Part 6
Donghae membuka matanya setelah ia tidak sadarkan diri semenjak kejadian Kangin yang terluka. Di lihatnya atap putih dan juga tirai putih.. ah, sepertinya ruangan itu memang semuanya putih. Ia berusaha bangun tapi kepalanya masih berat. Sampai ia melihat seseorang tengah terlelap di sampingnya dengan posisi duduk.
“Hyung….” Donghae mencoba membangunkannya dan itu tak sulit. Namja itu perlahan terbangun.
“Donghae.. kau sudah sadar?”
“Kangin hyung..gwaenchana?”
“ne saeng, Kangin baik-baik saja.. dia sebentar lagi kemari..”
“kemari? Jadi Kangin hyung benar-benar baik?”
“kau yang tidak baik Hae..” sahut seorang namja yang masuk tiba-tiba “lihat, aku sudah sehat..! sekalipun ini masih sedikit sakit..”
“kau masih menggunakan seragam rumah sakit hyung, jadi kau masih sakit..” ujar Donghae.
“tapi kau lebih menghawatirkan.. lihat tubuhmu sekarang, bahkan kau tidur selama 2 hari..”
“MWO??”
“yak! Jangan berteriak!!” seru Leeteuk
“mwo??? aku kenapa memangnya?”
“sudah, lupakan saja.. yang penting sekarang kau sudah bangun..”
“appa?? Siwon hyung??”
“ehm, appamu dari kemarin menjagamu disini.. hari ini dia ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan.. Siwon.. dia.. baik-baik saja..”
“syukurlah… kalau begitu kita pulang hyung, aku tidak suka disini.. biar Kangin hyung saja..”
“ne, nanti kita pulang.. dokter bilang kalau kau sudah sadar dan baik-baik saja kau bisa pulang.. dan juga Kangin!! Kalian berdua ini sama saja..!!” sinis Leeteuk.
“aku sudah tidak sabar bertemu Shindong hyung… dan bertengkar dengannya!!” Donghae terkikik kecil
“ne.. kita akan pulang nanti..” jawab Leeteuk sabar. Ia juga ingin dongsaengnya bisa segera pulang. Tidak tega melihat mereka berada di tempat itu.
“ah, Kangin hyung.. gumawo sudah menolongku… kau juga Teukie hyung.. gumawo.. joengmal gumawo..” ucapnya.
“ne.. lain kali jangan bahayakan dirimu.. arraeso??”
“arraeso..”
=============================
Ruang itu kembali ramai oleh ocehan dua namja yang saling beradu. Siapa lagi kalau bukan Donghae dan hyungnya.
“hyung, jangan terus memakan jatahku!! Aku ini baru sakit jadi harus makan banyak..”
“sedikit saja Hae, tidak akan membuatmu kelaparan kok..”
“ani.. yak!! Teukie hyung…” rengeknya
“Shindong-ah.. jangan goda adikmu lagi..” sifat ke-ibuan Leeteuk muncul di saat seperti ini.
“kau jangan seperti itu juga Hae.. sudah besar jangan manja!! Sudah makan saja yang ada..” pinta Kangin.
Setelah mereka berdua boleh pulang dari rumah sakit, Kangin memang belum bisa ikut latihan teakwondo jadi dia lebih sering menghabiskan waktu bersama hyung dan dongsaengnya. Donghae seperti biasa, ia tidak ingin pulang ke rumahnya sendiri. Leeteuk mengijinkan itu, ia tidak bisa membayangkan siapa yang akan merawat Donghae kalau ia dirumah tuan Kim. Apalagi mereka masih belum menerima keberadaannya. Lebih baik seperti ini keadaannya, jadi mereka bisa bersama Donghae setiap hari tanpa melihat gurat kesedihan di wajahnya.
“ehm, hyung… nanti aku akan pulang sebentar..” Leeteuk terdiam mendengarnya “hanya sebentar, aku akan minta ijin appa untuk tinggal bersama kalian..”
“jinjja?” tanya Shindong
“ne, aku ingin mengambil jalan hidupku sendiri.. aku tidak bisa kalau tidak ada kalian..”
“kau yakin Hae? kami tidak bisa memberimu fasilitas seperti yang keluargmu beri..” jelas Leeteuk.
“apa selama ini aku menggunakan semua fasilitas itu? Aku lebih suka membuat kalian repot bukan?”
Kangin dan Leeteuk mengangguk. Donghae memang lebih suka naik bis atau meminta hyungnya mengantar atau menjemput kalau ia butuh. Tak pernah sekalipun ia meminta Heechul untuk mengawalnya.
“Hae-ah… kami senang kau mau tinggal bersama kami.. hyung akan mendukung apapun keputusanmu..” kata Leeteuk bijak.
“aku juga senang.. sekalipun kita sering bertengkar, tapi itu karena aku menyayangimu..” lanjut Shindong.
“nado.. saranghae hyung..”
==============================
Sejak kejadian kemarin, Donghae sama sekali belum bertemu dengan Siwon dan appanya. Ia berada di kamarnya di rumah keluarga Kim. Dipandangnya lekat seluruh sudut.. kamar itu sangat mewah dan teramat mewah tapi terlalu dingin untuk ia tempati. Donghae duduk di pinggir tempat tidurnya dan kembali merenungkan keputusannya. Semoga ia mengambil jalan yang benar untuk keluar dari rumah itu. Hingga keputusan itu sudah bulat, ia segera menggendong tas punggungnya. Tidak ada yang ia bawa dari kamar itu.. hanya beberapa buku dan benda pentingnya saja. Dengan sedikit lesu ia menutup pintu dan menuruni tangga menuju ruang tengah. Appa, halmonie dan dua hyungnya sudah duduk disana untuk makan malam. Donghae duduk disebelah Siwon..
“Siwon hyung gwaenchana?” tanyanya.
“ne..” jawab Siwon datar.
“baguslah…” gumannya “ehm, appa.. ada yang ingin aku bicarakan..”
“makan dulu Hae-ah..”
“ah, ani.. aku akan makan di rumah Teeukie hyung..”
“apa maksudmu?” tuan Kim penasaran.
“mianhae appa tidak memberitahu terlebih dulu.. tapi, mulai hari ini aku akan tinggal bersama hyung.. aku akan bekerja di café tapi juga tetap kuliah, appa.. tidak perlu cemas, mereka akan menjagaku dengan baik,, dan soal Heechul hyung.. sebaiknya dia kembali menjadi asisten pribadi appa..”
“YAK!! Apa yang kau katakan?” Seru tuan Kim, namun tak membuat anak itu takut sedikitpun.
“bukankah aku akar dari permasalahan yang ada di keluarga ini? Jadi aku pikir sebaiknya aku tidak tinggal disini.. lagipula selama ini aku juga tidak pernah ada bagi kalian.. appa, aku tidak tertarik dengan dunia bisnis jadi berikan semuanya untuk Yesung hyung dan Siwon hyung.. halmonie, mulai sekarang kau tidak perlu takut dengan pertanyaan orang mengenai aku atau umma.. aku tidak akan mengganggu kalian.. mianhae.. Siwon hyung, Yesung hyung.. aku bukan dongsaeng yang baik untuk kalian.. sekarang kalian tidak perlu memikirkan bagaimana bersikap denganku lagi..”
“Donghae-ah.. kenapa kau lakukan ini?”
“aahh.. appa, yogie..” Donghae menyerah sebuah kunci tanpa menjawab pertanyaan tuan Kim “ini kado ulangtahunku yang appa beri kemarin.. aku tidak bisa menerimanya, jangan tersingung.. aku lebih suka naik bis appa.. lagi pula, kemampuan menyetirku buruk sekali.. hyung melarangku membawa mobil sendiri kalau tidak ingin aku celaka..”
“stop Hae…” kata Siwon mengejutkan mereka semua “kami juga hyung-mu kenapa kau selalu menyebut mereka?”
“ah, ne.. kalian memang hyung-ku tapi aku bukan dongsaeng kalian.. aku tidak pantas menjadi dongsaeng kalian..” Siwon dan Yesung tercekat “aku harus pergi sekarang, kansamhamnida untu semuanya.. appa, halmonie..hyungdeul..” Donghae kembali meraih tas-nya dan pergi dari rumah itu dengan baik-baik.
…………………………………………………….
Udara dingin mulai merasuk malam itu.. sepertinya akan turun hujan. Donghae masih setia menunggu bis yang akan mengantarnya ke rumah.
“Donghae-ah..” seorang namja memanggilnya.
“mwo? Sungmin hyung?? Eeoohh.. Kibum-ah??” Sungmin menghentikan mobilnya di depan halte.
“naiklah.. akan ku antar pulang…” ajaknya. Donghae segera saja masuk ke mobil Sungmin dan duduk di belakang.
“kau darimana Hae?”
“aku dari rumah appa, Bummie.. mulai sekarang aku akan tinggal bersama Teuki hyung..”
“jinjja??”
“ne, hyung…” angguknya.
“gwaenchana Hae?” tanya Kibum dan kembali Donghae mengangguk.
…………………………………………….
Kangin dan Leeteuk masih menunggu Donghae pulang. Dia janji akan pulang sebelum makan malam.
“hyung…”
“eeooh, kau sudah pulang? Ah, Sungmin.. Kibum??”
“Sungmin hyung mengantarku pulang, tadi kami bertemu di halte hyung..” jelas Donghae
“aahh, arraseo.. sebaiknya kita makan malam bersama.. jangan menolak Sungmin, anggap saja sebagai bentuk trimakasih kami kermarin..” Kangin menarik lengan Sungmin dan Kibum.
Mereka duduk di ruang makan sementara Leeteuk sibuk menyiapkan makanananya. Shindong yang dari tadi sudah tak sabar dengan makan malam itu terus menggerutu.
