Rabu, 24 September 2014

Ohayou Sun! -2/2-

Note : sebenarnya ini bukan cerbung… atau sequel atau episode.. Cuma karena kepanjangan jadi kubuat aja dua… so, lanjutannya….
“Ohayou Sun” With Cast :
Yuri                : Vea Vanezha
Donghae        : Radhe Kia
Eunhyuk        : Raska Kai
Heechul         : Bobby by
Yoona              : Rista
Sungmin         : Gilang
Siwon             : Vino
Seohyun         : Cherry
Ryeowook     : Nuno
and Setting….place… replace… with “all about S.E.O.U.L”
**_**
Sejauh ini, hubungannya dengan Rista dapat di anggap menjadi penghias yang indah bak pelangi setelah hujan turun. Radhe makin sering pergi ke toko bunga walau hanya basa-basi untuk mampir. Atau mengajak Rista untuk sekedar makan bareng, seperti hari ini.
“udah lama nunggu?” selidik Rista
“baru aja.. yuk”
“keburu lapar ya?”
Yang ditanya malah senyam-senyum dan ngangguk-ngangguk.
Hanya butuh lima belas menit sebelum akhirnya mereka berhenti disebuah rumah makan lesehan langganannya.
            “mau makan apa malam ini?”
            “seperti biasa, ayam goreng krispi sama es lemon..”
Rista tersenyum “suka banget? Sampai menu makan malam aja hampir sama setiap hari. Gak bosan?”
            “aku tipe orang yang setia, bahkan sama menu makanan..” jawabnya ringan
Rista jadi tertawa “dasar.. pantas saja Vea sering bilang kamu ini aneh”
            “terus dia bilang apa lagi?” tanya nya penasaran
            “Cuma itu..”
Radhe nyengir “yakin cuma itu?”
            “gak percaya?”
            “gak..” gelengnya
            “ya udah makan dulu..” ajak Rista, kerena pesanan makanan mereka juga sudah datang.

            “Dhe, darimana tumben baru pulang?” suara bunda menyapa melihat Radhe baru saja pulang
            “dari jalan sama teman Bunda..”
            “udah makan?”
            “udah Bunda.. Radhe masuk kamar dulu..” pamitnya sambil melangkah pergi.
Masuk kamar langsung berbaring namun matanya tak juga bisa terpejam. Masih teringat saat-saat bersama Rista. Dan mustahil memang kalau Rista bisa sama seperti Ghea.. walah! Ghea lagi.. Ghea lagi.. Stop! Tanpa sadar Rista bisa masuk dalam hatinya, dan membuatnya lupa untuk memikirkan Ghea. Yap, Rista berhasil.. tapi bagaimana kalau Rista tahu kalau sebenarnya ia bisa dekat dengan Rista hanya karena dia mirip Ghea. Padahal selama ini tak seorang pun mampu mengalihkan dunianya..
Harus diselesaikan semua sebelum Rista salah paham dan makin salah mengerti, akan ada resiko yang sulit diterimanya kalau tak segera di ungkapnya pada Rista.. dan ini tentu saja butuh bantuan Vea lagi..
            “DEEKKY..!!” teriak Vea yang tiba-tiba masuk kamarnya tanpa permisi
Radhe mlongo “what?”
Vea senyum-senyum gak jelas, mengacak-acak rambut Radhe yang dirasanya sudah sangat keren.
            “STOP!!”
            “sorry..”
            “apa?!”
            “aku ketemu teman SD aku.. gak nyangka dia kuliah juga disini..”
            “terus..?”
            “dia makin keren Deky.. makin cakep.. makin gaya.. makin..”
            “apa lagi..”
            “makin semuanya..” Vea nyengir
            “udah gak usah diterusin ceritanya.. aku sudah bisa menebak”
            “what?”
            “setelah melihatnya, kamu kaget, habis itu tanpa mau kehilangan bak sedetik saja untuk memandangnya.. soalnya kamu.. kagum.. heran.. dan.. suka sama dia!!” terangnya panjang lebar
            “he..he.. kok tahu sich?” Vea nyengir
            “sudah jadi sifat kebanyak cewek..” singkat Radhe
            “sudah selesai ceritanya bu? Sekarang aku mau tidur.. sudah malam.. besok kuliah pagi”
            “ya wis.. thanks yap udah dengar aku cerita” Vea pergi juga dari kamarnya.

