Senin, 15 Januari 2018

House to Home [7]

Part 7
Heechul masuk dalam ruangan tuan Lee.. ia telah kembali ke pekerjaan semulanya.
“wae?”
“Lee Donghae.. hilang ingatan.. waktu penculikan kemarin kepalanya terbentur dan efeknya baru kelihatan sekarang. Benturan dan tekanan yang ia rasakan selama ini membuatnya kehilangan memori mengenai keluarga ini.. Donghae bukan lagi seorang Lee, ia hanya tahu kalau dirinya adalah Park Donghae..”
“jadi.. anakku.. anakku melupakan appanya? Hyungnya?”
“ne, Tuan.. tuan muda Donghae tidak ingat sama sekali.. yang diingatnya hanya Leeteuk, Kangin dan Shindong sebagai hyungnya.. keluarganya..” tambah Heechul membuat hati Tuan Lee semakin terpuruk.
“tapi aku pikir itu wajar bukan Heechul? Dia sudah menderita selama ini sebagai seorang Lee.. dia pantas mendapatkan kebahagiaannya sekalipun ia harus menjadi Park.. ah, apa Siwon dan Yesung tahu soal ini?”
“ne Tuan, tadi tuan muda Siwon malah menjenguknya di rumah sakit dan saat itulah mereka tahu kalau Lee Donghae kehilangan ingatan..”
“lalu.. apa kata dokter?”
“tidak ada yang bisa kita lakukan.. kita tidak bisa memaksanya untuk mengingat karena itu akan fatal pada mentalnya.. kita hanya bisa menunggu..”
“lalu.. apa yang harus kita lakukan..”
“tidak ada.. bahkan sebenarnya saya sedikit gembira dengan hal ini. Karena dengan begitu Lee Donghae tidak akan terluka lagi.. dia sudah terlalu banyak tertekan selama ini.. dia hampir tidak pernah bisa tersenyum kalau di rumah ini.. hanya tiga orang itu yang membuatnya bisa bahagia dan kuat menjalani hidupnya..” jelas Heechul “eoh, mianhamnida saya banyak bicara.. tapi itulah yang saya tangkap selama ini..”
“kau benar… tapi sebagai seorang appa.. tentu saja aku sangat kehilangan. Tapi selama inipun aku tidak pernah bisa membantunya, aku terlalu sibuk dan tidak pernah menemaninya menghadapi tekanan itu.. aku membiarkannya terluka Chullie.. kini mungkin ini balasan untukku..”
Rupanya pembicaraan ini terdengar oleh seseorang diluar pintu..
“Donghae-ah… mianhae.. Halmonie sudah membuatmu sangat terluka atas kesalahan yang tidak kau perbuat…”
……………………………………………………….

“Yak, Hae.. pelan saja makannya. Aku tidak akan mengambilnya..” teriak Shindong
“ani hyung, makanan di rumah sakit kemarin tidak enak..”
“jadi ini pembalasan karena dua hari kemarin kami tidak memberimu makan enak?” tanya Kangin.
“ne, Leeteuk hyung tidak mau memasakkan makanan untukku.. kalian tahu itu!” serunya “aku benci makanan rumah sakit.. aku benci rumah sakit juga..”
“kalau begitu jangan sakit lagi, kau tahu kalau kau sakit kami juga ikut sakit!!” sekali lagi Shindong berteriak
“kalian yang membawaku kesana!!”
“kau hampir mati.. dan hanya rumah sakit itu yang bisa menolongmu!” protes Shindong
“ANI!! Yang membuatku kembali hidup itu kalian bukan mereka!” Donghae menghentikan makannya.
“tetap saja kau butuh obat dan diperiksa.. kami bukan dokter yang tahu penyakitmu begitu saja!”
“AIIsshh, asal bersama kalian aku tidak akan sakit.. kalian itu obatku!”
“YAK!! Jangan ribut di meja makan!” kali ini suara Leeteuk yang tiba-tiba muncul dibelakang Donghae “kau Kangin, kenapa kau biarkan dongsaengmu bertengkar eooh?”