“aku lapar hyung!”
“ne, arra… ayo kita makan..” ajak Leeteuk “Hae-ah waeyo?” Donghae hanya mengaduk makanannya. Tidak biasanya namja itu memperlakukan masakan Leeteuk sperti itu. Hanya gelengan kepala yang dilakukan tanpa menjawab pertanyaan hyungnya. Leeteuk seakan tahu keadaan adiknya. Dia menarik lengan Donghae dan membawanya ke kamarnya.
“ah, mianhae.. kalian lanjutkan makan malam ini.. aku tinggal sebentar.. joengmal mianhae..” pamitnya.
Leeteuk mendudukkan Donghae di pinggir tempat tidurnya kemudian ia memeluknya erat.
“jangan ditahan lagi.. menangislah..” ujar Leeteuk. Perlahan ia merasakan bahunya bergetar, adiknya sudah terisak disana.
“aku keluar dari rumah itu hyung, dan tak seorangpun mencegahku.. bahkan appa.. mereka benar-benar tidak menginginkanku..” Leeteuk tak bisa bicara apapun sekarang mendengarnya “hyung.. aku.. entah kenapa aku sangat sedih..”
Di usapnya lembut punggung dongsaengnya… hingga beberapa lama, namja itu tampak sudah tenang. Leeteuk merenggangkan pelukannya hendak melihat wajah adiknya. Namun rupanya Donghae tertidur di pelukan hyungnya..
“hem.. kau tampak lelah Hae.. tidurlah, hyung akan menjagamu..” direbahkan tubuh itu di ranjang dan diselimutinya rapat.
“hyung…” panggil Shindong pelan saat ia masuk kamar Leeteuk
“ne Dongie??”
“Sungmin dan Kibum akan pulang..”
“ah, ne.. aku keluar sekarang..” Leeteuk mengekor di belakang Shindong kembali menemui Sungmin dan Kibum di ruang tengah.
“mianhae, aku meninggalkan kalian..”
“gwaenchana hyung… Donghae gwaenchana?”
“ne, dia sedang tidur.. sepertinya dia sangat lelah hari ini.. kalian tahu sendiri kalau anak itu tidak bisa lelah sedikit saja.. anemianya bahkan sering kambuh akhir-akhir ini..”
“kami mengerti hyung.. kalau begitu kami pulang dulu.. sampaikan salam kami padanya nanti.. dan, terimakasih atas makan malamnya..”
“cheonma Sungmin-ah.. Kibum-ah.. kalian hati-hatilah di jalan.. gumawo sudah mengantar Donghae..”
“ne hyung..”
Setelah Sungmin dan Kibum pulang, ketiganya larut dalam diam. Berada dalam pikiran masing-masing tapi bisa dipastikan hanya satu orang yang mereka pikirkan..
“malam ini biarkan Donghae tidur di kamarku..” kata Leeteuk membuka percakapan.
“dia akan baik-baik saja kan hyung?”
“tentu saja Shindong-ah.. kita akan menjaga bersama kan?”
“ne hyung…”
Lalu mereka kembali dalam diam.. sampai.. Donghae berjalan terhuyung dan duduk di tengah mereka. Wajahnya sedikit pucat.. ia menyandarkan kepalanya di bahu Kangin..
“kau kenapa bangun?”
“aku takut tidur sendirian.. temani aku tidur hyung..”
“tidurlah… kami semua disini..” Kangin menariknya hingga kepalanya berada di pangkuannya sekarang. Leeteuk mengalah duduk di sofa sebelah dan menaikkan kaki Donghae ke atas sofa tempatnya duduk di sebalah Kangin tadi. Shindong duduk di karpet bawah bersandar pada sofa seakan menjaga kaki Donghae agar tidak terjatuh lalu ia menekan remot dan menyalahkan TV.. Kangin dengan setia mengusap kepala dongsaengnya hingga ia terlelap kembali. Donghae memang mudah tidur dan sulit bangun..
“dia sudah tidur lagi..”
“biarkan saja..”
“aku ingin selamanya begini hyung..” ungkap Shindong..
“Kangin-ah.. Shindong-ah.. mulai hari ini, hanya kita yang dimiliki Donghae.. anak itu terlalu baik untuk disia-siakan.. dia tidak tahu apa-apa, tapi harus menanggung kesalahan yang tidak dimengertinya.. jadi, mulai sekarang.. kebahagiaannya adalah tugas kita..”
“arraseo hyung..” koor keduanya.
Sedangkan Donghae yang terlelap berada dalam pikirannya juga. Ia ingin melupakan semua hal yang terjadi belakangan ini. Ia hanya ingin mengingat Leeteuk, Kangin dan Shindong sebagai hyungnya. Ia hanya ingin mengingat bahwa ia adalah Park Donghae bukan Kim Donghae lagi.. ia ingin melupakan rasa sakit dan orang-orang yang tidak menginginkannya sama sekali.
=================================
Shindong melempar makanannya saat melihat dongsaengnya berguling di atas tempat tidur. Wajahnya pucat dan seakan menahan sakit yang begitu berat. Kedua tangannya memukul kepalanya sendiri mencoba menghilangkan sakit yang dideranya. Shindong berusaha menghentikan gerakan yang melukai diri sendiri itu. Ditariknya dongsaengnya dalam dekapannya.
“Hae-ah… gwaenchana? Katakan pada hyung.. mana yang sakit? Kepalamu sakit eeohh?” tanya Shindong bertubi.
“sakit hyung… sakit!!!” teriak Donghae tertekan.
“KANGIN HYUNG!” tidak ada cara lain, ia berteriak memanggil hyungnya. Kangin masuk kamar Donghae terburu dan tercengang dengan apa yang dilihatnya. Tak menunggu lama ia menggendong Donghae dan menyuruh Shindong menyiapkan mobil. Mereka membawa Donghae ke rumah sakit.
………………………………………
Leeteuk tak hentinya mengutuki dirinya sendiri. Rasa cemas dan pedih bercampur jadi satu sejak ia mendengar kabar dari Kangin tadi. Mereka tak pernah melihat Donghae seperti ini sebelumnya.. seorang dokter keluar dari ruangan yang sedari tadi tertutup untuk menangani Donghae..
“bagaimana..? bagaimana adik kami dokter?” tanya Leeteuk.
“adik kalian sepertinya sangat tertekan.. ia terlalu memikirkan satu hal dan itu sangat berat baginya.. tapi dia sudah baik-baik saja sekarang, kalian boleh masuk..”
Shindong tak lagi mendengarkan penjelasan dokter, ia langsung masuk dan melihat Donghae. wajah pucat dan sendunya tergurat nyata disana.
“Hae-ah…” ia mendekati Donghae dengan senyumnya
“hyung….” Dan nyatanya Donghae memang sudah baik-baik saja “aku lapar.. bisakah kau mencarikanku makanan?”
“mwo?? jadi kau masuk rumah sakit hanya karena kelaparan? Kau membuat kami malu…” sahut Kangin yang sudah berada di belakang Shindong.
Leeteuk tertawa kecil “ne, akan hyung belikan kau soup..tunggu sebentar ne..”
“aku mau ice cream hyung.. bisakah?”
“Yak!! Kau itu sedang sakit.. nanti saja setelah kau sembuh akan kubelikan yang banyak!” ujar Kangin.
“gurrae…. Belikan aku nanti Kangin hyung!! Ku pegang janjimu..”
…………………………………………………..
Siwon melangkah pasti menuju satu ruangan yang ia tahu dari Heechul tadi. Tanpa mengetuk pintu ia membukanya dan masuk.
“Donghae-ah…” matanya berkaca melihat adiknya terbaring disana.
“mianhae… nugu??”
“mwo?? baru beberapa hari tidak bertemu kau sudah melupakanku? Melupakan kami?”
“mianhae.. apa kita memang pernah bertemu dan saling kenal sebelumnya?” tanya Donghae polos membuat Siwon patah hati.
“aku hyungmu Hae-ah.. Siwon hyungmu..”
“eeoohh? Mungkin kau salah orang.. hyungku hanya Leeteuk, Shindong dan Kangin.. ah, itu mereka datang..” tunjuk Donghae pada tiga orang yang berjalan masuk ke arahnya “Hyung… dia mengaku sebagai hyungku.. mungkin hyung ini salah orang..” ucap Donghae pada Leeteuk.
“mwo? mworago?”
“kalian mengenalnya?” tanya Donghae lagi.
“Hae.. dia… Siwon..”
“Siwon?? Apa aku juga mengenalnya hyung? Kenapa aku tidak ingat?” Donghae mencoba berpikir tapi kepalanya mendadak sakit “aakkhh.. sakit.. kepalaku sakit lagi hyung!”
Kangin panik dan memanggil dokter. Siwon melihat semua itu dengan heran, mana mungkin Donghae melupakannya begitu saja..
Dokter memberinya obat penenang dan membiarkannya istirahat..
“ada apa sebenarnya dok? Kenapa Donghae tidak mengingat hyungnya?” tanya Kangin.
“sepertinya Donghae tidak ingin mengingat kenangan atau orang-orang tertentu.. itu yang membuat kepalanya sakit hingga ia benar-benar tidak mengingatnya lagi..”
“jadi, dia ingin melupakan kami?” pekik Siwon “ia ingin melupakan kami?? Waeyo Hae.. kau ingin menghapus ingatanmu padaku? Pada Yesung hyung juga Appa??” isaknya kini.
“apa dia pernah terbentur atau terluka sebelumnya?” tanya dokter
“aku rasa tidak…” jawab Leeteuk “tunggu!! Waktu mereka menculik Donghae.. apa mereka memukulnya?” kini ia bertanya pada Siwon.