Malam ini pertama kalinya Vea dan Radhe sama-sama tidak bisa tidur, mirip yang di sinetron-sinetron dimana adegan orang yang lagi jatuh cinta. Sama-sama membayangkan orang yang terus menghantui pikirannya dan seolah tak ingin diusir barang sedetik saja. Putar sana putar sini, balik sana hadap sini, bangun lalu tidur lagi.. dasar!!
“Vino.. kenapa kamu makin keren aja sic?” desah Vea
Disudut lain Radhe mengeluh “Rista.. andai kamu Ghea.. ah!! Gak boleh! Kamu sama Ghea beda.. dan kini aku.. tak pernah bisa berhenti dan menghapus mu dalam ingatanku..”
            “apa yang terjadi?! Apa memang aku..?” guman mereka. Lalu keduanya tersenyum meyakinkan diri.

            “DEKY! Tunggu!” teriak Vea pagi itu
            “sorry Ve, hari ini kamu berangkat sendiri ya.. aku mau jemput Rista..”
            “ihc.. makanya minta mobil aja sama Ayah.. biar aku tetap bisa nebeng.. mana kak Bobby udah pergi duluan lagi..”
            “ogah! Males aku punya mobil. Lagian udah tahu Ayah gak bakal kasih, udah bareng Raska sana yang punya mobil..”
            “wuee.. ya wis..” keluh Vea. Jarang-jarang dia bareng sama Raska.
Mobil APV hitam Raska melaju pelan. “tumben?” ujar Raska
            “gak boleh?”
            “boleh.. kenapa?”
            “Radhe ada sedikit urusan penting..”
            “ya wis.. yuk!!”

Akhir-akhir ini Vea jadi sering bareng sama Raska ketimbang Radhe, atau sesekali sama Bobby. Radhe sudah mulai melancarkan jurus jitunya. Dan kabar baiknya, dia sudah jadian sama Rista. Senang juga mendengarnya, paling gak dia sudah bisa melupakan masa lalunya dengan Ghea. Dan semoga, dia jalan sama Rista bukan karena Rista mirip Ghea..
Vea sendiri kini sepertinya makin akrab sama teman lamanya yang namanya Vino, tapi bukan Vino G. Bastian. Belum jelas arah hubungan mereka yang penting enjoy untuk dijalani.
Bobby masih setia dengan Lea, sang kekasih. Dia memang lebih dewasa sehingga dia bisa menjaga hubungannya dengan baik. Dan mungkin akan lebih serius lagi.
Beda dengan Raska, dari dulu kerjaannya nolak setiap cewek yang dekat sama dia. Dengan alasan gak ada yang sreg..!! sampai akhirnya Ayah sama Bunda mengajaknya berkenalan dengan seorang anak dari teman dekat Ayah.. dan istilah yang tepat untuknya adalah..”perjodohan”
“ha?! Itu sama saja dijodohin..” teriak Vea
“ tapi siapa tahu aja bisa cocok Ve..” tegas Raska
“tumben?” Vea jadi heran kenapa Raska jadi bijaksana
“wis capek cari cewek yang dirasa sreg.. ya mas?” gurau Bobby
“KAK BOBBY apaan sich?” kilah Raska
“kurasa itu bagus.. terus berjuang bro.. sebagai adik aku dukung” tambah Radhe yang kini jawabannya malah bikin pusing aja.
“sudah!! Nanti bisa-bisa Bunda sama Ayah cari jodoh buat kalian semua..” sergah bunda
“haa!!? Ogah.. bunda..” seru mereka bareng menolak, Bunda belum tahu aja kalau mereka jauh lebih canggih dari Raska.

