Sunny bersama Hyukjae di taman belakang.. mereka bersandar pada sebatang pohon tua. Donghae melangkah mendekati.. sampai satu adegan yang membuat langkahnya terhenti..
“saranghae Hyukkie..”
“Nado, Sunny…” Hyukjae mencium puncak kening Sunny.
‘JLLEEBB!!’ Donghae mendengar semua itu.. kini ia tahu kebenarannya. Siwon benar, Sunny menyukai Hyukjae dan baru saja ia melihat kalau Hyukjae dan Sunny menjalin hubungan..
Tubuhnya gemetar kakinya kaku.. airmata jatuh tak tertahan.. marahkah ia? Atau sedih sebenarnya? Donghae berjalan menjauh dari mereka.. bahkan rasanya ia tak minat untuk latihan hari ini.. dia berlari ke parkiran, mengambil sepedanya dan melaju cepat.. entah kemana ia sendiri tak tahu..

Senin, 16 April 2018

Always Nae Dongsaeng 2

Part =2=
“hyung.. kata Henry kau harus menjaga Sicha noona.. tapi tadi aku bilang kalau Sicha noona itu nomor 3 bagimu..”
“MWO??” Sungmin hampir menyemburkan makanan yang masih dikunyahnya. Hukjae tak kalah kaget dengan pernyataan Donghae.
“kenapa kau mengatakan seperti itu Hae?” Leeteuk umma pun ikut penasaran dibuatnya.
“aku bilang, yang nomor 1 itu umma dan appa, nomor 2 Hyukjae hyung dan aku.. jadi Sicha noona no 3..” Hyukjae dan Kangin tertawa seketika. Acara makan malam mereka menjadi sedikit ramai karena ulah Donghae.
“iissshh…” Sungmin hanya bisa mencibirnya.. “kau tidak perlu mengatakan seperti itu juga Hae-ah..” ujarnya. Leeteuk hanya tersenyum geli..
“benar Hae.. tidak ada tingkatan untuk orang yang kita cintai.. semuanya sama dan sejajar..” Kangin mengacak rambut Dongahe
“jadi aku salah bicara?” tanya Donghae polos..
“ani, hanya saja kalau kau disuruh memberi peringkat.. umma appa dan hyung.. ottoke?”
“umma nomor satu..” jawaban polos keluar lagi dari mulutnya
“Yak!! Mengapa hanya umma? Aku ini hyung-mu.. umma juga bukan milikmu seorang..” Hyukjae memukulnya dengan sendok.
“appo hyung…. Kau itu sering mengacuhkanku…”
“iissshhh...” hampir saja Hyukjae memukulnya kedua kali sebelum akhirnya Kangin menyuruh mereka menghabiskan makanan.


“appa, aku ingin belajar sesuatu dari appa..” pinta Sungmin pada Kangin. Putra sulungnya itu memang rajin belajar apalagi ia berniat menjadi seperti appanya.. selama ini ia banyak belajar soal bisnis dengan appanya.
“kalau begitu kau ke kamar kerja appa saja..”
“ne..” Sungmin mengikuti Kangin ke sebuah ruangan yang sudah sering dikunjunginya. Dan sepertinya hanya dirinya dan Kangin yang sering berada ditempat ini. Hyukjae dan Donghae tidak betah diruangan kerja itu kalau bukan karena ada sesuatu yang penting yang mengharuskan mereka masuk kesana. Leeteuk umma sendiri hanya akan disana kalau Kangin appa memintanya untuk menemani. Selebihnya ia akan sibuk dengan urusan butiknya..
“apa yang ingin kau tahu?” Kangin duduk didepan meja kerjanya menghadap ke Sungmin.
“aku hanya ingin tahu soal menjadi pemimpin yang bijaksana appa..”
“mwo…?”
“ne, aku tahu menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah bukan.. kalau soal materi dan yang lainnya bisa kupelajari.. tapi kalau ini..” Sungmin menghentikan perkataannya.
Kangin mengerti maksud anaknya. Ia berdiri dari tempat semula mengambil beberapa file di rak bukunya dan memberikannya pada Sungmin.
“ini.. kasus yang pernah terjadi di kantor appa.. baca dulu dan simpulkan pendapatmu..”
“eeoohh? Baiklah appa..” ujarnya kemudian.


