Ch.3(b)_Nan neo eobsi mossala_
(I can’t life wihthout you)
(I can’t life wihthout you)
“apa
kau takut aku tak kembali?”
“animida.. aku hanya takut sam menjauhiku..”
“aku tidak ingin disebut sebagai
pecundang..”
“benarkah??”
“kau tidak membenciku?”
“kalau aku membenci sam, aku tak akan
menyuruh sam kembali.. aku akan membiarkan sam pergi menghilang.. aku tidak
peduli..”
“sekejam itukah hatimu?”
“tidak ada bukti aku kejam sam..
yang ada bukti kalau aku mengharapkan sam tetap di sini..”
Jitae
terharu.. ia memeluk Donghae dan namja itu balas memeluknya.
“sudahlah jangan bicarakan itu lagi..
aku ingin kau mempersiapkan diri untuk audisi nanti..”
“audisi?”
“aku mendaftarkanmu untuk ikut
audisi.. kau takut?”
“Umma….”
“aku yang akan bicara pada
umma-mu..”
“kau berani, sam?”
“aku mengenal Junghyin sudah sangat
lama, sejak kami masih seusiamu.. aku hafal dan tahu betul sikapnya.. dia tak
akan berani melukaimu.. kalaupun ia membuatmu terluka, ia akan masuk kamarnya
dan menangis menyesal..”
“OMO!! Sam.. kau sangat tahu
kebiasaan umma…”
“tentu saja…”
“ne..”
**waffle_macaroon**
Kali ini mereka tidak berdua,
Sungmin dan Eunhyuk rupanya ikut bersama mereka. Duduk di caffe dan di tempat
biasa.. meja yang penuh dengan waffle dan macaroon.. dua buah cangkir berisi
kopi panas, satu cangkir coklat panas dan segelas susu hangat…
“hyung
minta maaf kalau apa yang akan hyung lakukan kali ini menyakiti Yoonhae noona..”
“aku
mengerti hyung…”
“hanya
ini rencana yang ada, setidaknya agar Myungsoo tahu bahwa tindakannya sangat
gegabah dan curang…”
“aku
akan selalu mendukungmu hyung, apapun itu…”
“kau
ini, kalau tidak tahu permasalahannya jangan langsung setuju..” marah Eunhyuk
Donghae tersenyum sinis, ia merasa di remehkan “aku
paham hyung…”
“Siwon
mencertikan padamu?”
“Ne!!”
serunya
Sungmin hanya mampu tertawa mendengar perdebatan
kecil antara Eunhyuk dan Donghae. ia sendiri tak bisa berbuat banyak, tugasnya
hanya menjaga dan mengawasi Donghae bukan untuk membantu Siwon. Setidaknya ia
tahu kalau Siwon memiliki asisten yang cerdas seperti Eunhyuk.
Kegiatan ini jarang sekali mereka lakukan. Namun
kali ini mereka berempat bisa duduk di meja yang sama, menikmati makanan yang
sama…
“kau
seperti sangat senang hari ini??” selidik Siwon
“Jitae
Songsaenim sudah kembali hyung..” girang Donghae
“untukmu?”
“untuk
siapa lagi? ia hanya memilikiku di dunia ini..”
“Aigo!!,
kau percaya diri sekali…” kembali ledek Eunhyuk
“itu
yang dia katakan hyungnim…”
“sincha??”
“issshhh…
Hyung sepertinya kau harus segera mencari Yeoja, namja yang selalu bersamamu
ini menjengkelkan sekali…” gerutu Donghae mengundang tawa mereka.
“tidak
bisa, kau tidak bisa menelantarkanku begitu saja Siwon-ah..” akting Eunhyuk.
“OMO???
Kau benar-benar menyebalkan..”
Selagi Eunhyuk yang sibuk mengejek dan menggoda
Donghae, Siwon mendapat sambungan telp…
“……………….”
“……………….”
“kita
harus pulang sekarang, Hae… ada masalah di rumah…” kata Siwon tiba-tiba
“Eunhyuk hyung, kau bisa pulang dulu kita bertemu lagi besok.. Sungmin hyung,
kau harus mengantar kami pulang…”
“baiklah…”
ujar mereka tanpa bertanya lebih banyak lagi.
**waffle_macaroon*
Ruangan tengah itu rasanya
menegangkan… seorang pengacara kepercayaan Tuan lee duduk diantara mereka. Tuan
Lee sendiri di dampingin Joongkok begitu serius memandang anak dan
cucu-cucunya. Junghyin berulang kali bertatapan dengan Yoonhae seakan berbagi
kode rahasia. Siwon mencoba bersikap santai sedangkan Donghae, namja itu hanya
duduk diam menunggu apa yang akan terjadi karena ia tak tahu apa-apa.
“kau
bisa membacanya sekarang SooHa-ya??”
“tentu
Tuan…” SooHa membuka map coklat kelamnya dan mengeluarkan selembar kertas dari
dalamnya. “ini adalah surat pembagian harta dan perusahaan dari Tuan Lee…”
lanjutnya “harap mendengarkan dan menerima keputusan ini…”
“…….”
“Siwon
ssi… 40% saham perusahaan menjadi milik anda juga beberapa anak cabang di Busan
dan Jinan termasuk juga rumah ini… untuk Yoonhae ssi.. 15% saham kepemilikan
sama seperti Donghae ssi…” (30% lainnya adalah saham kepemilikan bersama oleh 6
pengusaha lain yang termasuk dalam kerja sama yang masing-masing memegang 5%
saham).
“MWO???
Abeoji kenapa pembagian itu tidak adil??”
“kau
menginginkan bagianmu?? Aku sudah memberikannya pada dua anakmu.. jadi itu sama
artinya kau juga memiliki apa yang mereka miliki…”
Junghyin geram dan tetap tidak mengerti “kenapa
begitu banyak bagian Siwon??”
“Siwon
akan mengelolah perusahaan dengan baik, aku percaya itu… untuk Yoonhae dan
Donghae… kau tenang saja, aku sudah menjamin kehidupan mereka dengan baik..
Siwon akan bertanggung jawab atas hidup saudaranya, kau tidak perlu cemas…”
“apa
maksudnya??”
“akan
lebih baik jika perusahaan dipimpin oleh orang yang bertanggungjawab…”
“Abeoji
pikir Yoonhae tidak bertanggungjawab selama ini?”
“maumu
apa?? Kau ingin aku memberikan bagian yang besar untuk siapa? Yoonhae atau
Donghae??”
“berikan
pada mereka berdua…”
“tidak
bisa… Siwon tetap pewaris utama…”
“tapi
aku ini anak Abeoji yang masih hidup, jadi aku berhak membela anak-anakku untuk
mendapat bagian lebih baik…”
“tidak
ada aturan semacam itu.. semua keputusan aku yang menentukan…”
“aahh..
gurrae… aku sangat kecewa Abeoji…” Junghyin meninggalkan ruangan itu tanpa
sopan santun.
Donghae hanya menatap ummanya yang pergi begitu
saja, lalu begantian menatap Tuan Lee dan Siwon bergantian…
“apa
yang membuat Umma semarah itu??”
Yoonhae kesal dengan sikap Donghae yang seolah tak
mengerti apapun, ia mengikuti jejak ummanya dan keluar meninggalkan mereka.
“imitasi
ide… noona tidak kreatif, mengkuti cara umma…” gerutunya yang malah mengundang
tawa mereka yang ada di sana.
“waeyo??”
“kau
ini… umma dan noona sedang marah kau malah membuat kami menertawakan mereka…”
sindir Siwon
“apa
aku salah berkata? Aku hanya mengikutimu hyung… isshh!!”
“dasar..
kau, hah.. bagaimanapun aku harus sadar kalau kau memang masih di bawah umur..”
“jangan
bawa-bawa umur Hyung, aku memang masih 18 tahun tapi aku paham.. sangat
paham..”
“OMO??”
“sudah,
berhentilah bertengkar..”
“Shierroo!!”
Keduanya menolak bersamaan
“baiklah,
kalau begitu lanjutkan aku tidak ingin mendengarnya..” Tuan Lee pergi
meninggalkan kedua cucunya yang masih berdebat.
**waffle_macaroon**
Donghae diam tak menyentuh makanannya. Ia bahkan
hanya memandang masakan itu dengan nanar. Meja makan menjadi begitu kosong dan
sepi..
“Halbae,
mianhae.. karena aku semua ini terjadi..”
“apa
maksudmu?”
“Umma
dan Noona pergi dari rumah karena aku..”
Pagi itu, mereka dikejutkan dengan kepergian Junghyin
dan Yoonhae sebagai tanda pemberontakan akan keputusan Tuan Lee.
“aaannii..
tentu saja bukan karenamu, itu keinginan mereka sendiri..”
“sekarang
harus bagaimana? Mengapa semuanya jadi serba menyebalkan Halbae? Mengapa Umma
tidak pernah sedikitpun paham perasaanku? Wae??”
Siwon menepuk pundak dongsaengnya, menarik kepalanya
ke dalam pelukan.. “ini bukan salahmu, jelas bukan salahmu.. jangan salahkan
diri sendiri..” ucapnya menenangkan Donghae “hyung janji akan menyelesaikan ini
secepatnya.. hyung juga ingin kita berkumpul lagi..”
“jongmal
hyung?”
“ne..”