Siwon terkejut, ia baru mengingat lagi hal itu. Ia ingat bagaimana ia mengancamnya dan menjadikan Donghae yang masih pingsan sebagai sandera. Mereka sempat mendorong tubuh Donghae hingga kepalanya membentur dinding..
Siwon mengangguk pelan menjawab pertanyaan Leeteuk.
“sepertinya itu salah satu penyebab ia mengalami hal ini.. kalian harus menjaganya, kondisinya sangat lemah dan lagi.. jangan buat dia memikirkan hal yang berat sampai ia bisa mengingat kembali.. karena itu bisa membuatnya tersiksa dan lebih tertekan lagi..”
Siwon benar-benar terpukul kali ini. Setelah dokter itu pergi, ia hanya bisa memandang lekat wajah Donghae yang kini tidur lelap. Diusapnya pelan kepala adiknya hingga penyesalan menyusup di hatinya.
“mianhae.. hyung tidak pernah menjadi hyung yang baik buatmu.. dan sekarang, apa ini balasan untuk kami? Kau melupakan kami semua? Kau melupakan keluargamu?”
Shindong dan Kangin miris melihat pemandangan ini. Demikian Leeteuk yang mencoba menenangkan Siwon. Disaat Siwon menyadari kesalahannya, ia harus menerima kenyataan kalau adiknya melupakan dirinya.
“dia pasti akan sembuh Siwon-ah.. Donghae akan kembali mengingatmu..”
“aniyo Leeteuk ssi.. kalau Donghae bahagia seperti ini lebih baik dia memang melupakanku.. melupakan kami.. jika ia mengingat kami, dia akan terluka lagi kan?”
“Donghae bukan orang yang suka membenci atau mendendam pada orang.. ia justru selalu memikirkan kebahagian orang lain.. itulah yang dilakukannya pada kalian, keluar dari rumah itu dan berharap kalian bahagia karena dia merasa menjadi beban dan masalah bagi kalian..”
“ne, aku paham itu.. dan yang aku sesali sekarang bahwa semua ini bukan kesalahannya.. dia bahkan tidak tahu apa-apa tapi kenapa harus dia yang menanggungnya? Aku baru menyadari betapa dongsaengku adalah seorang malaikat..”
Shindong dan Kangin tertegun. Bukan hanya bagi Siwon saja tapi bagi mereka bertiga.. Donghae adalah malaikat kecilnya.. malaikat yang membawa kebahagiaan bagi mereka. Dan kali ini, Kangin maupun Shindong tidak ingin lagi melepaskan Donghae..
“pulanglah.. kami akan menjaganya.. dan jangan lagi menyakitinya.. aku pikir itu bagus kalau dia melupakanmu dan kalian semua.. biar hanya kami bertiga di dalam ingatannya..”
“Kangin-ah…” tegur Leeteuk “jangan berkata seperti itu, bagaimanapun juga.. Donghae dongsaengnya..”
“Kangin hyung benar hyung..” ungkap Shindong “aku sudah berjanji untuk menjaga dan melindunginya.. aku tidak ingin melihatnya terluka lagi.. jadi aku pikir Donghae lebih baik bila hanya mengingat kita bertiga.. kita akan memberinya kebahagiaan..”
“Shindong…???”
“mianhae Siwon ssi… kami sangat menyayangi Donghae.. dan seperti yang kau lihat, dia memilih kami. Jadi biarkan dia bahagia bersama kami.. kami akan menjaganya dengan baik, kau tenang saja..” tambah Kangin.
Leeteuk tak habis pikir kenapa kedua adiknya seperti itu. Tapi ia juga merasakan hal yang sama, ia sangat menyayangi Donghae dan tidak akan melepaskannya sedetikpun. Selama ini ia tahu seberapa besar luka yang dirasakan Donghae dan ia tak ingin luka itu kembali menekannya. Tapi di lain pihak, Siwon dan Yesung adalah hyung kandungnya. Mereka juga berhak menjaga Donghae..
“Siwon ssi.. sebaiknya kau pulang dan beritahu keadaan Donghae pada appa dan hyungmu..”
Siwon mengerti, ia segera pamit mundur. Tidak akan ada gunanya juga ia disana dengan keadaan Donghae seperti ini..
-TBC-
Jumat, 15 Desember 2017
Minggu, 19 November 2017
House to Home [5]
Part 5
Suara musik terdengar keras di sebuah ruangan yang memang disediakan untuk mereka. Kyuhyun, Hyukjae dan Donghae dengan keringat yang hampir meluncur penuh membasahi baju mereka. Donghae berhenti, meneguk air dalam botol yag dibawanya tadi. Hyukjae dan Kyuhyun menyusul kemudian. Ketiganya lalu duduk di tengah ruangan. Kyuhyun menyandarkan kepalanya di bahu Hyukjae.
“aku sangat lelah, sangat.. sangat dan sangat!” teriaknya
“Kyuhyun-ah.. ini belum berakhir.. bertahanlah sedikit lagi..”
“Hyuk, kau tahu kan aku berjuang keras dengan gerakan itu? Aku tidak sepandai kalian dalam menari.. aaiisshh, kenapa songsaenim tidak menyuruhku menyanyi saja dengan duduk?”
“monoton!”
“mwo? mworaggoo??” Kyuhyun menjambak rambut Donghae
“appoo… mian.. mianhae Kyu..” Donghae kesakitan “ya sudah.. kita lanjutkan besok saja!” Donghae melangkah pergi.
“YAK!! Oddieyo?”
“go home..” jawabnya bersamaan dengan bunyi dering ponselnya “yobosaeyo…”
“Hae, hyung di depan kampusmu.. kau sudah pulang?”
“Teuki hyung!! Ah, ne.. aku akan keluar sekarang. Tunggu aku hyung..” seru Donghae kegirangan “hyungku sudah menjemputku, aku pulang dulu ya. Bye Hyukkie.. Kyuhnie..!!” di sambernya tas punggung di pojok kemudian ia berlari seketika.
“LEETEEUK HYUNG!!” teriak Donghae setelah ia sampai di depan gerbang.
“jangan berteriak, aku mendengarmu!! Kajja!!” Leeteuk menyeret adiknya masuk mobil. Tapi ia terkejut saat Donghae malah berlari ke arah lain “HAE, kau mau kemana?”
Donghae tetap berlari, ia melihat seseorang yang dikenalnya sedang diseret paksa oleh beberapa orang yang tidak dikenalnya “YAK!! KALIAN, LEPASKAN HYUNGKU!!” teriak Donghae, ia melawan orang berbaju hitam itu dan berusaha menyelamatkan namja yang disebutnya sebagai hyung.
Leeteuk yang tersadar berlari ke arahnya dan berusaha membantu adiknya. Sayang.. orang-orang itu justru berhasil membekap Donghae dan memukul punggungnya hingga ia pingsan. Sebelum Leeteuk bisa membantu Donghae, mereka sudah membawanya dan namja tadi masuk ke dalam mobil.
“Donghae… yak, lepaskan adikku!! Donghae-ah…” Leeteuk mengejar mobil yang semakin jauh itu. Ia memutar arah, masuk ke dalam mobilnya sendiri dan mengejar mereka.
“Kangin-ah…” Leeteuk menghubungi Kangin sambil memperhatikan mobil yang membawa Donghae “Donghae diculik…”
“…….”
“aku sedang mengikuti mobil mereka, nanti aku hubungi kemana mereka membawa dia pergi..”
“……”
“ne, arraseo… aku akan hati-hati..”
…………………………………………………………..
Rupanya mereka masuk ke sebuah bangunan kecil yang sudah tidak berpenghuni di sudut gang sepi. Leeteuk turun dari mobilnya dan bersembunyi di dekat tumpukan kayu tua. Mereka tampak menyeret paksa seorang namja masuk ke tempat itu, di belakang mereka seorang berbadan besar menggendong Donghae yang masih dalam keadaan pingsan.
Leeteuk tidak bisa bertindak sekarang sekalipun ia sangat kuatir dengan adiknya. Ia harus menunggu Kangin dan bala bantuan.
Satu jam berlalu…
“Hyung…” Kangin menghampirinya bersama Sungmin
“Kangin-ah… mereka di dalam..” ujar Leeteuk “kita harus bagaimana?”
“wae? Kenapa Donghae sampai mereka bawa?”
“aku tidak tahu, tadi Donghae berusaha menyelamatkan seorang namja yang di panggilnya hyung.. namja yang menjadi sasaran mereka sepertinya..”
“aaiisshh.. anak itu!!”
“sudahlah.. sebaiknya kita telp polisi sekarang!” Leeteuk mengambil ponselnya, namun sebelum tersambung ia mendengar suara lain.
“Leeteuk..”
“Heechul?” rupanya Heechul berada di sana juga bersama seorang namja lain lagi.
“ini Hankyung, pengawal sekaligus asisten pribadi Siwon.. hyungnya Donghae..”
“mwo? jadi menurutmu namja yang di dalam sana itu Siwon?” Leeteuk menebak.
“ne, tadi mereka menghubungi kami dan mau tidak mau kami tidak melibatkan polisi kalau tidak nyawa Siwon dan Donghae bisa bahaya.. mereka mengincar Siwon, tapi rupanya Donghae menjadi tawanan sukarela juga bagi mereka..” tambah Heechul.
“wae? Apa mau mereka?”
“apalagi kalau bukan uang? Kekuasaan? Ada pihak yang berseteru bisnis dengan perusahaan Kim.. hari ini adalah rapat pemilik saham, jadi kalau Siwon tidak hadir otomatis saham itu akan jatuh ke tangan mereka..” tegas Hankyung.