“aku menyukai pertengkaran mereka hyung, jadi kubiarkan!”
“MWO??”
“mereka bertengkar dengan jujur hyung… bukankah kau mendengarnya tadi?” kedip Kangin
“ne,… tapi tetap saja bicara baik-baik lebih pantas daripada berteriak seperti itu.. sudah, Shindong jangan goda dongsaengmu lagi.. Donghae kau itu baru sembuh jangan banyak berteriak dulu..”
“ne, arraseo hyung…” koor keduanya.
“ah, hyung.. kau masih ingat dengan orang yang mengaku sebagai hyung-ku kemarin? Dia.. siapa??” tanya Donghae.
“wae? Kau penasaran sekali? Sebaiknya lupakan dia.. dia bukan siapa-siapa.. hanya salah kamar saja sepertinya..” Leeteuk menatap tajam pada Kangin yang menjawab pertanyaan Donghae.
“Hae.. dia itu…”
“adiknya yang baru datang dari luar negeri juga di sana, ia mengira itu dirimu..” Shindong memotong kata-kata Leeteuk.
“Yak.. kalian..”
“kalian menyembunyikan sesuatu dariku?” Donghae bertanya lagi. ia melihat tingkah aneh ketiga Hyungnya “aku sudah besar hyung, katakan saja apa yang sebenarnya kalian sembunyikan..”
“ani Hae.. tidak ada apa-apa..” senyum Leeteuk “makanlah, kau masih harus banyak istirahat..”
“aku sudah sembuh hyung.. besok aku masuk kuliah..”
“hah, terserah kau saja.. besok kau antarkan dia, Kangin-ah..” ujar Leeteuk sambil mengoyak lembut pucuk kepala Donghae.
……………………………………………………………..
“dia benar-benar tidak mengingat keluarganya hyung..” Kangin menatap lembut Donghae yang tidur di pangkuan Shindong. Sedangkan Shindong tidur bersandar di bahu Leeteuk.
“tapi kita tidak bisa menyembunyikannya Kangin-ah.. kita harus mengatakannya..”
“ani hyung.. biarkan dia mengingat sendiri.. aku tidak ingin melihatnya tertekan lagi.. aku tidak ingin melihatnya menangis lagi..”
“tapi sepertinya Siwon dan Yesung sudah berubah.. kau ingat kata-kata Heechul?”
“hyung.. jebal… kali ini saja, biarkan Donghae tersenyum tanpa beban hyung..” pinta Kangin. Leeteuk menghela napas. Kangin benar, ia tidak ingin melihat kesedihan lagi di wajah dongsaengnya.
=====================================================

“aku akan pulang sendiri hyung, kau tidak perlu menjemputku..” teriak Donghae sambil turun dari mobil Kangin.
“baiklah kalau itu maumu.. tapi kalau sampai jam pulang kuliah kau belum di rumah aku akan menjemputmu!”
“aaiissh, ne.. aku bukan anak SMA lagi kan? Aku akan pulang tepat waktu!” Donghae menutup pintu mobil, meninggalkan Kangin yang masih mengawasinya hingga tak melihat lagi punggung dongsaengnya.
Donghae melihat Kyuhyun dan Hyukjae berjalan bersama dengan pertengkaran kecil diantara keduanya.
“apa yang kalian ributkan?” tegurnya.
“HAE!!” teriak mereka “kau sudah sembuh? Kau bisa menari lagi? kita akan latihan lagi..” ucap Hyukjae bertubi-tubi.
“jangan banyak bertanya.. kajja kita masuk kelas..” Kyuhyun menyeret keduanya.
Tanpa disadari mereka, sepasang mata nanar memandangnya sendu. Sepasang mata rindu dan menyesal milik seorang Siwon di dalam mobilnya.
“kau benar-benar melupakan hyung Hae-ah? Kenapa baru sekarang aku merasa jadi hyung yang gagal.. kenapa setelah kau melupakanku aku ingin memelukmu?”