            Radhe kelihatan serius. Raut mukanya muram menyembunyikan sesuatu. Perlahan ia mencoba mengucap kalimat demi kalimat yang telah dirancangnya.
            “aku minta maaf, awalnya mungkin aku suka sama kamu karena kamu mirip Ghea..”
            “Dhe.. aku sudah tahu semuanya.. Vea sudah pernah cerita soal Ghea ke aku.. dan aku paham..”
            “paham..? kamu..”
            “iya Dhe, aku tahu itu masa lalu kamu. Tapi aku juga yakin sekarang ini kamu suka sama aku bukan lagi karena aku mirip Ghea.. aku dan Ghea orang yang beda..”
            “maaf ya.. aku..”
            “sudah Dhe.. jangan minta maaf terus. Gak baik tahu!”
Radhe mengangguk bersyukur Rista mau mengerti dan paham akan dirinya. Beruntung juga karena Rista memang gadis yang tepat untuk pelabuhan terakhir bagi hatinya yang rapuh.
            “makasih Rista.. aku sayang kamu”
            “me too.. Radhe Kia..” Sekali lagi Radhe mengangguk.

            “Radhe?” seru bunda diruang makan malam itu
            “maaf..” Radhe berlari meninggalkan meja makan sambil menutup mulutnya.
Kali ini bunda mengejarnya sampai dikamar kecil.
            “Radhe?”
            “maaf bunda.. Radhe mual..” lirihnya
            “kamu kenapa? Sakit?” bunda mulai cemas “ya sudah ke kamar saja.. nanti bunda bawa makan malam kamu ke kamar..” suruh bunda
Radhe mengangguk dan masuk kamarnya lalu berbaring ditemani bunda.
            “kepala Radhe pusing bunda..” keluhnya “Radhe..” sekali lagi ia berlari ke kamar kecil sebelum menyelesaikan kalimatnya
            “masih mual?”
            “iya bunda.. mungkin karena selai kacang yang gak sengaja kumakan..”
            “selai kacang?”
Ia masih mengeluh pusing. Keseimbangannya hilang hingga ia jatuh dan pingsan.
Bunda memanggil dokter.
Radhe yang selama ini kelihatan kuat ternyata justru dia orang yang paling rapuh dan harus dijaga. Dialah yang ternyata bermasalah, hingga ia menjadi sangat rentan dan lemah. Kacang! Ya, gara-gara makan selai kacang secara tidak sengaja. Ternyata selama ini dia menghindari makan yang namanya kacang. Pernah dulu juga seperti ini hingga ia memutuskan tidak makan kacang.
Bunda dan Ayah tertegun, Radhe benar. Banyak hal yang tidak mereka ketahui selama ini soal Radhe.
            “Radhe..” panggil bunda
            “bunda? Kenapa kalian disini semua? Aku baik-baik saja..”
            “Deky..” suara Raska
            “walah.. Cuma gini doang kok. Besok juga udah sembuh..”
            “ya sudah kita keluar, kamu istirahat saja dulu..”










 
Radhe yang tidak biasa diperhatikan merasa risih ketika bunda dan ayah memperlakukannya seperti Raska sejak kejadian kemarin. Ia bergegas menemui teman-teman band nya berasama Vea sang manager.
“hey.. kebetulan kalian datang. Kita punya berita bagus yang bakal jadi surpraise buat kalian..” kata Gilang
“apa?” ceria Vea
“kita dapat tawaran manggung di cafe om Yudha..” sambut Tirta
“bukan cuma itu, kalau lagu kita bagus.. kita akan disponsori buat rekaman..” Nuno tak mau kalah
“oh ya?” Radhe belum percaya “yang benar saja?”
“keren..!!” seru Vea “sebentar lagi aku akan benar-benar sibuk jadi manager kalian.. he..he..”
Mereka tertawa mendengar celoteh Vea.
Benar saja, malam itu mereka menggunakan kesempatan mereka. Singkatnya, mereka benar-benar mendapat promosi untuk rekaman.
“eh.. Rista bantuin aku jadi manager mereka ya..” pinta Vea malam itu
“boleh.. dengan senang hati..”

“Radhe, gimana kalau Ayah belikan kamu mobil juga..?” tanya ayah sore itu
“ha..?! mobil?” kaget Radhe
“iya.. motornya dijual saja..”
“jangan ayah!!” serunya “Radhe udah terlanjur sayang sama motor itu. Lagian ayah ini buang-buang uang saja..”
“tapi Radhe..”
“pokoknya aku gak mau, kalau ayah ingin beli mobil ya beli aja tapi aku gak mau pakai.. maaf..” Radhe beranjak ke kamarnya
Dia tahu maksud ayah, tapi dia bukan Raska.. lagi pula dia tidak ingin terlalu diatur ini itu dengan alasan khawatir akan kondisinya sekarang ini. Toh, selama ini dia baik-baik saja. Dan juga bukan maksudnya untuk membuat ayah sama bunda menyesal karena sedikit mengabaikannya.

            Lalu lalang orang lewat sedikit membuat suasana hati yang tadinya tegang menjadi sedikit rileks. Bunyi kaki kuda menarik andong menjadi ketukan nada-nada yang teratur. Penjual gulali membentuknya menjadi hiasan indah yang menarik para pembelinya. Dan suara orang tawar menawar harga barang yang ingin dibelinya.
            “berapa mas?”
            “empat puluh lima ribu mbak..”
            “piye toh? Biasanya juga dua puluh ribu..”
            “wah, gak bisa mbak..”
            “wis lah mas, dua puluh ribu. Kalau boleh saya ambil dua..”
            “ya udah mbak, buat pelaris..” akhirnya tawar menawar pun berhasil.
Dikeramaian itu, Vea dan Vino berada tepatnya disebuah warung mie ayam langganannya.
“makasih ya Ve, udah mau nemani aku malam ini..”
            “santai aja Vin.. kebetulan juga aku gak ada kerjaan..”
            “sebenarnya aku ingin mempertegas hubungan kita..”
Vea berhenti mengunyah “maksud kamu?”
Vino mulai serius “maaf, aku tidak bisa terus-terusan dekat sama kamu.. aku takut aku suka sama kamu.. padahal aku harus ke Kalimantan. Ada yang menunggu ku disana..”
Vea sesak hati “someone? Special person?”
            “maaf Ve..”
            “santai saja Vin..” Vea memaksa senyum manisnya reflek
            “kamu..?”
            “hey..  kita ini teman. Sekali teman tetap teman..” rujuk Vea akhirnya.
            “makasih banyak Ve, kamu mau ngerti aku..”
Sekali lagi dipaksanya senyum itu mengalir.
           
            “akhirnya selesai juga rekaman kita..” celutuk Nuno
            “kamu kenapa?” tanya Gilang pada Vea ditengah ramainya anak-anak
Vea kaget, ternyata Gilang memperhatikannya dari tadi “gak.. mungkin cuma..”
            “jangan bohong Vea..” tambah Radhe juga
            “aku baik-baik saja, beneran..” wajah memelas Vea
            “ya wis.. kita makan dulu yuk..”
Akhirnya Vea cerita juga, semua berhenti makan dan melihatnya dalam-dalam. Terpaksa Vea menahan air matanya didepan mereka.
            “jangan Ve..” bisik Gilang “jangan tahan air mata kamu.. gak baik”
            “aku..”
            “Ve.. kamu boleh nangis tapi cuma sekali ini. Setelah itu kamu gak boleh diam dalam kesedihan kamu.. masih ada hari esok.. ingat, Ohayou Sun!!”
            “iya Gilang.. makasih..”










 
            Raska akhirnya benar-benar menerima perjodohan itu. Katanya sich yang ini baru sreg.. ada cemistry waktu pertama kali ketemu. Anehnya, si gadis juga langsung menerima Raska. Hal ini jadi pembicaran dan gosip seru dirumah.
            “waduh mas.. ternyata adat zaman Siti Nurbaya masih bertuah juga?” canda Bobby
            “wis.. kalau yang ini baru sreg..” tambah Radhe
            “namanya siapa Ka?”
            “Chery..” jawab Kaka dengan sok polos
            “wah.. buah Chery.. manis sekali? Tapi kan belum musimnya?”
            “KAAK.. BOOOBBY..!!” teriak Raska panjang
Mereka jadinya malah ketawa ngikik.