“ah, sudalah.. aku tidak peduli dengan semua itu.. aku hanya ingin Donghae selamat..” seru Kangin.
………………………………………………….
Siwon menghentakkan kakinya berulang kali.. ia tidak menemukan jalan untuk mereka keluar dari tempat itu. Satu-satunya pintu yang ada di jaga ketat oleh mereka. Donghae yang mulai sadar membuka matanya perlahan dan memijit pelan keningnya.
“hyung… Wonnie hyung.. ini dimana?” tanya Donghae pada hyungnya.
“diamlah..”
“mengapa mereka mengurung kita?”
“sudah ku bilang diamlah bocah pabbo!!” sentak Siwon lantas membuat Donghae benar-benar diam.
Selagi mereka berdua dalam diam, suara keributan terjadi di luar sana. Donghae berdiri dan mendekat ke pintu mencoba mencari tahu apa yang terjadi..
“eeoohh… Kangin hyung?” guman Donghae “HYUNG!!! HYUNGG!!! AKU DISINI… KELUARKAN AKU!!” teriak Donghae sambil mengebrak pintu kamar itu. Siwon hanya tercengang mendengar teriakan adiknya.
“Donghae-ah, minggir dari sana.. akan kubuka pintunya..” suara balasan dari luar. Donghae menyingkir dan menjauhi pintu itu karena ia yakin…
BRRAAAKKKK!! Pintu itu di dobrak paksa oleh Kangin dan Leeteuk.
“Hyuuuunngg…” ia langsung berhambur memeluk Leeteuk saat kedua hyungnya itu masuk.
“gwaenchana saeng? Kau terluka? Mana yang sakit?” cecar Leeteuk.
“gwaenchana hyung… hanya dada dan kepalaku masih sakit, mereka memukulku keras sekali tadi..”
“kita keluar sekarang.. ne..!!” ajak Kangin.
Baru beberapa langkah mereka keluar dari tempat itu..
“WONNIE HYYUNNG!!” Donghae mendorong tubuh Siwon saat ia melihat seorang dari penculik tadi mengarahkan pisau pada Siwon. Donghae menutup matanya dan bersiap menerima rasa sakit yang menembus kulitnya. Namun, teriakan lain mendarat di telinganya..
“Kangin-ah!!”
Donghae membuka matanya, bukan dirinya yang terluka tapi Kangin. Kangin lebih cepat melindungi Donghae dengan tubuhnya sendiri hingga pisau itu menggores pinggangnya.
“hyung?? Hhyyy..hyung.. Kangin hyung?” Donghae masih setengah sadar “yak, gwaenchana hyung.. hyung, jebal kau harus baik-baik saja,,” tangis Donghae di samping tubuh Kangin.
“gwaenchana Hae.. hyung baik-baik saja..” ujar Kangin.
Orang yang tadi melukainya kini sudah dibereskan oleh Sungmin. Heechul akhirnya memanggil polisi dan ambulance. Untuk alasan ini, pihak polisi lebih berhak untuk menanganinya.
Leeteuk memeluk Donghae yang makin terisak, bahkan kini sepertinya anak itu sudah tidak sadarkan diri lagi. “Sungmin, Heechul.. tolong bantu Kangin.. Hankyung, cepat ajak Siwon pergi dari sini.. aku akan menggendong Donghae..” perintahnya.
=========================
Suara musik terdengar keras di sebuah ruangan yang memang disediakan untuk mereka. Kyuhyun, Hyukjae dan Donghae dengan keringat yang hampir meluncur penuh membasahi baju mereka. Donghae berhenti, meneguk air dalam botol yag dibawanya tadi. Hyukjae dan Kyuhyun menyusul kemudian. Ketiganya lalu duduk di tengah ruangan. Kyuhyun menyandarkan kepalanya di bahu Hyukjae.
“aku sangat lelah, sangat.. sangat dan sangat!” teriaknya
“Kyuhyun-ah.. ini belum berakhir.. bertahanlah sedikit lagi..”
“Hyuk, kau tahu kan aku berjuang keras dengan gerakan itu? Aku tidak sepandai kalian dalam menari.. aaiisshh, kenapa songsaenim tidak menyuruhku menyanyi saja dengan duduk?”
“monoton!”
“mwo? mworaggoo??” Kyuhyun menjambak rambut Donghae
“appoo… mian.. mianhae Kyu..” Donghae kesakitan “ya sudah.. kita lanjutkan besok saja!” Donghae melangkah pergi.
“YAK!! Oddieyo?”
“go home..” jawabnya bersamaan dengan bunyi dering ponselnya “yobosaeyo…”
“Hae, hyung di depan kampusmu.. kau sudah pulang?”
“Teuki hyung!! Ah, ne.. aku akan keluar sekarang. Tunggu aku hyung..” seru Donghae kegirangan “hyungku sudah menjemputku, aku pulang dulu ya. Bye Hyukkie.. Kyuhnie..!!” di sambernya tas punggung di pojok kemudian ia berlari seketika.
“LEETEEUK HYUNG!!” teriak Donghae setelah ia sampai di depan gerbang.
“jangan berteriak, aku mendengarmu!! Kajja!!” Leeteuk menyeret adiknya masuk mobil. Tapi ia terkejut saat Donghae malah berlari ke arah lain “HAE, kau mau kemana?”
Donghae tetap berlari, ia melihat seseorang yang dikenalnya sedang diseret paksa oleh beberapa orang yang tidak dikenalnya “YAK!! KALIAN, LEPASKAN HYUNGKU!!” teriak Donghae, ia melawan orang berbaju hitam itu dan berusaha menyelamatkan namja yang disebutnya sebagai hyung.
Leeteuk yang tersadar berlari ke arahnya dan berusaha membantu adiknya. Sayang.. orang-orang itu justru berhasil membekap Donghae dan memukul punggungnya hingga ia pingsan. Sebelum Leeteuk bisa membantu Donghae, mereka sudah membawanya dan namja tadi masuk ke dalam mobil.
“Donghae… yak, lepaskan adikku!! Donghae-ah…” Leeteuk mengejar mobil yang semakin jauh itu. Ia memutar arah, masuk ke dalam mobilnya sendiri dan mengejar mereka.
“Kangin-ah…” Leeteuk menghubungi Kangin sambil memperhatikan mobil yang membawa Donghae “Donghae diculik…”
“…….”
“aku sedang mengikuti mobil mereka, nanti aku hubungi kemana mereka membawa dia pergi..”
“……”
“ne, arraseo… aku akan hati-hati..”
…………………………………………………………..
Rupanya mereka masuk ke sebuah bangunan kecil yang sudah tidak berpenghuni di sudut gang sepi. Leeteuk turun dari mobilnya dan bersembunyi di dekat tumpukan kayu tua. Mereka tampak menyeret paksa seorang namja masuk ke tempat itu, di belakang mereka seorang berbadan besar menggendong Donghae yang masih dalam keadaan pingsan.
Leeteuk tidak bisa bertindak sekarang sekalipun ia sangat kuatir dengan adiknya. Ia harus menunggu Kangin dan bala bantuan.
Satu jam berlalu…
“Hyung…” Kangin menghampirinya bersama Sungmin
“Kangin-ah… mereka di dalam..” ujar Leeteuk “kita harus bagaimana?”
“wae? Kenapa Donghae sampai mereka bawa?”
“aku tidak tahu, tadi Donghae berusaha menyelamatkan seorang namja yang di panggilnya hyung.. namja yang menjadi sasaran mereka sepertinya..”
“aaiisshh.. anak itu!!”
“sudahlah.. sebaiknya kita telp polisi sekarang!” Leeteuk mengambil ponselnya, namun sebelum tersambung ia mendengar suara lain.
“Leeteuk..”
“Heechul?” rupanya Heechul berada di sana juga bersama seorang namja lain lagi.
“ini Hankyung, pengawal sekaligus asisten pribadi Siwon.. hyungnya Donghae..”
“mwo? jadi menurutmu namja yang di dalam sana itu Siwon?” Leeteuk menebak.
“ne, tadi mereka menghubungi kami dan mau tidak mau kami tidak melibatkan polisi kalau tidak nyawa Siwon dan Donghae bisa bahaya.. mereka mengincar Siwon, tapi rupanya Donghae menjadi tawanan sukarela juga bagi mereka..” tambah Heechul.
“wae? Apa mau mereka?”
“apalagi kalau bukan uang? Kekuasaan? Ada pihak yang berseteru bisnis dengan perusahaan Kim.. hari ini adalah rapat pemilik saham, jadi kalau Siwon tidak hadir otomatis saham itu akan jatuh ke tangan mereka..” tegas Hankyung.
“ah, sudalah.. aku tidak peduli dengan semua itu.. aku hanya ingin Donghae selamat..” seru Kangin.
………………………………………………….
Siwon menghentakkan kakinya berulang kali.. ia tidak menemukan jalan untuk mereka keluar dari tempat itu. Satu-satunya pintu yang ada di jaga ketat oleh mereka. Donghae yang mulai sadar membuka matanya perlahan dan memijit pelan keningnya.
“hyung… Wonnie hyung.. ini dimana?” tanya Donghae pada hyungnya.
“diamlah..”
“mengapa mereka mengurung kita?”
“sudah ku bilang diamlah bocah pabbo!!” sentak Siwon lantas membuat Donghae benar-benar diam.
Selagi mereka berdua dalam diam, suara keributan terjadi di luar sana. Donghae berdiri dan mendekat ke pintu mencoba mencari tahu apa yang terjadi..
“eeoohh… Kangin hyung?” guman Donghae “HYUNG!!! HYUNGG!!! AKU DISINI… KELUARKAN AKU!!” teriak Donghae sambil mengebrak pintu kamar itu. Siwon hanya tercengang mendengar teriakan adiknya.