Tak disangkanya, airmata jatuh begitu saja. Siwon, mengingat bagaimana Donghae sering masuk kamarnya dan berusaha berbicara denganya. Mengingat, bagaimana ia selalu mengabaikan dongsaengnya tersebut dan hanya memikirkan pekerjaannya. Memikirkan bagimana mempertahankan perusahaannya padahal Donghae tak menginginkan itu, bahkan tidak ada pikiran untuk merebutnya. Ia mengingat bagaimana saat ia mengatakan kalau Donghae bukan dongsaengnya, padahal sebenarnya hanya salah paham.
…………………………………………………………………….
Halte bis sudah di depannya, ia melangkah lebih cepat lagi. rasanya ia sudah sangat lapar malam itu.
“tunggu!” seseorang menghentikan langkahnya.
“nugu? Ahhh.. hyung yang kemarin…??”
“ne, Hae-ah.. namaku Siwon..”
“waeyo Siwon hyung? Kau masih menganggapku sebagai adikmu? Bukankah sudah jelas kalau aku bukan adikmu? Ah, aku sudah mendengar dari hyungku.. bagaimana dongsaengmu yang sakit? Dia sudah sembuh? Lain kali jangan salah mengenali orang hyung..”
Siwon meremas ujung bajunya, Donghae benar tidak mengingatnya.
“ne, mianhae.. bagaimana kalau kau ku traktir makan sebagai permintaan maaf?” tawar Siwon.
“ah? Tidak usah repot-repot hyung.. lagipula aku harus segera pulang.. Kangin hyung akan membunuhku kalau aku belum pulang jam segini.. Shindong hyung juga akan menghabiskan jatah makan malamku.. lalu Leeteuk hyung akan mengomel semalaman kalau aku tidak makan masakannya malam ini..”
Siwon terlihat kecewa, ia kecewa karena kedudukannya sebagai hyung terganti oleh orang lain.. kedudukannya sebagai hyung dengan bodoh telah dilepasnya dari dulu..
“mungkin lain kali hyung, aku akan mencari alasan untuk menemanimu makan..” satu kalimat dari Donghae yang membuatnya sedikit lega. “aku pulang dulu Wonnie hyung..”
Wonnie? Donghae memanggilnya dengan sebutan itu? Sebutan sayang untuknya..
“aku antar Hae..”
“aniyo hyung… ah, itu bisnya sudah datang.. aku pulang hyung..” pamitnya.
Pandangan mata Donghae sejenak kosong ke arah jendela, ia menyenderkan kepalanya di di kursi yang ia duduki. Matanya menerawang jauh mengingat kejadian tadi..
“Siwon… Wonnie hyung.. rasanya aku pernah mendengar namanya.. tapi kapan? Kenapa aku merasa kalau aku sangat mengenalnya? Tapi kenapa aku merasa sangat tidak ingin melihat wajahnya?”
Donghae kembali merenung “sebenarnya siapa dia? Kenapa dia tidak asing bagiku? Aaiisshh.. sebenarnya apa yang terjadi? Aarrhh…” Donghae menghentikan pikirannya saat dirasa kepalanya pusing tak tertahan “kajja Hae.. tinggal satu halte lagi.. bertahanlah..” ucapnya.
Sampai ia turun dari bis dengan sedikit menahan kepalanya yang memang tidak sepusing tadi. Tapi tiba-tiba dia limbung dan hampir jatuh kalau tidak ada yang menahan tubuhnya..
“gwaenchana?”
“hyung… kenapa kau disini?” tanya Donghae pada Kangin yang ternyata menolongnya.
“tentu saja menghawatirkanmu, kajja..” Kangin berjongkok di depan Donghae “naik cepat.. aku tidak ingin kau pingsan!”
Donghae menurut, ia berada di gendongan Kangin kini.
“gumawo hyung.. kepalaku memang agak pusing tadi..”
“kau belum sembuh benar Hae.. sampai di rumah istirahat ne..” Kangin merasakan dongsaengnya mengangguk ringan sambil mengeratkan pelukannya di leher Kangin.
Leeteuk dan Shindong terkejut melihat Donghae digendongan Kangin.
“apa yang terjadi?”
“gwaenchana hyung.. aku hanya lapar.. kau sudah masak kan?” sanggah Donghae.