Dalam tiga bulan ini hasil jerih payah mereka mulai terlihat, bahkan honor dari penjualan single lagu yang mereka peroleh mulai nampak. Gubuk kecil yang dibangunnya sebagai tempat tinggal anak-anak jalanan kini telah lumayan bagus dan menjadi tempat tinggal yang cukup layak bagi mereka. Dan tentu saja, sekarang mereka punya yang namanya Fans. Ohayou Band, mampu menarik perhatian pencinta musik. Walau tidak se-terkenal band-band lainnya. Paling tidak mereka kini bisa mempertahankan rumah kecil mereka untuk anak-anak jalanan. Vea dibantu Rista sibuk mengatur jadwal yang pas sesuai jam kuliah mereka.
“Radhe.. bunda lihat sepertinya kamu sibuk sekali akhir-akhir ini?”
“gak juga bunda, cuma mungkin banyak tugas kuliah aja..”jawabnya lirih
“tunggu Radhe..” pinta bunda “kamu sakit?”
Radhe menggeleng, tapi memang tampaknya ia sangat lelah.
            “bunda gak percaya..” bunda mendekat, meletakkan tangannya dikening Radhe
            “sudah bunda duga.. kamu sakit!! Lihat ini, badan kamu panas.. ayo ikut bunda” diajaknya Radhe ke kamarnya
            “bunda..”
            “kenapa lagi..?”
            “Radhe baik-baik aja bunda.. sebentar juga sembuh. Percaya deh!!”
            “bunda lebih tahu.. bunda gak akan biarin kamu sakit kayak gini..”
            “biasanya juga gini bunda.. tinggal tidur bentar besok sembuh!”
            “tapi mulai sekarang gak akan gitu lagi..”
            “bunda kenapa sich? Apa sekarang ternyata Radhe yang sakit bukan Raska jadi bunda perhatian gini?”
            “stop Radhe!! Jangan seperti anak kecil!!” seru bunda
“sekarang kamu istirahat.. bunda ambil obat dulu dibawah” bunda menyuruhnya berbaring
Sesaat bunda sudah datang lagi. Namun Radhe malah sudah tertidur..
            “Radhe..” bunda coba membangunkannya
            “bunda.. maaf” suara Radhe makin lirih dan terdengar lemah
            “udah, minum obat dulu baru kamu boleh tidur lagi..”
Setengah dipaksa ia menuruti kata bunda.
            “bunda minta maaf Radhe.. mungkin selama ini kamu merasa kalau bunda tidak terlalu memperhatikanmu..” lirih bunda sambil mengusap kening Radhe yang tertidur
            “tidak seharusnya bunda lakukan, bunda merasa bunda tahu segala hal tentang Radhe. Ternyata bunda salah!! Banyak hal yang bunda lewatkan selama ini termasuk ketika Radhe tumbuh besar. Bunda memang disisih Radhe, tapi bunda tak pernah berusaha menemani. Maaf..” bunda mencium kening Radhe
Sejurus kedepan bunda melihat boneka kanguru milik Radhe, kini bunda tahu kenapa Radhe menyukai hewan itu. Kanguru suka menggendong anak-anaknya dalam kantung. Melindungi dan menjaganya. Tak sadar air mata bunda jatuh..
Diusapnya sekali lagi kening Radhe lalu diciumnya kemudian barulah bunda keluar kamarnya.

            “Deky...”panggil Vea pelan
            “kenapa Ve?” jawabnya masih sambil berbaring
            “anak-anak bilang makasih, katanya sekarang mereka jadi betah tinggal dirumah. Ehm.. terus, kita juga dapat kontrak rekaman lagi. Dan kamu tahu, wawancara kemarin akan disiarkan di TV, mereka bilang biar makin banyak orang lagi yang membantu kita membangun rumah yang lebih besar dan makin banyak anak jalanan yang bisa tinggal disana..”
            “oh ya?”
            “iya.. masih ada satu kabar lagi.. kalau makin banyak orang yang tahu, harapannya akan ada orang yang mau jadi sukarela membantu kita ngajar anak-anak..”
Radhe tersenyum “syukur Ve, ada hasilnya juga usaha kita selama ini..”
            “iya.. paling tidak kita bisa membantu lebih banyak lagi anak-anak jalanan yang sebenarnya punya banyak potensi..”
            “kamu benar..”
            “ya wis.. aku keluar dulu. Kamu istirahat aja.. cepat sembuh!!”
            “thanks..”