Donghae mendengar suara berisik di kamar Hyukjae, karena penasaran ia akhirnya masuk tanpa mengetuk pintu. Itu akan percuma dan Hyukjae tidak akan mendengarnya..
“Hyung…??” Donghae hanya tertegun melihat Hyukjae yang loncat sana dan sini dengan gaya anehnya. Tadinya ia berpikir Hyukjae sedang latihan dance tapi gerakan aneh itu membuatnya tertawa.
“YAK!! Donghae!! Apa yang kau lakukan? Kau tidak mengetuk pintu dulu..” teriak Hyukjae
“sudah.. hyung saja yang tidak mendengarnya..” Donghae mencari alasan
“mau apa kau eeooh?”
“aku sudah biasa masuk kamarmu hyung.. aku bosan dikamar, tadinya aku ingin mengajakmu main tapi sepertinya kau sedang sibuk..”
“Ne, aku memang sibuk..” Hyukjae menatapnya tajam “Keluar dari kamarku, kau mengganggu saja!!”
“MWO? Kau mengusirku?”
“Keluar…” kali ini Hyukjae mendorong Donghae keluar kamarnya, lalu menutup pintu keras-keras.
“Aaaiisshh.. dasar hyung aneh..” ujarnya
Sungmin yang baru keluar dari kamar appanya melihat kejadian itu “jangan ganggu hyungmu Hae.. ke kamarku saja..” ajaknya
Donghae kaget bukan main “ANI HYUNG… AKU DIKAMAR SAJA..” teriaknya sambil berlari kekamarnya.
Sungmin hanya tersenyum geli melihatnya, ia tahu alasan kenapa Donghae enggan kekamarnya. Namja itu membenci warna pink.. dan lagi, ia tidak bisa sembarangan membuat kamar Sungmin berantakan. Kalau ia melakukan itu, Sungmin dengan senang hati menghukumnya.. membersihkan kamar Sungmin seminggu penuh.

=purple fairy=
Seperti biasa, ia melihat yeoja itu latihan lagi.. sejak ia dikelas tingkat pertama hanya itu yang bisa dilakukannya. Pasalnya tidak ada keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya itu pada sunbae-nya..
‘Sunny noona.. aku harus segera mengatakannya padamu.. kalau tidak aku bisa menyesal nanti.. ya, aku harus mengatakannya dengan atau tanpa bantuan Hyukjae hyung..’ ujarnya dalam hati.
“Yak!! Kau melamun lagi..” Donghae memalingkan kepalanya, Siwon sudah berjalan di sampingnya “apa yang kau pikirkan Hae?”
“ani…” jawabnya pelan
“jangan bohong.. kau tidak bisa menyembunyikannya. Matamu mengatakan begitu.. kau tidak bisa bersembunyi dibalik kacamatamu..”
“mwo? Hyung… kau…? Padahal aku pikir Cuma umma yang tidak bisa kubohongi..” Siwon menepuk bahunya pelan. Ia mengenal Donghae sejak lama.. sejak kecil bahkan.
“berarti benar kau sedang menyembunyikan sesuatu?”
“aku.. sedang menyukai seseorang..”
“MWO??” kali ini Siwon terkejut dibuatnya “Siapa? Sejak kapan? Kenapa bisa?”
“sudah sejak lama hyung.. sejak aku di tingkat pertama..”
=flash back on=
Setelah upacara penerimaan murid baru, Hyukjae langsung mencari kelasnya bersama Siwon dan Zoumi, meninggalkan Donghae yang tengah kebingungan..
“aiisshh.. bagaimana bisa Hyukjae hyung meninggalkanku sendiri?  Huff.. dimana kelasku? Sepertinya aku sudah puluhan kali memutari tempat ini..?” Donghae hampir menyerah mencari kelasnya.
“kau mencari kelasmu?” Donghae terkejut melihat seorang yeoja menyapanya. Seketika rasanya waktu berhenti dan jam diam tak berdetak..
“ah, ne noona..” Donghae bangun dari lamunannya
“aku juga murid baru disini.. tapi mungkin aku bisa membantumu..” ujarnya
“jinjja?” Donghae berbinar “syukurlah.. tadi aku ditinggal oleh hyung-hyungku jadi beginilah aku kebingungan.. ini kelasku..” Donghae menyodorkan selembar kertas pada Yeoja itu
“ahh.. aku tahu dimana kelasmu.. kajja..” ajaknya “In Sunny imnida.. kau?”
“Donghae.. Park Donghae..”
“eooh.. ne, tadi kau bilang ditinggal hyungdeul? Memang berapa hyungmu? Kenapa semua membiarkanmu sendiri?”
“Sungmin hyung di tingkat 3 dan Hyukjae hyung, dia murid baru juga.. tadi ada sepupuku juga.. Zoumi hyung dan Siwon hyung.. entahlah, tiba-tiba mereka menghilang dan mematikan ponselnya”
“mwo? Jadi kau dongsaengnya Hyukjae?” Sunny tidak menyakan lebih lanjut alasan Donghae ditinggal, ia malah tertarik karena satu nama.
“kau mengenal hyungku noona?”
“ne, kami berteman sejak setahun yang lalu waktu itu aku bertemu dengannya di kompetisi dance SMA.. kebetulan sekali aku sekelas denganya sekarang.”
“ehmm” Donghae hanya mengangguk.. ia memandang Sunny lekat, ada yang menarik dengan yeoja itu..
“sebentar, tadi kau bilang dongsaengnya Hyukjae kan? Kenapa bisa kita seangkatan?”
“eooh, itu.. waktu kecil aku merengek pada umma untuk bisa sekolah bareng Hyukjae hyung..” Donghae memegang leher belakangnya dan sedikit mengusapnya
“begitu? Ah.. baikalah.. berarti kau memang harus memanggilku noona..” Sunny menjadi akrab seketika dengan Donghae “nah, Donghae.. ini kelasmu..” mereka tiba di ruangan yang dicariya
“ne, gumawo noona..”
=flash back off=

“jadi yeoja yang kau maksud itu Sunny?” Siwon memastikan dan benar, Donghae mengangguk “tapi Hae.. tidakkah kau tahu kalau Sunny itu menyukai Hyukjae?”
“mwo?” Donghae menghentikan langkahnya.
“ne, dan itu sudah lama.. sejak Sunny mengenal Hyukjae di kompetisi dance SMA..”
“benarkah?”
“Hae-ah.. aku tahu perasaanmu.. kau masih bisa mencoba, Sunny belum mengatakan apapun pada Hyukjae dan Hyukjae belum tentu juga menyukai Sunny bukan?” Siwon merangkul bahu Donghae yang sudah seperti dongsaengnya sendiri itu.
“ne, hyung…” jawab Donghae pelan
“kajja.. kita ke kelas..”