“Donghae-ah, minggir dari sana.. akan kubuka pintunya..” suara balasan dari luar. Donghae menyingkir dan menjauhi pintu itu karena ia yakin…
BRRAAAKKKK!! Pintu itu di dobrak paksa oleh Kangin dan Leeteuk.
“Hyuuuunngg…” ia langsung berhambur memeluk Leeteuk saat kedua hyungnya itu masuk.
“gwaenchana saeng? Kau terluka? Mana yang sakit?” cecar Leeteuk.
“gwaenchana hyung… hanya dada dan kepalaku masih sakit, mereka memukulku keras sekali tadi..”
“kita keluar sekarang.. ne..!!” ajak Kangin.
Baru beberapa langkah mereka keluar dari tempat itu..
“WONNIE HYYUNNG!!” Donghae mendorong tubuh Siwon saat ia melihat seorang dari penculik tadi mengarahkan pisau pada Siwon. Donghae menutup matanya dan bersiap menerima rasa sakit yang menembus kulitnya. Namun, teriakan lain mendarat di telinganya..
“Kangin-ah!!”
Donghae membuka matanya, bukan dirinya yang terluka tapi Kangin. Kangin lebih cepat melindungi Donghae dengan tubuhnya sendiri hingga pisau itu menggores pinggangnya.
“hyung?? Hhyyy..hyung.. Kangin hyung?” Donghae masih setengah sadar “yak, gwaenchana hyung.. hyung, jebal kau harus baik-baik saja,,” tangis Donghae di samping tubuh Kangin.
“gwaenchana Hae.. hyung baik-baik saja..” ujar Kangin.
Orang yang tadi melukainya kini sudah dibereskan oleh Sungmin. Heechul akhirnya memanggil polisi dan ambulance. Untuk alasan ini, pihak polisi lebih berhak untuk menanganinya.
Leeteuk memeluk Donghae yang makin terisak, bahkan kini sepertinya anak itu sudah tidak sadarkan diri lagi. “Sungmin, Heechul.. tolong bantu Kangin.. Hankyung, cepat ajak Siwon pergi dari sini.. aku akan menggendong Donghae..” perintahnya.
=========================
-TBC-
Sabtu, 14 Oktober 2017
House to Home [4]
Part 4
:
SAENGIL CHUKA HAMNIDA OPPAAAA....
:
:
BRAAKKKK!! Pintu terbuka lebar, seorang namja yang melakukan itu. Ia mendekat cepat ke arah Donghae yang masih terbaring disana.
“Kau, kenapa tidak memberitahuku keadaanmu?”
“Heechul hyung?”
“jangan panggil aku hyung tuan muda.. aku pengawalmu..”
“ani, kau hyungku!!”
“aaiisshh, terserah. Bagaimana keadaanmu? Gwaenchana? Ada yang sakit? Kau bisa menghubungiku kan?”
“gwaenchana hyung.. hanya anemia..”
“kalau begitu kita pulang sekarang, tuan Kim akan datang lusa jadi sebaiknya tuan muda pulang saja.”
“ANI! Aku tidak akan pulang.. aku akan pulang kalau appa sudah datang.. kau bisa membuat alasan kan?”
“aku mencemaskanmu tuan muda..”
“dan berhentilah memanggilku seperti itu, aku punya nama..” Donghae kesal dengan Heechul yang selalu memperlakukannya seperti itu.
“Dia benar Donghae..” Leeteuk sudah di dalam tiba-tiba “kau memang tuan muda, kau pantas mendapatkan penghormatan itu..”
“ani hyung.. aku bukan anak appa, aku bukan tuan muda.. aku hanya Donghae..”
“ne, tapi kau tetap harus dirumah kalau appamu pulang..” tambah Kangin.
“aaiisshh.. baiklah aku akan pulang.. sekarang juga..”
===========================
Satu-satunya orang yang menyayanginya di rumah ini adalah tuan Kim, appanya. Ia tidak pernah memaksa Donghae untuk menjadi penerus perusahaannya, tapi ia sangat protektif pada anak bungsunya ini. Ia memastikan semua kebutuhannya terpenuhi dan semua keinginannya terkabul. Donghae tengah menonton Finding Nemo di kamarnya, namja itu sudah menontonnya berulang kali tapi tidak ada bosan sedikitpun. Tapi rupanya kali ini ia tertidur sebelum film itu selesai.
Seseorang masuk kamarnya, menyelimutinya hingga tubuhnya terkubur sampai dagu. Mematikan DVD dan terakhir memberi kecupan di keningnya.
“mian Hae.. appa tidak bisa selalu menemanimu. Kau baik-baik saja kan?” tanya tuan Kim yang ternyata pulang lebih awal dari rencananya. Ia masih memandang Donghae dengan lekat. “kau sangat mirip ummamu Hae-ah.. manis.. dan polos..”
“eeuuhhgg… appa?” Donghae merasa terganggu dan membuka matanya. Ia mendapati sang appa sudah di duduk ditempatnya berbaring “kau sudah pulang? Bukankah harusnya masih besok?”
“ne, tapi appa sudah sangat merindukan anak bungsunya yang sangat manja ini..” tuan Kim menangkupkan kedua tangannya ke wajah Donghae.
Donghae segera memeluk appanya dengan erat. Rasa kantuknya hilang seketika. “nado, bogoshipoyo appa.. tapi kau keterlaluan..”
“YAK, kau mengatakan appamu keterlaluan?”
“aku bukan anak kecil appa.. aku sudah 19 tahun beberapa hari lalu..”
“eeoohh? Jinjja??”
“jangan bilang appa lupa..” Donghae menundukkan kepalanya.
“siapa bilang appa lupa? ini…” tuan kim menyerahkan sebuah kunci pada Donghae “hadiah untuk ulang tahun anak appa yang ke 19 tahun..”
“mobil??”
“ne…”
“sebenarnya aku tidak butuh ini appa, banyak orang yang bisa mengantarkan aku kemanapun aku mau.. aku hanya butuh appa.. hyungie.. dan halmonie..”
“arraseo…”
“guendwae.. gumawo appa, mungkin aku akan memerlukannya nanti..” Donghae menyimpan kunci itu.
……………………………………….........
Di ruang makan malam ini.. Tuan Kim dan ibunya beserta dengan ketiga putranya duduk menghadap meja itu. Jarang sekali pemandangan seperti ini kalau tuan kim tidak dirumah.
“Yesung.. Siwon.. bagaimana pekerjaan kalian?”
“lancar appa.. semua dapat kami lakukan dengan baik.. bukankah sebagai anak yang bertanggungjawab juga harus membantu keluarga ini? Bukan hanya menyusahkan saja..” ucap Yesung.
“bagus.. appa bangga pada kalian.. dan kau Hae? kuliahmu?”
“aku akan mengikuti kompetisi seni nasional, appa..”
“mwo? jinjja? Wahh.. appa beruntung punya anak seperti kalian..”
“Yesung dan Siwon memang cucu halmonie yang membanggakan..” sahut seorang yeoja tua disana.
“ibu.. cucumu bukan hanya mereka berdua, Donghae juga..” Donghae menundukkan kepalanya mendengar percakapan appa dan halmonienya.
“dia bukan anak kandungmu Kim, dia hanya anak dari pengawalmu yang berselingkuh dengan isterimu..”
“ibu.. jangan bilang itu..”
“wae? Ibu benar kan? Untuk apa kau selalu membela anak ini? Keberadaannya saja sudah mengingatkan kita pada penghianatan isterimu itu..”
“Yesung dan Siwon juga anak dari yoeja yang ibu sebut sebagai penghianat..” ujar tuan Kim “jadi jangan bedakan mereka, ibu sudah tahu kebenarannya sejak lama mengapa masih menganggap kebohongan itu sebagai kebenaran?”
“apa maksud appa?” Yesung menyahut mereka
“baiklah, sepertinya ini harus di akhiri,, appa pikir ini sudah selesai dari dulu tapi halmonie kalian belum menganggapnya selesai..” tuan Kim mengambil napas panjang. Donghae sedikit takut dengan apa yang akan dikatakan appanya.
“Donghae itu dongsaeng kandung kalian, anak appa dan umma.. appa sudah melakukan tes DNA waktu Donghae sakit 4 tahun yang lalu. Kebetulan Appa bertemu dengan dokter yang dulu membantu kelahiran Donghae. dia mengatakan kalau umma kalian sakit keras dan kondisinya sangat lemah waktu itu, umma kalian banyak pikiran. Saat itu tidak ada jalan lain, Donghae harus lahir prematur karena kandungan umma sudah tidak kuat lagi. appa menyesal tidak disana karena tuduhan yang selama ini kalian dengar..”
“umma berselingkuh dengan pengawal kepercayaannya?” tambah Siwon
“ne, saat umma membutuhkan appa tidak disana.. umma harus di operasi waktu itu.. setelah ia berhasil melahirkan Donghae, sepertinya umma sudah tidak bisa bertahan lagi.. umma kalian meninggal sebelum appa meminta maaf. Belakangan appa tahu kalau Donghae benar-benar anak kandung appa, pengawal kepercayaan itu bahkan tidak pernah menyentuh umma sedikitpun..”
Hiks..hiks… tiba-tiba terdengar suara isakan dari Donghae “jadi aku benar anak appa?”
“Ne Hae-ah..”
“lalu kalau kalian sudah tahu, kenapa halmonie membenciku?”
“ani Hae-ah.. halmonie hanya kesal dengan umma kalian, jadi ia melampiaskan itu padamu.. apalagi dulu kau dirawat oleh harabonie dan halmonie dari umma, jadi kami tidak bisa merawatmu yang waktu itu sangat lemah. Kau lahir prematur dan itu membuat mereka tidak memperbolehkan kami merawatmu.. karena mereka takut kami menyakitimu. Sampai usiamu 3 tahun, mereka meninggal dan kami membawamu kemari..”