            “selamat pagi Ayah.. Bunda..” sapa Raska pagi itu menuju ruang makan, duduk disebelah Vea
            “anak muda sekarang harus bisa berprestasi.. baca ini.. sebuah band yang beranggotakan beberapa anak muda menembus dapur rekaman. Bangganya, hasil jerih payah mereka digunakan untuk memperbaiki rumah kecil yang menampung anak-anak jalanan yang sebenarnya sudah lebih dulu mereka bangun..”cerita ayah pagi itu
            “nama bandnya?” tanya Bobby
            “Ohayou!!”
Vea tersedak. “itu nama bandnya?”
            “iya.. ini coba baca sendiri..”
            “gak usah Ayah.. Vea buru-buru ke kampus..” cepat sekali ia menyelesaikan sarapannya pagi itu. Lalu segera ia pamit.

Siang itu diruang depan.
            “Vea.. sudah pulang?” tanya Ayah
            “sudah Ayah..”
            “itu temannya? Ya udah ajak ke kamar Vea aja..” suruh Bunda
            “ini.. ehm.. iya Ayah, dia teman Vea sekaligus.. ehm.. itu..”
            “itu apa?”
            “itu.. Radhe..!!”
            “ya ampun Vea, maksudnya teman kamu ini ceweknya Radhe gitu?” selonong Raska tiba-tiba
            “ya.. itu maksudnya..”
Yang dibicarakan Cuma bisa senyum-senyum. “nama saya Rista Om.. Tante..”
            “ya sudah Rista.. kamu ke kamar Radhe saja, Vea temani Rista..”
            “iya Bunda..”
Vea mengajak Rista menemui Radhe. Seperginya mereka Raska tiba-tiba teriak.
            “Ayah! Bunda! Lihat itu siapa?” tunjuknya pada siaran TV yang sedang mereka tonton.
            “Radhe..?”
            “bukan hanya Radhe.. ada Vea sama.. itu Rista juga kan?”
            “tunggu!! Bukankah itu nama band yang tadi pagi ayah baca dikoran?” tanya Raska
            “jadi.. selama ini..” Ayah tidak meneruskan kalimatnya. Ia malah berdiri dan sepertinya bergegas ke kamar Radhe. Bunda dan Raska mengikutinya.
Dikamar Radhe.
            “ada apa? Kok ke kamar aku semua?” tanya Radhe heran masih sambil berbaring
Vea dan Rista jadi ikut heran juga.
            “Ayah.. mau tanya.. kamu tahu Ohayou band?”
            “apa itu?”
            “Radhe jangan bohong!! Ayah sudah tahu semua.. wawancara itu, kalian menceritakan semua..”
            “maaf Ayah.. bukan maksud kami..”
            “jangan bilang kalau selama ini kalian juga ngamen dijalan..”
            “Ayah.. sebenarnya itu.. itu.. ehm, ya memang.. benar kata ayah!!” akhirnya Radhe buka mulut juga. Diceritakan semuanya yang ia lakukan selama ini bersama Vea dan teman-temannya.
            “Radhe sempat iri sama Kaka yang selalu ayah banggain. Bahkan bunda yang begitu memperhatikannya, bunda gak tahu apa yang pernah terjadi saat bunda ngurung Radhe dikamar mandi. Radhe pigsan bunda, karena memang aku alergi dingin. Radhe tahu kalau Radhe sakit udah dari kecil dan sengaja Radhe sembunyikan.. radhe gak mau buat bunda sama ayah jadi makin panik dan khawatir terus..” ia meneruskan kata-katanya.
            “apa kamu bilang?!.. kenapa Radhe gak cerita?” kaget mereka
            “maaf ayah.. Deky gak bisa seperti Kaka yang tiap pulang dia bawa piala atau piagamnya..”
            “jangan bohong lagi Deky..!” seru Vea, ia membuka lemari belajar Radhe tiba-tiba dan terlihat berjejer piala Radhe dari kontes musik yang sering mereka ikuti.
Ayah dan Bunda tertegun. Apa lagi ini, kenapa begitu banyak hal yang disembunyikan Radhe dari mereka? Semakin banyak yang disembunyikannya semakin banyak pula hal yang tidak diketahui ayah sama bunda.
            “apa ini..?” bunda gugup
            “Vea!!”
            “Vea benar Deky, gak baik kalau sembunyi terus..” kata Rista
            “maaf.. Radhe cuma gak ingin kalau bunda.. sama ayah.. bangga sama Radhe cuma karena punya banyak piala atau.. prestasi aja.. Radhe ingin kalau ayah sama bunda sayang dan perhatian sama Radhe apa adanya.. juga bukan karena Radhe sakit dan rapuh..”
Bunda memeluk Radhe erat. “maaf.. bunda tahu selama ini bunda salah.. maaf..”
            “untuk apa bunda, Radhe rasa bunda udah benar seperti kata Kaka.. selama ini Radhe yang tak pernah bisa memahami kalian.. mungkin iri sama Kaka.. maafkan Radhe juga”
            “STOP..!!” teriak Bobby muncul tiba-tiba
            “walah! kenapa jadi ada acara maaf-maaf’an? Yang benar itu syukuran!!” lanjut Bobby membuat semua yang di kamar Radhe mlongo.