Sungmin membuka lembar demi lembar file yang diberikan appanya semalam. Sesekali ia mengangguk atau juga menggelengkan kepala saat ia tidak mengerti dengan yang dibacanya. Dan sesekali juga matanya menatap tajam tanda terkejut. Ia begitu tenggelam sampai tidak sadar kalau ada yang memperhatikannya..
“oppa.. jangan terlalu serius..” terdengar suara pelan berbisik karena ini di perpustakaan.
“Sicha?” ya, seorang yang memperhatikannya itu adalah yeojachingunya sendiri.
“ne, kau sedang membaca apa?”
“kumpulan kasus yang pernah ada di sebuah perusahaan.. tepatnya tempat appa bekerja”
“eooh? Sepertinya menarik…”
“kemarilah..” Sungmin menyuruhnya duduk disebalahnya “ehm, Sicha.. apa Henry bercerita sesuatu padamu?” tanya Sungmin tiba-tiba.
“aku mengerti maksudmu oppa.. pasti soal maknae-mu kan?”
“ne.. dia memang terkadang terlalu polos..”
“bukan terkadang oppa.. dia memang polos..” Sicha tersenyum menanggapinya “kau beruntung punya dongsaeng seperti dia..”
“mwo?” Sungmin mencoba mencari jawaban
“ne, kau akan kualahan kalau Henry yang menjadi dongsaengmu..” Jesicha membayangkan bagaimana ia selalu saja bertengkar dengan Henry hampir setiap hari. Dongsaengnya itu terlalu overprotektiv apalagi sejak appa mereka meninggal.
“hahaha.. aku pikir sama saja.. kau tidak tahu berapa kali kami harus memarahi Donghae kalau dirumah..”
“jinjja? Berarti dongsaeng kita sama-sama menyebalkan?”
“ani.. sebenarnya bukan menyebalkan.. mereka punya alasan untuk bersikap seperti itu..” Sicha mengangguk, menyetujui ucapan Sungmin sebelum akhirnya mereka kembali tenggelam dengan file-file itu.
“ah, sebentar.. ini…? Dari semua data yang ada.. sepertinya sedikit ganjil..” Sungmin menujuk pada satu halaman file “ini daftar karyawan di kantor appa.. semuanya terdaftar rapi dari mereka masuk sampai mereka keluar. Tapi ini.. Kim Ryeowook.. menghilang setelah 5 tahun bekerja..”
“itu biasa kan oppa, mungkin dia tidak sempat mengundurkan diri tapi harus berhenti bekerja.. lagipula bukan urusan perusahaan sampai urusan pribadi karyawan harus diketahui..”
“bukan masalah itu Sicha.. tapi paling tidak perusahaan akan memberi keterangan mengenai keluarnya seorang karyawan apalagi ia sekretaris.. dan lagi, ia tidak tercantum sebagai karyawan yang non aktiv.. artinya ia masih bekerja sampai sekarang kan? Masalahnya.. ia tidak bekerja sejak.. mwo?? 19 tahun? Bukankah ini berpengaruh pada perusahaan yang harus memberinya gaji sedangkan ia sendiri tidak bekerja?”
“yak oppa.. kenapa kau jadi memikirkan perusahaan orang lain? Itu bukan urusan kita kan? Jangan sampai kau dituntut karena hal ini..” Jesicha memukul bahu Sungmin
“aaiishh.. kasus seperti ini harus kita pelajari juga Sicha.. andaikan itu perusahaanmu, dan kau tidak tahu masalah seperti ini karena kau tidak tahu dan tidak hafal semua karyawanmu kan.. sekalipun kau mempercayakan ini pada pegawaimu bukan berarti mereka tidak melakukan penipuan padamu.. siapa tahu mereka memakai uang itu dengan sembarangan..” Sungmin bicara panjang lebar makin membuat Jesicha tambah pusing sepertinya.
“aaiissh.. sudahlah oppa.. aku pusing.. kita ke kantin saja ottoke?”
“dasar…” Sungmin hanya tersenyum melihat tingkah yeojachingunya “gurrae.. kajja..” ia menutup file itu itu.. bermaksud menarik lengan Jesicha pergi keluar dari perpustakaan sebelum langkahnya terhenti karena dirasa ada selembaran yang jatuh dalam kumpulan file itu.. “eeoohh? Sepertinya ini foto Donghae waktu bayi..” Sungmin sedikit tertawa melihatnya..
“kenapa bisa di dalam file itu?”
“appa sering memakai foto-foto kami sebagai pembatas kalau dia sedang membaca sesuatu..”
“mwo?”
“ne, sedikit aneh.. tapi itu dilakukannya.. aku pernah menemukan foto Hyukjae di buku bisnis appa.. juga foto umma dan fotoku dibuku yang lain.. dia bilang itu akan membantunya untuk semangat membaca..”
“hahaha… sepertinya itu bisa menjadi inspirasiku..” kata Jesicha
“maksudmu?”
“daripada memajang gambar kucing sebagai pembatas sepertinya fotomu lebih manjur untuk membuatku semangat membaca oppa..”
“mwo? Kalau begitu lakukan..” ujar Sungmin
“aaaiishh.. sudahlah, kajja.. aku sudah sangat lapar…”