“tentu saja! Kajja..” Leeteuk mengajak kedua dongsaengnya duduk di depan meja makan bergabung dengan Shindong “Hae, wajahmu pucat.. gwaenchana?”
“ne..”
“dia bilang tadi agak pusing hyung, seharusnya dia masih istirahat kan?” sambut Kangin
“hmm…” Leeteuk menyeringai “jangan terlalu memaksakan diri Hae-ah.. kalau kau sakit lagi kau tahu siapa yang sedih?”
“mianhae hyung.. aku janji akan menjaga diri baik-baik..”
Donghae benar beruntung memiliki tiga hyung yang sangat menyaynginya, hyung yang selalu ada dan menjaganya setiap saat. Namun saat ini ia merasa ragu, ragu pada kenyataan yang di hadapinya.
“ehm.. hyung, tadi orang yang bernama Siwon menemuiku lagi.. sepertinya ia merasa bersalah padaku yang ternyata bukan dongsaengnya..”
“mwo?” kali ini suara Shindong “apa yang dia katakan padamu? Dia tidak melukaimu kan?”
“ani hyung, buat apa dia melakukan itu padaku eeoh?”
“ah, sudahlah.. jangan makan sambil bicara Hae.. habiskan makan malammu setelah itu naik ke atas dan tidur..” pinta Leeteuk, ia tak ingin membicarakan Siwon dan keluarganya setidaknya untuk saat ini. ia tidak ingin melihat Donghae sakit lagi.
………………………………………………………..

Di tempat lain..
Siwon menatap makan malamnya tanpa nafsu, ia aduk pelan sup di depannya dengan tak beraturan..
“waeyo Siwon-ah?” Yesung penasaran melihat tingkah aneh adiknya hari ini.
“aku.. aku tadi menemui Donghae..” jawab Siwon tertahan “dia melupakan kita.. benar-benar lupa.. tapi aku senang, aku senang karena melihat Donghae bahagia di sana.. aku bisa melihat senyum di wajahnya hyung..”
Yesung terdiam, kali ini Tn.Lee dan Halmonie ikut terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing..
“aku tidak akan kuatir padanya.. dia punya hyung yang hebat di sana.. hyung yang rela memberikan seluruh waktu dan hidupnya untuk Donghae..”
“Appa sangat menyesal menyia-nyiakan Donghae selama ini.. bukankah ia anak yang baik Siwon-ah?” kata Tn.Lee
“ne Appa.. bahkan dia tidak pernah menuntut apapun dari kita.. kecuali.. mengakui kehadirannya di rumah ini.. nado Appa, aku menyesal..” entah kenapa Siwon sangat rapuh sekarang ini. ia mengingat bagaimana Donghae menolongnya dari penculik waktu itu.. ia masih mengingat Donghae tidak pernah membenci dirinya.. ia masih mengingat pertengkaran yang membuat Donghae akhirnya terluka..
“mianhae… ini semua salah Halmonie..” suara yeoja tua itu serak hampir tertahan “kalau saja Halmonie tidak bersikap kasar padanya, kalau saja Halmonie tidak melimpahkan kesalahan yang bukan salahnya.. kalau saja Halmonie menyayanginya sama seperti kalian..”
“kalau begitu kita harus membuat Donghae kembali..” ujar Yesung
“ANDWAE hyung!! Jangan menyiksa dia lagi, cukup dengan sikap kita kemarin..” seru Siwon
“dia dongsaeng kita Wonnie, kau mau dongsaeng kita di rebut oranglain? Kau mau dongsaeng kita pergi begitu saja?”
“apa kau sadar dengan yang kau bicarakan hyung? Siapa yang membuatnya pergi dari sini? Siapa yang membuatnya berpaling pada orang lain? Jangan egois hyung! Aku tidak setuju.. mian!” Siwon geram, ia meninggalkan makan malamnya dan berlari ke kamar.
Tn. Lee hanya diam mendengar pertengkaran kedua putranya. Di satu sisi ia ingin anaknya kembali tapi di sisi lain dia ingin melihat anaknya bahagia..

-TBC-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar