“Hyukjae.. dimana dongsaengmu? Tidak biasanya dia belum pulang jam segini?” tanya Leeteuk kuatir
“mollayo umma…”
“Sungmin.. kau tahu dimana Donghae?”
“ani umma.. dia selalu pulang lebih cepat dibanding kami kan?” Sungmin duduk disebelah Hyukjae seperti biasa “umma sudah hubungi ponselnya?”
“sudah, tapi tidak diangkat… aaiissh, kemana anak itu.. diluar juga sedang hujan..”
“tunggulah sebentar, mungkin dia sedang berteduh..” sahut Kangin
“kalian ini kenapa tadi tidak mengajak Hae pulang bersama, dongsaeng kalian tidak bawa payung..”
“mian umma.. aku tidak tahu kalau Hae belum pulang..” keluh Sungmin
‘BRAAKK!!’ suara pintu terbuka keras.. seorang namja yang tak lain adalah Donghae masuk rumahnya dengan tubuh basah kuyub. Ia berlari ke kamarnya tanpa melihat bahwa seisi rumah memperhatikannya. Leeteuk terkejut dengan keadaan anaknya langsung menyusulnya ke kamar.
“kalian makan dulu.. akan ku lihat Donghae..” ujarnya sebelum ia pergi.
Donghae duduk dilantai dekat dengan ranjangnya di ujung kamar. Kedua tanganya memeluk kakinya yang tertekuk rapi menenggelamkan kepalanya disana menyembunyikan wajahnya. Bahunya bergetar tanda ia sedang terisak.. Leeteuk menghampirinya, mengusap pelan punggunya.
“Hae-ah..??” panggilnya pelan. Donghae mengankat kepalanya.. wajahnya pucat matanya merah penuh air mata.
“Ummaaa…” Donghae memeluk ummanya erat. Menenggelamkan kepalanya di dada sang umma. Leeteuk masih mengusap punggungnya berusaha menenangkannya. Donghae masih saja terisak, membuat sang umma ikut merasakan kepedihannya.
“wae? Katakan pada umma…”
“Sunny noona… dan Hyukjae hyung…” jawabnya ditengah isak tangisnya. Leeteuk mengerti maksud Donghae. Ia masih ingat pertanyaan Donghae kemarin malam.. sekalipun ia tidak menyebutkan nama seperti sekarang ia tahu siapa orangnya..
“uljjima Hae-ah… umma mengerti chagi…”
“jangan bilang pada hyung, umma..” kata Donghae yang masih dipelukan ummanya
“ani.. umma tidak akan bilang..” leeteuk makin erat memeluk Donghae, ia tahu anaknya baru saja melakukan hal yang besar. Merelakan yeoja yang dicintainya demi hyungnya sendiri.. sungguh, Donghae sudah dewasa batinnya..
“umma bangga padamu Hae..” bisik Leeteuk
“Hae melakukan yang benar umma?”
“ne, Hae melakukan yang benar…” dilepaskan pelukannya dari Donghae. Ditangkupkan kedua tangannya pada wajah Donghae “dengar umma.. someday you’ll find someone special who’s love you.. arra?” Donghae mengangguk..
“sekarang hapus air matamu.. ganti bajumu, umma tidak ingin kau sakit chagi..” leeteuk mencium kening Donghae “umma ambilkan makan malammu ne.. tunggu sebentar..”
“ne, umma..” Leeteuk membantunya berdiri sebelum ia pergi dari kamarnya.
Donghae meringkuk diatas ranjangnya mengubur diri dibawah selimut dark blue-nya yang hangat.
“Hae.. irroena..” Leeteuk membangunkannya “kau belum makan.. buka dulu matamu..” kembali ia mengusap kening Donghae ‘hangat’ batinnya.
Donghae membuka matanya perlahan “aku tidak lapar umma..”
“kau harus tetap makan.. kau sedikit hangat, jadi umma bawakan juga obat untukmu..”
“aku tidak sakit umma..” jawabnya lemah
“badanmu hangat Hae.. akan menjadi parah kalau tidak segera diobati.. ayo, makan dulu.. umma suapi, ne..” Leeteuk membantunya duduk bersadar di pinggiran tempat tidurnya. Ia menyuapkan pelan makanan ke mulut Donghae.
“sudah umma..” katanya, padahal ia baru menerima tiga suap saja..
“sekali lagi Hae.. kau masih harus minum obatmu..” Donghae menurut. Diterimanya suapan terakhir itu lalu diminumnya obat di tangan ummanya sebelum ia kembali berbaring.
“rasanya pusing umma..” keluhnya
“sudah umma katakan, kau sedikit demam.. sekarang tidurlah.. jangan banyak bicara lagi..”
“umma.. temani Hae sampai Hae tidur ya..”