Sejak kejadian itu, Junghyin dan Yoonhae memutuskan
untuk keluar dari rumah itu meninggalkan Donghae begitu saja. Mereka memukul
genderang peperangan yang sangat tidak masuk akal. Memerangi keluarga sendiri..
Junghyin tidak menyerah sampai ia mendapat apa yang ia inginkan. Yoonhae, yeoja
itu hanya mengikuti ummanya..
“aku
sudah kehilangan Abeoji, aku tidak ingin kehilangan kalian lagi..” isak Donghae
**waffle_macaroon**
Myungsoo bekerja bagi Yoonhae sebenarnya hanya
alasan semata. Sejujurnya namja itu menyukai Yoonhae sejak lama.. kesetiaannya
selama ini ingin ditukarnya dengan perasaan yang lama ia simpan..
“seluruh
pemilik perusahaan yang bekerjasama dengan proyek Siwon sudah berada di pihak
kita..” jelas Myungsoo “apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
“aku
ingin mereka semua menentang keputusan Harabeoji untuk mengangkat Siwon sebagai
Presdir utama di sini.. mereka akan tahu bahwa Presdir mereka hanya seorang
pecundang yang menggunakan ide orang lain untuk membangun perusahaan..”
“arraeso..”
“jika
namja itu tidak memiliki dukungan maka dengan mudah aku menyingkirkannya dan
semua ini aka menjadi milikku dan Donghae..”
“kalau
begitu akan ku atur agar mereka mempercayai kita dan melihat bahwa kita adalah
yang terbaik dalam mengurus perusahaan..”
Myungsoo mencuri semua pihak yang bekerjasama dengan
proyek baru Siwon. Ia sudah berperang sekarang..
“angkat
dulu ponselmu..” ponsel Yoonhae sangat mengganggu bagi namja itu hingga ia
memerintahnya untuk menjawab panggilan di ponsel Yoonhae.
“Wae?”
“Noona, gwaenchana? Kau dan Umma
tinggal dimana? Kenapa tidak memberitahuku kalau akan pergi?” rupanya Donghae
yang menghubungi Yoonhae.
“apa perlu? Kau berada di pihak
mereka itu artinya kita tidak sepaham..”
“apa hubungan kita sebatas pemahaman
itu? Yak, Noona… aku ini dongsaengmu bukan orang lain atau musuh!”
“kau bisa saja menjadi musuhku Hae..
atau mungkin sekarang sudah menjadi musuh?”
“MWORAGO??? Noon…….”
“………………….” Yoonhae membanting ponselnya
ke sofa membiarkan suara teriakan Donghae di ujung sana.
**waffle_macaroon**
Entah kapan perselisihan ini berakhir..
“Junghyin
hanya butuh waktu untuk menyadari keadaan..”
Donghae berbaring di sofa ruang bawah biasanya
ditemani Jitae.
“tapi
kenapa Umma sama sekali seakan tidak mau mengerti perasaanku, Sam?”
“Ia
hanya belum terbiasa kalau keinginannya tidak selamanya akan terkabul..”
“apa
begini juga yang di rasakan Abeoji dulu? Kapan Umma akan berubah?”
Jitae menyodorkan sekaleng soda dingin untuk Donghae….
“tidak lama lagi..”
Donghae bangkit dari posisi berbaringnya “sejak
kapan Sam jadi peramal?”
“ahhh…
Donghae-ya, kau boleh memanggilku Ajjushi kalau kau mau..” alih Jitae.
“itu
tidak akan terjadi…”
“kau
tidak ingin aku menjadi pamanmu?”
“ah,
sudahlah.. aku sudah cukup lelah memikirkan Umma, bagaimana bisa Sam menambahi
masalah konyol seperti itu?” Donghae beranjak pergi dari tempat itu.
Aku
hanya ingin seperti mereka yang hidup bahagia… hidup sederhanapun tidak masalah
bagiku, asal aku bisa bersama orang-orang yang aku cintai… mengapa mereka tidak
paham kalau aku ini tidak bisa hidup tanpa mereka? Apa hal ini sepele bagi
mereka, orang-orang dewasa itu? hah!! Menjadi dewasa ternyata juga menyebalkan…
Donghae mengoyak rambutnya hingga berantakan… ia
menatap langit yang sepertinya sudah mulai menitikkan hujan…
“Donghae-ya….”
Sebuah mobil berhenti di depannya..
“Sungmin
hyung?”
“Kajja…”
“wae?
Belum waktunya pulang…” heran Donghae.
Sungmin mengambil napas panjang… “Tuan Lee masuk
rumah sakit…”
“MWO???
MWORAGO??? Halbae?? Halbae… waeyo??”
“Kajja…”
Sungmin sudah tahu Donghae akan terkejut makanya ia tak menjawab pertanyaan
Donghae. lebih baik dia tahu sendiri nanti….
_ToBeContinue_