“jadi, halmonie tidak membenciku?” Donghae beralih pada halmonienya.
“aku membencimu.. karena kau kami harus menanggung malu atas rumor itu, perusahaan hampir bangkrut karena beberapa klien tidak mau bekerjasama dengan kami.. kau menghancurkan kebahagiaan dan nama baik kami.. itu kenapa aku tidak ingin kau mendapatkan bagian di perusahaan ini..”
“aku tidak menginginkan semua itu.. aku hanya ingin kalian bisa menerimaku itu saja sudah cukup..”
“aku yang tidak menginginkanmu.. kau benar-benar membuatku harus menanggung kesalahanmu.. dengar Donghae, aku sangat membencimu.. dan jangan panggil aku halmonie..”
“IBU… jangan mengucapkan itu pada Donghae.. dia sama sekali tidak tahu apa-apa..” bela tuan Kim. Bagaimana bisa ibunya menyalahkan Donghae yang bahkan dia sendiri tidak tahu apa-apa, dia yang tidak tahu masalah ini.
Siwon dan Yesung semenjak tadi mereka diam mendengar percakapan itu. Antara bingung dan tidak ingin ikut campur urusan appa dan halmonienya.
“mianhamnida…” kata terakhir yang bisa diucapkap Donghae sebelum ia meninggalkan tempat itu.
“Donghae…” panggil tuan Kim. Namun ia tak menghiraukan. Hatinya terlanjur sakit dengan ucapan halmonie.
…………………………………………………………
Donghae tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan keadaan ini. Ia tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebelumnya. Kalaupun ia harus lahir waktu itu kenapa Tuhan tidak memanggilnya saja agar ia bisa selalu dengan ummanya. Kenapa Tuhan memberinya kesempatan dalam keadaannya yang lemah.
“Hyung…..” ia butuh ketiga hyungnya di waktu seperti ini. Segera ia keluar dari bis yang mengantarnya ke tempat Leeteuk. Itu satu-satunya tujuan yang ada di pikirannya.
Donghae berlari dan berhambur ke pelukan Leeteuk yang tengah melayani tamu-nya di coffe café.
“Donghae? waeyo? Gwaenchana?” tanya Leeteuk yang setengah terkejut melihat adiknya sudah menangis di belakang punggungnya. Leeteuk memutar arah menghadap Donghae merangkulnya dan mengajaknya ke tempat yang lebih tenang. Ia mendudukkan Donghae di sofa putih miliknya masih sambil mengusap lembut punggung namja itu.
“ceritakan..”
“kebenaran… aku ini anak appa dan umma. Hanya rumor kalau umma itu berselingkuh.. tapi mereka tetap tidak menerimaku hyung. Mereka menganggap aku penyebab semua ini.. penyebab nama baik perusahaan dan keluarga hancur..” Leetek menarik Donghae dalam pelukannya erat, membiarkan namja itu tetap bercerita “aku tidap pernah minta untuk dilahirkan hyung.. kalau boleh memilih lebih baik aku tidak ada saja..” Donghae makin terisak di pelukan Leeteuk.
“jangan katakan itu Hae.. dengar, kau dongsaeng kami.. Tuhan mengutusmu untuk menjadi malaikat buatku, Kangin dan Shindong.. kau punya kami saeng..”
“saranghae hyung.. gajjima,,”
“ne, kami akan terus bersamamu.. kami akan menjagamu..” Leeteuk mengacak pucuk kelapa Donghae “uljjima…”
Donghae bukannya diam malah makin terisak di pelukan Leeteuk. Ia semakin membenamkan kepalanya di dada Leeteuk. Hingga beberapa menit kemudian, Leeteuk merasa Donghae sudah tenang. Di tengoknya dongsaengnya itu yang kini tertidur.. senyum Leeteuk terkembang..
“mwo? kau selalu cepat tertidur seperti ini? kau lelah Hae.. tidurlah..” Leeteuk membaringkan Donghae di sofa putih itu dan menyelimutinya dengan jaketnya.
…………………………………………………….
“Leeteuk ssi… dia bersamamu?”
“Ne, kau tidak perlu kuatir.. kami akan menjaganya” jawab Leeteuk
“aku cemas saat ia berlari tiba-tiba.. dan ini satu-satunya tempat yang membuatnya nyaman jadi aku yakin dia pasti ke sini.. paling tidak Tuan Kim akan tenang bila tahu Donghae aman..”
“apa maksudmu? Tentu dia akan aman disini..”
“perlu kau tahu, ada bahaya yang mengincar keluarga dan perusahaan Kim.. Donghae sama sekali tidak tahu dan tidak terlibat, tapi orang-orang licik itu bisa saja mencelakai Donghae sebagai senjata..” terang Heechul pengawal Donghae “untuk itu tolong jaga dia..” ia membungkuk 90 derajat di depan Leeteuk.
“tenang saja, aku dan dongsaengku akan selalu menjaga Donghae..”
“ne, aku percaya.. kansamhanmida.. kalau begitu aku titip tuan muda pada kalian..” pamit Heechul kemudian.
………………………………………………..
Kangin menggendong Donghae ke kamarnya dan membaringkan adiknya dengan pelan. Leeteuk menghubunginya tadi setelah Heechul menemuinya. Tidak ada yang lebih penting untuk saat ini kecuali adik mereka. Entahlah, apa yang membuat mereka begitu menyayangi namja manja itu sebagai maknae.
“hyung, bukankah dia tidur terlalu lama?”
“arra.. tapi aku tidak tega membangunkannya Kangin-ah.. kita biarkan dulu, mungkin sebentar lagi dia akan bangun..” ujar Leeteuk.
“umma… umma gajima…!!” Donghae tersentak dengan mimpinya membuatnya harus membuka mata dan terbangun. Kangin dan Leeteuk yang hampir keluar kamarnya juga terkejut dengan hal itu.
“waeyo saeng?” tanya Leeteuk.
“aku mimpi hyung…” jawab Donghae lemas.
“kau terlalu lama tidur.. irroena.. kita makan..” ajak Kangin.
“tidak ada yang mencariku hyung?” Donghae bertanya lain “mereka pasti tidak mencariku kan? Aku benar tidak diharapkan oleh mereka? Kenapa aku harus ada hyung?” manik matanya kembali berkaca.
“jangan berpikir aneh-aneh.. kau tahu kami sangat menyayangimu?”
“tapi aku bukan dongsaeng kandung kalian..”
“apa itu penting?” seru Kangin “aku dan Shindong juga bukan dongsaeng kandung Leeteuk hyung.. kita tinggal bersama disini, tidak akan ada yang mengubah kasih sayang kami padamu Hae.. kau akan tetap jadi maknae kami apapun yang terjadi.. arraeso??” suara Kangin sedikit meninggi.
Donghae mengagguk pelan “hyung… aku lapar, gendong aku ke bawah!!” serunya tiba-tiba dan bergelayut di punggung Kangin.
“Yak! Kau bukan anak kecil lagi..” dan selalu seperti ini kalau dia sedang manja. Mereka sudah tahu kebiasaannya.
“tidak peduli, pokoknya gendong aku kalau tidak aku tidak mau makan!” ia makin mengeratkan lingkaran tangannya pada Kangin yang akhirnya terpaksa menggendongnya ke luar kamar. Leeteuk tertawa kecil melihat adiknya seperti itu. Tidak ada kebahagiaan lain selain melihat senyum dan manja dari mereka. Selelah apapun ia akan hilang dalam sekejab bila ada mereka yang menghiasi harinya. Satu alasan lagi untuk tetap bertahan hidup yaitu karena mereka.
:
SAENGIL CHUKA HAMNIDA OPPAAAA....
:
:
BRAAKKKK!! Pintu terbuka lebar, seorang namja yang melakukan itu. Ia mendekat cepat ke arah Donghae yang masih terbaring disana.
“Kau, kenapa tidak memberitahuku keadaanmu?”
“Heechul hyung?”
“jangan panggil aku hyung tuan muda.. aku pengawalmu..”
“ani, kau hyungku!!”
“aaiisshh, terserah. Bagaimana keadaanmu? Gwaenchana? Ada yang sakit? Kau bisa menghubungiku kan?”
“gwaenchana hyung.. hanya anemia..”
“kalau begitu kita pulang sekarang, tuan Kim akan datang lusa jadi sebaiknya tuan muda pulang saja.”
“ANI! Aku tidak akan pulang.. aku akan pulang kalau appa sudah datang.. kau bisa membuat alasan kan?”
“aku mencemaskanmu tuan muda..”
“dan berhentilah memanggilku seperti itu, aku punya nama..” Donghae kesal dengan Heechul yang selalu memperlakukannya seperti itu.
“Dia benar Donghae..” Leeteuk sudah di dalam tiba-tiba “kau memang tuan muda, kau pantas mendapatkan penghormatan itu..”
“ani hyung.. aku bukan anak appa, aku bukan tuan muda.. aku hanya Donghae..”
“ne, tapi kau tetap harus dirumah kalau appamu pulang..” tambah Kangin.
“aaiisshh.. baiklah aku akan pulang.. sekarang juga..”
===========================
Satu-satunya orang yang menyayanginya di rumah ini adalah tuan Kim, appanya. Ia tidak pernah memaksa Donghae untuk menjadi penerus perusahaannya, tapi ia sangat protektif pada anak bungsunya ini. Ia memastikan semua kebutuhannya terpenuhi dan semua keinginannya terkabul. Donghae tengah menonton Finding Nemo di kamarnya, namja itu sudah menontonnya berulang kali tapi tidak ada bosan sedikitpun. Tapi rupanya kali ini ia tertidur sebelum film itu selesai.