“aaiissh kau ini manja sekali eeooh?.. tidurlah..” Leeteuk terus mengusap kening Donghae hingga ia tertidur.
“chagi.. kau disini?” Kangin dengan pelan masuk kamar Donghae “Donghae gwaenchana?”
“dia sedikit demam.. tapi aku sudah memberinya obat tadi, semoga saja tidak semakin parah..”
“gumawo, sudah menyayangi dan merawatnya dengan baik..” ucap Kangin
“aku ummanya.. sudah sewajarnya kan?” Leeteuk memandang lekat Kangin
“ne, kau ummanya..”
Donghae belum membuka matanya pagi ini, sepertinya ia benar-benar sakit. Leeteuk membangunkannya pelan..
“Hae-ah.. irroena..”
“euggh.. umma.. aku bolos kuliah boleh?”
“kau sakit?” Leetuk menyentuh keningnya “kau sudah tidak demam.. apa masih pusing?”
“ani, hanya sedikit lelah saja rasanya..”
“arraseo.. gurrae.. kau boleh istirahat hari ini, tapi siapa yang akan menemanimu dirumah eeooh? Umma ada pekerjaan di butik..”
“gwaenchana umma.. aku akan baik-baik saja..”
“jinjja??” Leeteuk memicingkan matanya “baiklah.. umma akan segera pulang kalau urusan di butik selesai.. kalau kau ingin makan, tinggal panaskan masakan umma di dapur.. dan, jangan sampai kau tidak makan..” tegas Leeteuk
“arraseo umma.. gwaenchana..”
=purple fairy=
Sungmin bermaksud mengembalikan file yang kemarin dipinjamkannya oleh Kangin. Ia tidak perlu minta ijin untuk masuk kamar kerja appanya, karena hanya dia yang mendapat ijin penuh untuk keluar masuk kamar itu. Kangin sangat mempercayai Sungmin, dan ia tahu Sungmin seringkali lebih suka mengerjakan sesuatu di kamar kerjanya juga. Hari ini ia akan pergi untuk tugas kuliahnya, jadi ia meninggalkan pesan di secarik kertas di atas meja kerja Kangin. Sementara tidak didapatinya pensil atau bolpoint di atas meja itu..
“aaiishh.. biasanya appa meletakkannya di atas meja..” gerutunya. Tangannya mulai menyikbak beberapa file berharap menemukan bolpoint. Sampai pada semua laci meja hampir dibukanya..
“aahh… akhirnya…”
‘appa, aku tugas kuliah sampai malam.. tapi aku ada pertanyaan di satu file ini.. aku ingin tahu sesuatu nanti…’ tulisnya. Sebenarnya ia bisa mengirim lewat sms atau telp appanya, tapi karena takut mengganggu pekerjaan Kangin maka ia menulis pesan itu.
Dikembalikannya pensil pada laci dan menutup semua laci yang tadi dibukanya..
“mwo?” dilihatnya dua buah amplop besar berwarna coklat muda dalam sebuah laci yang hampir ditutupnya. Yang membuatnya penasaran adalah kop yang bertanda khusus di depan amplop itu. Tanpa ragu diambilnya amplop itu..
“MWO?” kali ini ia terkejut dengan apa yang dibacanya bahkan ia semakin heran ketika amplop kedua dibukanya “apa yang mereka sembunyikan sebenarnya?”
‘aaiishh. Akan kutanyakan nanti..’ Sungmin mengembalikannya pada tempat semula dan ia segera keluar dari ruangan itu tapi tangannya masih sempat meraih lembaran kertas pesan yang ditulisnya tadi.
“Hae-ah.. kau dirumah?” Sungmin terkejut melihat dongsaengnya tengah berada diruang tengah. Donghae hanya mengangguk..
“wae? Gwaenchana? Umma bilang semalam kau sedikit demam?” Sungmin meletakkan tanganya di kening Donghae
“gwaenchana hyung.. kau sendiri kenapa sudah pulang?”
“aku akan ke Busan mungkin sampai malam jadi aku pulang sebentar..”
“eeoohh? Sendiri?”
“ani, dengan Yesung.. aku akan menemanimu sebentar..” Sungmin duduk disamping Donghae. Matanya tak henti memperhatikan dongsaengnya yang tengah asik dengan acara TV yang ditontonnya.. “Hae, sebaiknya kau istirahat.. kau terlihat pucat..”
“gurrae?? Aku baik-baik saja hyung.. kenapa kau jadi sama seperti umma?”
“karena aku hyung-mu.. sampai kapanpun kau dongsaengku.. arra?”
“eeoohh? Ne.. arraseo.. gumawo hyung.. aku menyayangimu..” Donghae memeluk Sungmin untuk pertama kalinya. Sungmin sedikit terkejut tapi ia balik memeluk dongsaengnya “aku suka kalau hyung sering-sering memelukku..”