            “VEA.. aku serius!!” seru Gilang
            “tapi aku..”
            “dengar Ve, sejak aku kenal kamu.. aku udah suka sama kamu. Ok! Mungkin aku bukan orang yang kaya..atau..”
            “STOP Gilang!!” Vea diam, bola matanya mulai berkaca-kaca
            “Ve..” Tak ada jawaban dari Vea, namun tiba-tiba dada Gilang yang tadinya terasa sesak menjadi embun yang tetesnya tak tentu namun udara segar dapat dirasanya. Vea memeluknya.. ya, dia berada dalam dekapannya. Gilang erat sekali mendekapnya.
            “jangan tinggalin aku Gilang.. aku gak sanggup lagi kehilangan orang yang ku sayang untuk kesekian kalinya..”
            “gak Ve, gak akan pernah! Aku janji!”
Vea hanya berharap Gilang adalah orang yang tepat untuk hatinya. Gilang dikenalnya ketika ia mengamen juga dijalan bersama temanya yang lain, tapi ada hal yang mengejutkan sebenarnya ia seorang mahasiswa juga bahkan sekarang ia sedang menulis skripsinya.
           
-Finaly-
Dari semua kejadian yang telah terjadi, Radhe belajar untuk bisa menghargai diri sendiri. Dan mencoba menjalani kehidupan baru bersama Rista karena ia sadar Ghea tidak akan bisa kembali padanya. Namun satu hal yang masih terasa risih, ketika ia diperlakukan sama seperti Raska. Selama ini ia terbiasa melakukan semua hal sendiri bahkan tak perlu minta izin.. intinya ia merindukan kebebasannya selama ini sebelum diagnosis bahwa ada masalah dengan sistem kekebalan tubuhnya membuat bunda dan ayah sangat memperhatikannya terutama soal kesehatan.
Vea menemukan pelabuhan hatinya. Semoga memang Gilang lah orang yang tepat untuknya dengan harapan hubungan mereka bisa serius dan hingga nanti hingga pepatah hanya ajal yang memisahkan keduanya.
Raska benar-benar menjadi anak yang dewasa berkat Chery juga tentunya. Ia sangat membutuhkan sosok seperti Chery untuk mengajarinya dewasa.
Bobby masih tetap awet sama lovely nya. Tentu saja, dia kan orang yang paling bijaksana yang pernah ada dalam cerita ini.
Dan keadaan menjadi normal untuk dijalani. Mungkin hanya bisa sampai disini cerita ini karena sebenarnya hidup ini akan masih terus berlanjut. Happy ending ataukah sad ending semuanya ditangan kita sendiri yang menajalaninya. Yang pasti akan selalu ada jalan keluar dari setiap pemasalahan yang ada entah itu jalan yang datangnya cepat atau membutukan waktu yang lama. Namun apapun itu, kita harus yakin bahwa jalan itu ada. So, don’t worry.. be happy.. good luck friends.
-The End-
Untuk cerita ini bisa disimpulkan akhirnya adalah happy ending...