Seseorang masuk kamarnya, menyelimutinya hingga tubuhnya terkubur sampai dagu. Mematikan DVD dan terakhir memberi kecupan di keningnya.
“mian Hae.. appa tidak bisa selalu menemanimu. Kau baik-baik saja kan?” tanya tuan Kim yang ternyata pulang lebih awal dari rencananya. Ia masih memandang Donghae dengan lekat. “kau sangat mirip ummamu Hae-ah.. manis.. dan polos..”
“eeuuhhgg… appa?” Donghae merasa terganggu dan membuka matanya. Ia mendapati sang appa sudah di duduk ditempatnya berbaring “kau sudah pulang? Bukankah harusnya masih besok?”
“ne, tapi appa sudah sangat merindukan anak bungsunya yang sangat manja ini..” tuan Kim menangkupkan kedua tangannya ke wajah Donghae.
Donghae segera memeluk appanya dengan erat. Rasa kantuknya hilang seketika. “nado, bogoshipoyo appa.. tapi kau keterlaluan..”
“YAK, kau mengatakan appamu keterlaluan?”
“aku bukan anak kecil appa.. aku sudah 19 tahun beberapa hari lalu..”
“eeoohh? Jinjja??”
“jangan bilang appa lupa..” Donghae menundukkan kepalanya.
“siapa bilang appa lupa? ini…” tuan kim menyerahkan sebuah kunci pada Donghae “hadiah untuk ulang tahun anak appa yang ke 19 tahun..”
“mobil??”
“ne…”
“sebenarnya aku tidak butuh ini appa, banyak orang yang bisa mengantarkan aku kemanapun aku mau.. aku hanya butuh appa.. hyungie.. dan halmonie..”
“arraseo…”
“guendwae.. gumawo appa, mungkin aku akan memerlukannya nanti..” Donghae menyimpan kunci itu.
……………………………………….........
Di ruang makan malam ini.. Tuan Kim dan ibunya beserta dengan ketiga putranya duduk menghadap meja itu. Jarang sekali pemandangan seperti ini kalau tuan kim tidak dirumah.
“Yesung.. Siwon.. bagaimana pekerjaan kalian?”
“lancar appa.. semua dapat kami lakukan dengan baik.. bukankah sebagai anak yang bertanggungjawab juga harus membantu keluarga ini? Bukan hanya menyusahkan saja..” ucap Yesung.
“bagus.. appa bangga pada kalian.. dan kau Hae? kuliahmu?”
“aku akan mengikuti kompetisi seni nasional, appa..”
“mwo? jinjja? Wahh.. appa beruntung punya anak seperti kalian..”
“Yesung dan Siwon memang cucu halmonie yang membanggakan..” sahut seorang yeoja tua disana.
“ibu.. cucumu bukan hanya mereka berdua, Donghae juga..” Donghae menundukkan kepalanya mendengar percakapan appa dan halmonienya.
“dia bukan anak kandungmu Kim, dia hanya anak dari pengawalmu yang berselingkuh dengan isterimu..”
“ibu.. jangan bilang itu..”
“wae? Ibu benar kan? Untuk apa kau selalu membela anak ini? Keberadaannya saja sudah mengingatkan kita pada penghianatan isterimu itu..”
“Yesung dan Siwon juga anak dari yoeja yang ibu sebut sebagai penghianat..” ujar tuan Kim “jadi jangan bedakan mereka, ibu sudah tahu kebenarannya sejak lama mengapa masih menganggap kebohongan itu sebagai kebenaran?”
“apa maksud appa?” Yesung menyahut mereka
“baiklah, sepertinya ini harus di akhiri,, appa pikir ini sudah selesai dari dulu tapi halmonie kalian belum menganggapnya selesai..” tuan Kim mengambil napas panjang. Donghae sedikit takut dengan apa yang akan dikatakan appanya.
“Donghae itu dongsaeng kandung kalian, anak appa dan umma.. appa sudah melakukan tes DNA waktu Donghae sakit 4 tahun yang lalu. Kebetulan Appa bertemu dengan dokter yang dulu membantu kelahiran Donghae. dia mengatakan kalau umma kalian sakit keras dan kondisinya sangat lemah waktu itu, umma kalian banyak pikiran. Saat itu tidak ada jalan lain, Donghae harus lahir prematur karena kandungan umma sudah tidak kuat lagi. appa menyesal tidak disana karena tuduhan yang selama ini kalian dengar..”
“umma berselingkuh dengan pengawal kepercayaannya?” tambah Siwon
“ne, saat umma membutuhkan appa tidak disana.. umma harus di operasi waktu itu.. setelah ia berhasil melahirkan Donghae, sepertinya umma sudah tidak bisa bertahan lagi.. umma kalian meninggal sebelum appa meminta maaf. Belakangan appa tahu kalau Donghae benar-benar anak kandung appa, pengawal kepercayaan itu bahkan tidak pernah menyentuh umma sedikitpun..”
Hiks..hiks… tiba-tiba terdengar suara isakan dari Donghae “jadi aku benar anak appa?”
“Ne Hae-ah..”
“lalu kalau kalian sudah tahu, kenapa halmonie membenciku?”
“ani Hae-ah.. halmonie hanya kesal dengan umma kalian, jadi ia melampiaskan itu padamu.. apalagi dulu kau dirawat oleh harabonie dan halmonie dari umma, jadi kami tidak bisa merawatmu yang waktu itu sangat lemah. Kau lahir prematur dan itu membuat mereka tidak memperbolehkan kami merawatmu.. karena mereka takut kami menyakitimu. Sampai usiamu 3 tahun, mereka meninggal dan kami membawamu kemari..”
“jadi, halmonie tidak membenciku?” Donghae beralih pada halmonienya.
“aku membencimu.. karena kau kami harus menanggung malu atas rumor itu, perusahaan hampir bangkrut karena beberapa klien tidak mau bekerjasama dengan kami.. kau menghancurkan kebahagiaan dan nama baik kami.. itu kenapa aku tidak ingin kau mendapatkan bagian di perusahaan ini..”
“aku tidak menginginkan semua itu.. aku hanya ingin kalian bisa menerimaku itu saja sudah cukup..”
“aku yang tidak menginginkanmu.. kau benar-benar membuatku harus menanggung kesalahanmu.. dengar Donghae, aku sangat membencimu.. dan jangan panggil aku halmonie..”
“IBU… jangan mengucapkan itu pada Donghae.. dia sama sekali tidak tahu apa-apa..” bela tuan Kim. Bagaimana bisa ibunya menyalahkan Donghae yang bahkan dia sendiri tidak tahu apa-apa, dia yang tidak tahu masalah ini.
Siwon dan Yesung semenjak tadi mereka diam mendengar percakapan itu. Antara bingung dan tidak ingin ikut campur urusan appa dan halmonienya.
“mianhamnida…” kata terakhir yang bisa diucapkap Donghae sebelum ia meninggalkan tempat itu.
“Donghae…” panggil tuan Kim. Namun ia tak menghiraukan. Hatinya terlanjur sakit dengan ucapan halmonie.
…………………………………………………………
Donghae tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan keadaan ini. Ia tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebelumnya. Kalaupun ia harus lahir waktu itu kenapa Tuhan tidak memanggilnya saja agar ia bisa selalu dengan ummanya. Kenapa Tuhan memberinya kesempatan dalam keadaannya yang lemah.
“Hyung…..” ia butuh ketiga hyungnya di waktu seperti ini. Segera ia keluar dari bis yang mengantarnya ke tempat Leeteuk. Itu satu-satunya tujuan yang ada di pikirannya.
Donghae berlari dan berhambur ke pelukan Leeteuk yang tengah melayani tamu-nya di coffe café.
“Donghae? waeyo? Gwaenchana?” tanya Leeteuk yang setengah terkejut melihat adiknya sudah menangis di belakang punggungnya. Leeteuk memutar arah menghadap Donghae merangkulnya dan mengajaknya ke tempat yang lebih tenang. Ia mendudukkan Donghae di sofa putih miliknya masih sambil mengusap lembut punggung namja itu.
“ceritakan..”
“kebenaran… aku ini anak appa dan umma. Hanya rumor kalau umma itu berselingkuh.. tapi mereka tetap tidak menerimaku hyung. Mereka menganggap aku penyebab semua ini.. penyebab nama baik perusahaan dan keluarga hancur..” Leetek menarik Donghae dalam pelukannya erat, membiarkan namja itu tetap bercerita “aku tidap pernah minta untuk dilahirkan hyung.. kalau boleh memilih lebih baik aku tidak ada saja..” Donghae makin terisak di pelukan Leeteuk.
“jangan katakan itu Hae.. dengar, kau dongsaeng kami.. Tuhan mengutusmu untuk menjadi malaikat buatku, Kangin dan Shindong.. kau punya kami saeng..”
“saranghae hyung.. gajjima,,”
“ne, kami akan terus bersamamu.. kami akan menjagamu..” Leeteuk mengacak pucuk kelapa Donghae “uljjima…”
Donghae bukannya diam malah makin terisak di pelukan Leeteuk. Ia semakin membenamkan kepalanya di dada Leeteuk. Hingga beberapa menit kemudian, Leeteuk merasa Donghae sudah tenang. Di tengoknya dongsaengnya itu yang kini tertidur.. senyum Leeteuk terkembang..
“mwo? kau selalu cepat tertidur seperti ini? kau lelah Hae.. tidurlah..” Leeteuk membaringkan Donghae di sofa putih itu dan menyelimutinya dengan jaketnya.
…………………………………………………….
“Leeteuk ssi… dia bersamamu?”