=purple fairy=
Heechul membantu Leeteuk menata baju-baju itu di tempat yang seharusnya. Bukan karena mereka tidak memiliki pegawai.. tapi mereka senang mengerjakannya sendiri selagi mereka bisa.
“aku pikir ini cukup cantik..”
“jangan dipikir lagi.. kau akan menyuruh Zoumi atau Siwon untuk segera membawa seorang yeojachingu..” ujar Leeteuk. Benar saja yang dikatakannya, Heechul selalu memaksa kedua anaknya untuk mencari yeojachingu.
“UMMA!! AJJUMA!!” Leeteuk dan Heechul menoleh bersama..
“YAK!! Kau ini.. selalu saja mengagetkanku..”
“Mian ajjuma..”
“kau sendiri Hae?” tanya Leeteuk yang tahu kalau yang membuat mereka terkejut adalah anaknya sendiri
“ne..”
“sudah makan siang?”
“oohh..itu..”
“Yak, kau masih suka malas makan? Kekanakan sekali!! Kau itu manusia bukan?”
“kata Hyukkie hyung mungkin aku seorang vampire ajjuma..” jawab Donghae sekenanya
“jadi kau hanya memakan darah manusia?” Heechul menanggapi jawaban Donghae. Leeteuk tak habis pikir kalau Heechul sepupunya itu selalu menanggapi perkataan Donghae.
“Heechul, hentikan pekerjaanmu.. suruh Sora mengerjakannya.. kita makan siang sekarang..” Leeteuk menarik lengan Donghae dan Heechul di kanan kirinya.
“Unnie… umma..” ucap Heechul dan Donghae bersama

Jumat, 16 Maret 2018

Always Nae Dongsaeng 1

PART =1=
Rumah ini tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil dengan lima orang penghuni, empat orang namja dan seorang yeoja yang sepertinya sudah selesai meletakkan masakannya diatas meja. Sejenak ia tersenyum melihat semua yang sudah tertata rapi di meja itu.. berikutnya ia mulai berteriak memanggil penghuni yang lain..
“CHAGIII…. Makan malam siap…”
Tak perlu menunggu lama.. yang dipanggilnya dengan cepat menghampirinya..
“hanya kita berdua?” tanyanya
Dan belum sempat ia mendapat jawaban “KAMI PULAAAANGG……..”
“Umma.. aku lapar…” dua orang namja tampak dengan wajah kusut dan lusuh melangkah masuk dan tanpa diberi aba-aba lagi mereka langsung duduk dan siap menyantap makan malamnya.
“YAK.. Hyukkie.. Minni.. cuci tangan kalian dulu..”
“Ne Umma..” sahut keduanya kembali berdiri dan mencuci tanganya.
“Chagi.. akan kupanggil yang satu lagi..” ujar sang yeoja pada Kangin suaminya.
“cepatlah..”
Yeoja itu meninggalkan mereka dan pergi ke salah satu kamar diantara tiga jejeran kamar itu. Pintu kamar dengan warna putih tulang yang di tengahlah tujuannya. Dibukanya pintu itu perlahan, berantakan.. banyak sekali komik-komik disana sini berceceran, kertas-kertas penuh dengan not-not. Sebuah gitar bersender nyaman di salah satu sudut dinding kamar, sebuah lagi terbaring di atas kasur. Sekalipun berantakan tapi kamar ini terlihat teduh dengan warna dominan biru muda.
Seorang namja berkacamata tampak tidur tengkurap dengan bantal di lantai kamar ini. Ditangannya masih menggenggam sebatang pensil, tangan satunya menindih selembar kertas yang rupanya baru saja dicorat-coretnya tadi.
“Hae-ah… irroena..” diusapnya kening namja itu dengan lembut.
“eeuugghhh…” ia hanya sedikit menggeliat.
“Yak.. palli.. irroena..”
“aku malas makan umma..” jawabnya pelan tanpa membuka mata.
“kau mau masuk rumah sakit lagi?”
“ani, umma...”
“ehhmm.. kau ini kenapa eeooh?? Ayo, bukan matamu.. kita makan!!”
Sang yeoja yang ternyata ummanya menarik paksa tubuh kurus namja itu.. dengan terpaksa ia bangun dan mengikuti dang umma.
“kenapa lama sekali?” tanya Hyukjae, putra keduanya
“ani.. sudah, sekarang kita makan ne..”
“Hae, kau ini manusia bukan? Kenapa seringkali kau malas makan? Kau tidak ingin hidup eeooh?”
“atau dia ini keturunan vampire hyung..” ujar Hyukjae menanggapi Sungmin, hyungnya.
“yak.. sudah, jangan memulai lagi Sungmin..” Kangin, appa mereka mendamaikan suasana.
Begitulah rumah ini, Kangin dan Leeteuk isterinya dan tiga orang putra mereka.. Sungmin, Hyukjae dan si bungsu Donghae. Kangin seorang manager di sebuah perusahaan, Leeteuk membuka sebuah butik yang dikelolahnya bersama Heechul sepupunya. Sungmin putra pertama mereka hampir menyelesaikan studinya.. Hyukjae dan Donghae yang hanya berbeda satu tahun berada di satu tingkat yang sama hanya berbeda jurusan. Waktu kecil, Donghae merengek dan mogok makan berhari-hari hanya karena ingin cepat sekolah seperti hyung-hyungnya. Kangin dan Leeteuk yang tidak ingin Donghae tambah sakit waktu itu akhirnya memasukkan Donghae di sekolah bersamaan dengan Hyukjae. Hyukjae yang marah karena Donghae harusnya menjadi juniornya malah menjadi teman seangkatan, membuatnya lebih dekat dengan Sungmin dan terlalu cuek pada dongsaengnya itu.


Sungmin dan Hyukjae di kamar masing-masing sejak selesai makan malam tadi, Kangin sedang mengerjakan sesuatu di kamar kerjanya. Donghae yang merasa tidak ada pekerjaan duduk diruang tengah dengan TV menyalah.
“Hae.. tidak ada tugas kuliah?” Leeteuk sang umma duduk disampingnya
“ani umma..”
“gwaenchana Hae? umma lihat dari tadi sepertinya tidak bersemangat? Waeyo.. katakan pada umma..”
“ehm.. sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu pada umma..”
“ne, apa yang ingin kau tanyakan?” jawabnya sambil membiarkan Donghae yang meletakkan kepalanya di pangkuannya.
“Hae anak umma dan appa kan? Hae dongsaeng Sungmin hyung dan Hyukkie kan umma?”
Degg… Leeteuk menatap putra bungsunya “siapa yang mengatakan kau bukan anak umma dan appa?”
“Hyukkie…” jawabnya polos. Donghae yang sudah dewasa ini memang kelewat polos. Dia bahkan tidak bisa kalau harus berbohong.
“Hyukkie? Hyungmu hanya bergurau.. kau membuat salah padanya?” dipukulnya pelan kening Donghae dengan satu jarinya.
“ani…”
“hummm?? Jinjja??” kedua anaknya itu memang seringkali bertengkar hanya karena hal sepele, dan seringkali pula Donghae yang kelewat polos selalu percaya kata-kata kakaknya.
“ne umma..” ia mengerucutkan bibirnya membuat sang umma tertawa.
“ah baiklah… eeooh, Hae, umma lihat kau tidak sedang sakit mata kan.. kau juga tidak minus.. tapi kenapa suka sekali pakai kacamata eeoohh??”
“ini.. aku tidak ingin orang tahu kalau aku sedang berbohong umma..”
“mwoo?? Jadi kau sering berbohong pada umma sekarang?”
“ani, umma adalah satu-satunya orang yang tidak pernah bisa melihat kebohongan dimataku kan? Sekalipun sudah terlindungi oleh lensa ini..” sang umma hanya menyeringai “umma tidak percaya?” Donghae segera melepas kacamatanya “apakah ada kebohongan dimataku umma”
Leeteuk tersenyum tulus kini, mata anaknya itu memang jujur dan benar-benar polos.. “ne, umma percaya..”

“eeooh? Kenapa dia bisa tidur disini?” Kangin melihat Donghae sudah terlelap dipangkuan ummanya “aaiisshh.. kita bawa kekamarnya..” Kangin menggendong pelan Donghae hingga ke kamarnya, membaringkannya lalu menyelimutinya hingga ujung dagu.
“huuhh.. anak ini tidak pernah bisa merapikan kamarnya..” keluh Leeteuk melihat kamar Donghae.
“ha..ha..ha.. anak kita yang satu ini memang terlalu hiperaktif, coba saja kau rapikan.. besok pagi pasti kembali berantakan..” bisik Kangin
“ah, sudahlah.. kita keluar saja chagi..” ajak Leeteuk sambil memberi kecupan di kening Donghae sebelum mereka keluar dari kamarnya.
Mereka beranjak ke kamar sebelahnya, kamar dengan balutan warna pink carm.. kamar milik putra sulung mereka, Sungmin, yang kini sudah meringkuk dibalik selimutnya. Jauh berbeda dari kamar maknaenya yang berantakan, kamar ini bukan hanya bersih tapi juga tertata rapi. Pantas saja Donghae tidak betah berada dikamar hyungnya yang ini. Berlanjut ke kamar lain.. milik Hyukjae. Kalau dikamar Donghae berantakan dengan komik dan kertas-kertas not, dikamar ini berantakan dengan dvd. Ya, Hyukjae yang duka dengan dance akan mengoleksi dvd apapun itu yang bisa memunculkan inspirasi dancenya.

=purplefairy=
Seorang yeoja dengan lentur menggerakkan seluruh badannya, tanpa ia ketahui ada namja yang sedang memerhatikannya diam-diam dari luar kaca ruangan itu.
“Hae.. sedang apa?” sebuah suara mengejutkan namja itu.
“hyuuungg?? Ani.. aku hanya ingin melihat hyung saja tadi tapi ternyata hanya ada Sunny noona didalam sana..” Donghae membenarkan letak kacamatanya.
“benarkah? Bukannya kau harus latihan music diruang sana?” tanya Hyukjae
“ah, kau benar hyung.. aku hampir saja lupa.. gumawo.. aku pergi dulu..” Donghae memegang erat tali tas gitarnya lalu meninggalkan Hyukjae.
‘huuuhh.. apa aku bilang saja pada Hyukjae hyung kalau aku suka pada Sunny noona? Mereka sekelas kan, siapa tahu hyung mau membantuku..’ batin Donghae selagi ia melewati lorong tempat itu.
“Yak!! Jangan nglamun dijalan..”
“Siwon hyung??” kali ini ia terkejut dengan Siwon
“andwae.. kita tak jauh beda, jangan panggil aku hyung.. arra!!” Siwon memukulnya dengan pemukul drum miliknya.
“ne, arraseo.. kajja kita ada latihan hari ini..”

Diruang music..
“Hae-ah.. aku ingin kau memastikan kalau hyungmu menjaga Sicha noona dengan baik..” Henry berdiri didepan Donghae yang tengah duduk dan hampir tenggelam dengan gitarnya.
“eeooh? Shiero…”
“wae?”
“Sungmin hyung memang akan menjaga Sicha noona, tapi noonamu bukan yang nomor satu..”
“mwo??”
“ne, yang pertama bagi Sungmin hyung adalah appa dan umma, yang kedua itu Hyukjae dan aku, jadi noonamu nomor berikutnya..” jawab Donghae enteng.
“MWO?? Ha..ha..” serentak semua yang ada diruangan itu tertawa mendengar jawaban Donghae.
“iiissh.. dasar Donghae pabbo!!”
“Yak, aku tidak pabbo, kau yang pabbo!! Dan panggil aku hyung.. kau kan adik tingkatku” seru Donghae
“mana ada hyung pabbo sepertimu?” protes Henry
“sudah.. jangan bertengkar lagi.. cepat latihan!!” lerai Shim seonsaengnim “aku tidak ingin tampilan kalian kacau hanya karena kurang latihan.. tapi tunggu, dimana Kyuhyun?”
BRAAKK!! Pintu ruangan terbuka keras..
“mian soensaengnim..” seorang namja muncul dengan nafas yang masih memburu.
“Kyuhyun, darimana saja kau?”
“ini gara-gara Arra noona tidak membangunkanku..” jawabnya cuek
“kau tidak bisa menggunakan lagi alasan itu Kyu, mana bisa Paran Band tampil tanpa vokalis?”
“ada Donghae yang juga bisa menjadi vocal soensaengnim….” Kyuhyun menunjuk Donghae
“shiero…. Kau selalu melempar bagianmu padaku? Tidak segampang itu Kyu..”
“wae? Buktinya kau memang bisa kan?”
“Aaaiishh… anak ini.. hentikan!! Hae, mainkan gitarmu.. Kyu, ambil posisi.. Henry, keluarkan biolamu sekarang.. Siwon.. Kibum.. kalian juga..!!”

=purple fairy=
Hyukjae mengajak Sunny ke kantin setelah mereka latihan dance tadi. Tidak berdua, bersama mereka mengikut pula Shindong, Yuri dan Zoumi.
“Hyuk aku dengar Donghae itu dongsaengmu? tapi aku jarang sekali melihatmu bersama dengannya..” Yuri membuka pembicaraan mereka
“mereka itu Hyung dan Dongsaeng yang aneh..” suara Shindong tidak cukup jelas, ia berbicara sambil mengunyah makanan.
“Yak, apa yang kau katakan hah?” seru Hyukjae
“kalian bahkan lebih aneh dari aku dan Siwon..” ujar Zoumi. Zoumi menjadi hyungnya Siwon 5 tahun yang lalu saat Heechul, umma Siwon menikahi Hankyung, appa Zoumi seorang pria dari Cina. Sebenarnya Zoumi dan Siwon hanya berbeda beberapa hari saja, itu juga yang membuat mereka lebih senang disebut sebagai saudara kembar daripada hyung dan dongsaeng.
“Zoumi!!” seorang namja yang baru saja disebutnya muncul di belakang mereka
“Siwon..” Siwon tidak muncul sendiri, ia masih bersama Paran Band-nya.
“aku ingin sekali bergabung tapi sepertinya meja ini tidak cukup untuk kami..” ujarnya
“Siwonie.. disini saja..” teriak Kibum tengah duduk di deretan sebelah bersama Kyuhyun. Siwon, Donghae dan Henry segera mengikuti Kibum.
“hyung, aku pulang bareng ya nanti..” kata Donghae sedikit keras agar Hyukjae mendengarnya.
“Mwo?” Hyukjae menoleh kearah Donghae
“tadi waktu pergi aku ikut mobil appa, jadi hari ini sepedaku kutinggal dirumah.. masak kau tega membiarkanku naik bis?” Donghae memelas
“aku ada latihan sampai malam Hae, kau ikut Sungmin hyung saja..” Hyukjae menghindar
“Shiero!! Akan kutunggu kau sampai selesai Hyung!” Donghae keras kepala
“aku mengantar Sunny nanti..” Hyukjae memang berjanji pada Sunny hari ini “kau mau kuletakkan dimana eeooh? Aku naik motor bukan mobil..”
“Hyuk-ah.. sudahlah.. kalau adikmu ingin pulang bersamamu aku bisa naik bisa sendiri..” Sunny mengalah
“Andwaeee… aku sudah berjanji padamu dulu..”
“Donghae-ah.. kau denganku saja..” usul Siwon yang juga sepupu dari Donghae dan Hyukjae.
“ah.. ne, baiklah.. aku ikut Siwon hyung saja..” Donghae pasrah, padahal hari ini ia ingin minta tolong pada Hyukjae soal Sunny noona “Zoumi hyung, aku bersama kembaranmu sebentar ne..” Zoumi hanya mengangguk mendengarnya. Zoumi sudah terbiasa juga dengan tingkah laku Park bersaudara ini. Ummanya sering mengajak mereka pergi bersama.

Minggu, 11 Maret 2018

Always Nae Dongsaeng

Title: Always -nae dongsaeng-
Cast : - Donghae - Heechul - Yesung
- Hyukjae - Hankyung - Ryeowook
- Sungmin - Zoumi - Another Suju’s Member
- Leeteuk - Siwon
- Kangin
Genre: Family – Brothership - Friendship
Rating: All
Sumary: benci dan cinta memang beda tipis.. tinggal kita menyadari benci atau cinta itu sendiri.. saat ia yang kita benci atau cinta itu sedang tidak bersama kita, barulah kita tahu rasa apa sebenarnya yang ada dalam hati ini..

Kamis, 15 Februari 2018

House to Home [End]

Part 8
Yesung, tidak menghiraukan kata Siwon. Ia bahkan bertekad menjadi Ajjusi berkaki panjang yang menjadi penolong Donghae diam-diam. Sikap dan tindakannya selama ini tidak mencermikan sikap seorang hyung samasekali. Bukan hanya pada Donghae, bahkan pada Siwon yang dekat dengannya pun Yesung merasa belum menjadi hyung yang baik.
“Hae-ya.. mianhae.. hyung tidak pernah menjadi hyung yang baik untukmu sampai-sampai kau lari dari kami dan memilih tinggal bersama mereka..” batinnya “ah, sebaiknya aku menemuimu sekalipun harus jadi orang lain dan kau tidak mengenali hyung..” ujarnya kemudian.
Yesung melajukan cepat mobilnya berharap bisa melihat Donghae segera.
Ia sampai didepan sebuah gedung yang sudah di hapalnya, yesung pernah belajar juga di tempat itu sebelumnya. Saat sosok yang dinantinya terlihat tepat berjalan di depan mobilnya, ia memandang lekat padanya.
“kau.. sangat manis kalau tersenyum seperti itu Hae.. hyung baru menyadarinya sekarang!” ia berniat untuk menghapiri Donghae. tiba-tiba pandanganya tertuju pada arah sebaiknya.
Sebuah mobil melaju tanpa kendali, bisa Yesung pastikan itu akan mencelakai dongsaengnya. Segera ia berlari ke arah Donghae, mendekapnya dan membawanya menghindari mobil itu..
Wuusshh…!! Tepat! Mobil itu hampir menabrak Donghae.
“gwaenchana?” tanya Yesung
“ne… gomapsemnida…” ucap Donghae masih sedikit heran.
“syukurlah.. kalau begitu cepat kau masuk, kau ada kuliah kan?”
“ahh.. ne.. tapi..”
“ah, Yesung imnida.. panggil saja aku Yesung hyung..” Yesung seakan mengerti dengan sikap Donghae.
Donghae tersenyum, “Donghae… Park Donghae.. sekali lagi gomapsemnida Yesung hyung.. kalau tadi hyung tidak menolongku, mungkin aku sudah celaka..”
“gwanchana…” rupanya seperti ini rasanya menjadi seorang hyung.. batin Yesung kemudian “masuklah Hae.. kau akan terlambat nanti..”
“arraeso… aku masuk dulu hyung…” Donghae membungkukkan badannya memberi hormat pada Yesung yang tidak ia ketahui kalau namja itu adalah hyungnya sendiri.
Namja itu masih melihat Donghae hingga jauh di depan matanya. Sesal memang selalu terlambat tapi tidak akan ada kata terlambat untuk sebuah usaha. Yesung akan bertekad untuk selalu mengawasi dongsaengnya sekalipun ia tak tahu sampai kapan Donghae akan melupakannya.
……………………………………………..