“ne, mulai sekarang aku akan sering memelukmu.. sudah, sebaiknya kau tidur..”
“baiklah.. aku kekamar..”
“Hae, jangan berikan makananmu pada Hyukkie..!!” seru Leeteuk. Sepertinya Donghae sudah baik-baik saja.. anak itu tidak menunjukkan reaksi marah pada Hyukjae ataupun mendiamkan hyungnya. Leeteuk kembali tersenyum, paling tidak ia tahu kalau Donghae bisa mengambil sikap bijaksana. Sekalipun Leeteuk tahu kalau Donghae masih merasa terluka.. tapi ia juga tahu kalau Hyukjae tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini.
“Hyukkie hyung menerimanya dengan senang umma..”
“tentu saja ia senang karena jatah makannya bertambah..” kata Kangin “jangan berikan lagi, lihat tubuhmu sudah sangat kurus.. dan kau Hyukkie jangan terima itu dari Donghae.. kalau kau mau, minta lagi sana pada umma..”
“kau ini benar-benar vampire Hae…” bisik Hyukjae
“ani hyung, aku bahkan tidak bisa makan darah..” jawabnya
“kalau begitu kau ini apa?”
“aku manusia, buktinya aku masih suka makan kue coklat dan es cream..” timpalnya. Leeteuk mendengar mereka dan tak habis pikir pada keduanya “eeohh, hyung, bukannya tadi kau bilang akan pergi dengan Yesung hyung karena tugas kuliah?” Donghae berpaling pada Sungmin.
“ani.. aku membatalkannya..”
“Wae?”
“gwaenchana umma.. hanya sedang ingin dirumah saja. Lagi pula sebenarnya itu bagian Yesung.. jadi biarkan dia yang menyelesaikan..”
“Umma.. Hyukkie mencuri makananku..!!” teriak Donghae
“Mwo? Tadi kau memberikannya padaku?” protes Hyukjae
“itu tadi.. tapi setelahnya kau malah mengambil hampir semua makananku..”
“kau sudah tahu rasanya lapar eeooh?”
“aku sudah bilang aku ini manusia, mana ada manusia yang kenyang terus tanpa makan sekalipun ia malas makan..”
“aaiisshh.. hentikan!! Kalian ini berisik sekali..” ujar Sungmin “Hae, ini… dan kau Hyuk, jangan serakah..” Sungmin memberikan sedikit bagiannya pada Donghae. Kangin dan Leeteuk terkejut, Sungmin mampu membuat kedua dongsaengnya diam seketika.
“cepat selesaikan makannya..”
Hanya makan malam biasa, tapi tetap saja itu momen yang paling penting bagi mereka. Mendengar Donghae dan Hyukjae bertengkar, mendengar appa dan Sungmin berbicara sedikit serius atau umma mereka yang seringkali mengeluh soal butiknya.
Sungmin menghampiri Appa dan Ummanya diruang tengah. Kedua dongsaengnya masih sibuk dikamar masing-masing dan ia bisa memastikan mungkin mereka sudah tidur.
“Appa.. umma.. aku ingin bicara..”
“Sungmin? Ada apa?” Kangin menunjuk sofa di depannya menyuruhnya untuk duduk.
“mian.. tapi aku tidak sengaja membaca surat itu tadi siang..”
“ne??” Leeteuk penasaran
“apa benar setelah melahirkan Hyukjae.. rahim umma diangkat??”
“m..mwoo?” Kangin dan Leeteuk terkejut “bagaimana… kau bisa tahu?”
“aku sudah bilang aku tidak sengaja membacanya..”
“itu.. itu.. ne.. itu benar..” ujar Leeteuk
“jadi, Donghae??”
“Donghae… dia..”
“dia anak Appa, tapi tidak dengan umma? Makanya usianya tidak jauh beda dengan Hyukjae..” potong Sungmin “apa itu benar?”
“ne.. itu benar..” jawab Leeteuk yang sudah tidak bisa membendung air matanya.
=flash back on=
“mian.. kami tidak bisa menyelamatkan ummanya..” ujar dokter yang menangani kelahirannya.
“mwo?”
Kangin hanya bisa menangis mendengarnya.. Leeteuk yang awalnya marah besar padanya tiba-tiba menjadi luluh melihat namja kecil digendongannya yang tidak tahu apa-apa itu. Ya, Kangin terjebak dalam kesalahan besar.. saat ia mabuk dan melakukan hal itu dengan tidak sadar bersama sekretarisnya Kim Ryeowook. Ryeowook tidak ingin menggugurkan kandungannya sekalipun Kangin tidak bertanggungjawab atasnya. Ia berniat membesarkan anak itu sendiri dan menjauhkannya dari sang Appa. Tapi keadaan Ryeowook begitu lemah saat mengandung anaknya.
“Mianhae unnie.. aku tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi, aku tahu ini adalah kesalahan kami.. sekalipun waktu itu kami sama-sama tidak sadar..” ujar Ryeowook pada Leeteuk “aku hanya ingin memberitahunya, kalau bayi ini juga anaknya..”
Leeteuk tidak tahu harus marah lagi atau bagaimana, tapi ia mencoba untuk bersikap bijak dalam hal ini sekalipun rasa sakit hati itu begitu dalam. Dan sampai akhirnya Ryeowook mengorbankan dirinya demi bayi yang dikandungnya.
“Chagi.. kita rawat bayi ini..” ujar Leeteuk pada Kangin “dia tidak tahu apa-apa.. lagi pula kau adalah Appanya.. dan hanya itu yang dimilikinya bukan?”
“mwo? Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana dengan Sungmin dan Hyukjae?”
“tentu saja aku akan menjadi ummanya.. dan mereka menjadi hyungnya.. mereka tidak akan bertanya apa-apa.. Sungmin bahkan baru berusia 3 tahun untuk mengerti hal ini..”
“gumawo chagi..”
“ne.. boleh aku memanggilnya Donghae?”
“ne, itu nama yang bagus..”
=flash back off=
“umma merawatnya sejak ia kecil sekalipun tidak melahirkannya.. jadi umma menyayanginya sama seperti kalian..”
“jadi Kim Ryeowook 19 tahun yang lalu.. gurrae.. aku mengerti sekarang..”
“maksudmu..”
“aku membaca file yang Appa berikan padaku kemarin.. namanya ada disana.. dan itu juga yang ingin aku tanyakan, tapi aku rasa semua sudah jelas sekarang..”
“Sungmin.. berjanjilah.. jangan bedakan Donghae dan Hyukjae.. mereka dongsaengmu..” pinta Leeteuk
“umma.. appa..” Donghae tiba-tiba berdiri dibelakang mereka “jadi Hyukjae hyung benar? Aku bukan anak umma?” ditundukkannya kepalanya dan sepertinya ia sudah terisak sekarang.
“HAE?” Sungmin, Kangin dan Leeteuk terkejut “sejak kapan kau disana?”
Leeteuk berdiri dan memeluk Donghae erat “Hae-ah…”
“aku bukan anak umma?” dia kembali bertanya
“ani.. kau anak umma.. umma yang membesarkanmu dari mulai kau lahir.. tangan umma yang merawatmu setiap hari.. dan hati umma yang menyayangimu.. kau anak umma, maknae Sungmin dan Hyukjae..” Leeteuk makin erat memeluknya.
“Hae…” Kangin mengusap punggung ananknya. Donghae makin terisak dipelukan Leeteuk. Sungmin melihat semua itu.. tak tahu apa yang harus dilakukan.. tapi sejujurnya ia juga menyayangi Donghae. Bagaimanapun dia adalah dongsaengnya.. mereka punya appa yang sama..
“Hae.. dengar hyung..” Sungmin mendekat padanya “ingat apa yang hyung katakan? Apapun yang terjadi kau adalah dongsaeng hyung.. arra?”
“Hae bukan anak umma.. Hae anak selingkuhan appa? Hae merasa tidak pantas mendapat sayang dari umma..”
“ani Hae.. ini bukan salahmu, ini salah appa..” ujar Kangin
“jadi Hae lahir karena kesalahan?”
“ne.. tapi kelahiranmu, kehadiranmu bukan kesalahan.. tapi kebahagiaan..” Jawab Leeteuk “jujur.. umma marah waktu itu.. umma benci.. tapi kau tidak tahu apa-apa..”
“tapi karena aku.. karena aku..”
“cukup Hae!!” Leeteuk menangkupkan kedua tanganya diwajah Donghae “dengar umma, Sungmin.. Hyukjae.. dan Donghae adalah kebahagian umma.. bahkan rumah ini menjadi lebih sempurna karena kehadiranmu.. umma menyayangimu, tidak peduli umma melahirkanmu atau tidak.. karena dengan tangan umma sendiri.. umma membesarkanmu..”
“umma tidak marah?”
“marah? Wae?”
“karena Hae merepotkan umma..”
“ani.. untuk alasan apapun itu, umma tidak pernah marah.. umma tidak pernah menyesal.. umma menyayangimu..”
“gumawo umma..” Donghae memeluk Leeteuk “appa…” dan kini ia berpindah pada Kangin.
“kau tidak memelukku Hae?” sahut Sungmin
“saranghae hyung…” Donghae menyambut Sungmin “Hyukjae hyung…??”
“biar umma yang bicara nanti…”
Yeay akhirnya update juga ffnya
BalasHapusPenasaran ama reaksi hyukjae nanti
Jgn lama2 ya updatenya :)