Kilasan ingatan Donghae kembali melintas saat ia bertemu dengan Yesung. Kepalanya sangat berat dan sakit. kalau dia boleh memilih lebih baik ia memilih pinsang saja. Tanganya menekan erat kepalanya sambil berguling di ranjang kamarnya.
“ahhkk… appo…”
Ia masih bertahan, sampai semua tergambar jelas di sana..
“Yesung hyung… Siwon hyung.. Appa.. Halmonie…” disebutnya mereka satu satu sambil mencengkeram rambutnya sendiri “apa yang terjadi?” kalimat terakhir sebelum ia tak sadarkan diri.
………………………………

“hyung…? Aku di sini lagi?” tanyanya. Ia tahu dinding berwarna putih itu bukan kamarnya dan bukan rumahnya.
“kau pingsan…” jawab Leeteuk “gwanchana?” Donghae mengangguk.
“aku sudah ingat semuanya…”
“maksudmu?”
“Siwon hyung.. Yesung hyung.. mereka hyungku?”
“ne, mereka hyungdeul-mu..” kata Leeteuk “mereka di sini Hae-ya”
Saat itu, empat orang namja masuk ke kamar Donghae.
“Hae.. mianhae.. jongmal mianhae..” ucap Yesung hampir tertahan
“waeyo? Kalian tidak salah hyung..”
“kami melukaimu.. maaf..”
“aku sudah memaafkan kalian.. karena aku menyayangi kalian.. aku yang minta maaf hyung, aku bukan dongsaeng yang baik untuk kalian..”
“jangan katakan itu Hae.. mulai sekarang kami ingin memulai dari awal.. kau dongsaeng kandung kami, pulanglah kerumah..” pinta Siwon
“Lee Donghae!!” seseorang berteriak tiba-tiba. Appa dan Halmonie rupanya yang baru saja datang “gwaenchana?”
“ne.. aku baik-baik saja Appa..”
“kau sudah ingat?”
“bagaimana bisa aku melupakan kalian eooh?” cibir Donghae
“Donghae, maafkan halmonie.. jongmal mianhaeyo.. tidak seharusnya Halmonie membencimu seperti itu, kau jelas tidak bersalah.. kau tidak tahu apa-apa..”
Senyum ringan kini ada di bibirnya, ia merasa sangat bahagia dari sebelumnya. Akhirnya apa yang diharapkannya terwujud juga. Kalimat itu sudah menggambarkan kalau mereka menerimanya.
“kita pulang ne..” ajak Appa
“mianhae.. aku bahagian hyungdeul dan halmonie bisa menerimaku sekarang.. tapi aku tidak bisa mengingkari sebuah janji..” ia menoleh pada ketiga hyungnya “aku berjanji untuk tinggal dan hidup bersama mereka.. jongmal mianhae..”
“tapi Hae.. kami keluargamu..”
“mereka hyungku.. mereka menjagaku sejak aku kecil, bahkan saat mereka tidak tahu siapa aku,, mereka menerimaku apa adanya.. mungkin rasanya aneh karena aku memilih mereka yang sebenarnya orang lain.. tapi ini kenyataan, aku tidak bisa hidup tanpa Leeteuk hyung.. Kangin hyung dan Shindong hyung..” ujar Donghae “Appa dan Halmonie tidak perlu cemas.. aku akan sering-sering pulang kerumah juga.. tapi, ijinkan aku tinggal bersama mereka..” pintanya.
Berat, sangat berat bagi mereka.. di saat mereka ingin menebus semua kesalahannya pada Donghae 19 tahun ini, justru namja itu tidak memberikan kesempatan. Selama hidup Donghae memang hanya Leeteuk, Kangin dan Shindong yang memberi warna. Bahkan mungkin mereka bertiga jauh lebih mengenal Donghae di banding Appa, Halmonie dan hyungnya sendiri.
Pasrah.. dan merelakan Donghae memilih jalannya, satu-satunya cara untuk menebus kesalahan itu..
“baiklah Hae kalau itu maumu…” akhirnya kata Tn.Lee
“gumawo Appa..”
“Leeteuk-ah.. aku percaya kalian akan menjaga Donghae dengan baik melebihi kami.. tolong jaga Donghae untuk kami..”
Leeteuk, Kangin dan Shindong benar-benar tak bisa mempercayai ini. pada akhirnya mereka tidak akan berpisah dengan dongsaeng kesayangan mereka.
“Lee Donghae nae dongsaeng, gumawo.. kau adalah dongsaeng terbaikku.. aku akan mengunjungimu sesering mungkin Hae,,” janji Siwon
“kau bisa datang padaku kapanpun butuh bantuan.. kapanpun kau merindukan aku,,” ujar Yesung
“Donghae-ya.. mianhae, Halmonie tidak pernah memberimu kasih sayang.. mianhae.. maukah kau pulang kerumah kalau halmonie merindukanmu?”
“tentu saja!” mantab Donghae dengan senyumnya “gumawo..”
Dan pelukan yang selama ini di rindukan Donghae bisa dirasakannya juga.
Segalanya sudah membaik. Zoumi masih tetap menjadi pengawal Siwon. Heechul kembali menjadi asisten Tn.Lee. Ryeowook menemani Yesung kemanapun ia pergi. Dan Donghae.. bersama ketiga hyungnya meneruskan hidup baru tanpa bebannya. Ia tak lagi kesepian, tak lagi takut karena banyak orang di sekitarnya yang menjaganya. Bahkan diam-diam.. Yesung, Siwon dan Heechul masih mengawasinya dari jauh.

--the end--