“Ne, kau tidak perlu kuatir.. kami akan menjaganya” jawab Leeteuk
“aku cemas saat ia berlari tiba-tiba.. dan ini satu-satunya tempat yang membuatnya nyaman jadi aku yakin dia pasti ke sini.. paling tidak Tuan Kim akan tenang bila tahu Donghae aman..”
“apa maksudmu? Tentu dia akan aman disini..”
“perlu kau tahu, ada bahaya yang mengincar keluarga dan perusahaan Kim.. Donghae sama sekali tidak tahu dan tidak terlibat, tapi orang-orang licik itu bisa saja mencelakai Donghae sebagai senjata..” terang Heechul pengawal Donghae “untuk itu tolong jaga dia..” ia membungkuk 90 derajat di depan Leeteuk.
“tenang saja, aku dan dongsaengku akan selalu menjaga Donghae..”
“ne, aku percaya.. kansamhanmida.. kalau begitu aku titip tuan muda pada kalian..” pamit Heechul kemudian.
………………………………………………..
Kangin menggendong Donghae ke kamarnya dan membaringkan adiknya dengan pelan. Leeteuk menghubunginya tadi setelah Heechul menemuinya. Tidak ada yang lebih penting untuk saat ini kecuali adik mereka. Entahlah, apa yang membuat mereka begitu menyayangi namja manja itu sebagai maknae.
“hyung, bukankah dia tidur terlalu lama?”
“arra.. tapi aku tidak tega membangunkannya Kangin-ah.. kita biarkan dulu, mungkin sebentar lagi dia akan bangun..” ujar Leeteuk.
“umma… umma gajima…!!” Donghae tersentak dengan mimpinya membuatnya harus membuka mata dan terbangun. Kangin dan Leeteuk yang hampir keluar kamarnya juga terkejut dengan hal itu.
“waeyo saeng?” tanya Leeteuk.
“aku mimpi hyung…” jawab Donghae lemas.
“kau terlalu lama tidur.. irroena.. kita makan..” ajak Kangin.
“tidak ada yang mencariku hyung?” Donghae bertanya lain “mereka pasti tidak mencariku kan? Aku benar tidak diharapkan oleh mereka? Kenapa aku harus ada hyung?” manik matanya kembali berkaca.
“jangan berpikir aneh-aneh.. kau tahu kami sangat menyayangimu?”
“tapi aku bukan dongsaeng kandung kalian..”
“apa itu penting?” seru Kangin “aku dan Shindong juga bukan dongsaeng kandung Leeteuk hyung.. kita tinggal bersama disini, tidak akan ada yang mengubah kasih sayang kami padamu Hae.. kau akan tetap jadi maknae kami apapun yang terjadi.. arraeso??” suara Kangin sedikit meninggi.
Donghae mengagguk pelan “hyung… aku lapar, gendong aku ke bawah!!” serunya tiba-tiba dan bergelayut di punggung Kangin.
“Yak! Kau bukan anak kecil lagi..” dan selalu seperti ini kalau dia sedang manja. Mereka sudah tahu kebiasaannya.
“tidak peduli, pokoknya gendong aku kalau tidak aku tidak mau makan!” ia makin mengeratkan lingkaran tangannya pada Kangin yang akhirnya terpaksa menggendongnya ke luar kamar. Leeteuk tertawa kecil melihat adiknya seperti itu. Tidak ada kebahagiaan lain selain melihat senyum dan manja dari mereka. Selelah apapun ia akan hilang dalam sekejab bila ada mereka yang menghiasi harinya. Satu alasan lagi untuk tetap bertahan hidup yaitu karena mereka.
TBC
Sabtu, 16 September 2017
House to Home [3]
Part 3
“hyuuuuuunnggg…….” Donghae menghampiri Kangin dan memeluknya di tengah latihan taekwondo-nya. Sontak semua orang menatapnya tajam.
“lepaskan Hae.. kau mau kita jadi tontonan?”
“mwo?” pandangan Donghae berkeliling, ia baru sadar kalau hyungnya sedang latihan dan banyak teman-teman Kangin melihat hal itu “mianhae hyung…” ia membungkukkan badannya 90 derajat dan tawa riuh terdengar begitu saja.
“Donghae-ah.. sebaiknya kau tunggu kami disana.. bersama Kibum..” ujar Sungmin menghampiri.
“Kibum? Nugu hyung?”
“dongsaengku.. dia baru pindah kesini tadi pagi.. itu disana..” Sungmin menunjuk ujung ruangan itu.
“aaah, baiklah Sungmin hyung…” Donghae pasrah “Kangin hyung, kalahkan dia….” Bisik Donghae pada Kangin agak keras sehingga Sungmin masih mendengarnya.
“tidak semudah itu Hae..” sahut Sungmin
“ah, arra..arra…” ia meninggalkan mereka dan mendekati Kibum.
………………………………………………….
“namamu Kibum? Aku Donghae…” Donghae mengulurkan tanganya pada namja yang duduk di pojok ruangan itu.
“eeooh?” Kibum menatapnya heran.
“aigo.. kenapa kau diam saja?”
“ehm?”
“yak, jangan hanya eeoohh atau hem saja.. bicaralah sesuatu!!” Donghae menepuk bahu Kibum pelan “kau mau minum?” ditawarkannya sekaleng minuman pada Kibum.
“gumawo….” Katanya datar meraih kaleng itu dari tangan Donghae “darimana kau tahu namaku?”
“Sungmin hyung… dia menyuruhku kesini..” Donghae mengerucutkan bibirnya. Kibum terkikik dengan tingkahnya.
“waeyo? Kau tidak suka duduk disini?”
“ani, aku hanya bosan saja kalau disuruh menunggu tanpa melakukan apapun..” ujarnya “kau… itu apa?” Donghae melihat sesuatu di laptop Kibum.
“aku sedang membuat lagu.. kau mau dengar?” Kibum menawarkan earphonenya
“boleh..” seketika wajah namja itu ceria.
…………………………………………………..
“mwo.. ini hebat Kibum-ah.. kapan-kapan akan ku kenalakan kau pada Hyukjae dan Kyuhyun!!”
“nugu?”
“mereka sahabatku.. Kyuhyun suka sekali menyanyi.. Hyukjae suka dengan dance, kalau mendengar lagu ini pasti mereka akan memintanya darimu..”
“mwo?”
“iya, Kyuhyun akan memintanya untuk bisa menyanyikannya.. Hyukjae, dia akan segera mencari gerakan dance.. apalagi ini musim kompetisi seni musik.. eoh ya, kau… baru pindah kan? Bagaimana kalau kau masuk universitas yang sama dengan kami? Aku bisa membantumu bicara pada Sungmin hyung…” kata Donghae panjang lebar..
Kibum hanya tersenyum, namja yang baru dikenalnya ini cukup menarik perhatiannya “kau banyak sekali bicara, tidak bisakah satu-satu?”
“ah, mianhae.. aku terlalu senang punya teman baru..”
“DONGHAE…. kita pulang!!” teriak Kangin seketika.
“mwo? kenapa dia harus teriak sih? Aahh.. Kibumie.. kita ngobrol lagi lain kali. Aku pulang dulu.. Kangin hyung sudah seperti monster..!!” pamitnya pada Kibum.
========================
Pagi yang tak jauh berbeda dari biasanya, tapi pagi ini Leeteuk sudah bagun lebih cepat. Ia ingin hari ini benar-benar menjadi hari spesial buat dongsaeng kecilnya. Semua sudah siap, Shindong dan Kangin menatapnya penuh heran. Meja makan begitu spesial hari ini.
“Hyung.. kau.. masak semua ini?” tanya Shindong, bukan hanya berbinar lagi melihat masakan itu tapi sudah tak sabar menghabiskannya.
“ne, aku akan bangunkan Donghae dulu.. ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-19 bukan?”
“ne, arraseo hyung.. tapi ini tidak terlalu..??”
“ani Kangin-ah..” Leeteuk sudah melangkah ke kamar Donghae dengan semangatnya.
Namja yang dimaksudnya ternyata masih tenggelam mengubur diri dalam selimut tebalnya dengan hangat di dipelukan nemo. Deru napas teratur terdengar di diruangan itu. Perlahan, Leeteuk memperhatikan dongsaengnya dengan tenang. Donghae tidak berubah dari dulu, namja itu tetap manis dan polos kalau tidur. Tak mau menunggu lama ia singkapkan selimut Donghae dan digoyangnya pelan tubuh dang dongsaeng.
“Hae-ah.. bangun.. kau tidak kuliah?”
“eeuuhhgg.. hyung, aku bolos hari ini..” lirinya
“wae?? Kau tidak sakit kan?” tidak ada jawaban darinya, tapi ia merubah posisi hingga menghadap Leeteuk. Bisa dilihat diwajahnya kini.. sembab dan sepertinya.. ia menangis semalaman.
“waeyo saeng? Hari ini hari yang menyenangkan seharusnya.. palli, irroena..” di usapnya lembut kening Donghae.
“hyung… bisa antar aku ke makam umma?”
Deeggghh… inilah kekuatiran yang disembunyikan Leeteuk sebelumnya. Sejak Donghae bertengkar dengan Siwon kemarin, Leeteuk takut anak itu membenci ummanya.. umma yang melahirkannya dan meninggalkannya di hari kelahirannya juga..
“ne, nanti hyung temani.. sekarang bangun dan sarapan. Kau tahu, hyung membuat makanan spesial buatmu hari ini.. saengilchukae saeng..” Leeteuk mengecup kening Donghae.
“hyung, apa itu masih perlu? Aku aku boleh bahagia atas hari ini? Ini hari kematian umma juga kan?” tersirat kesedihan di wajah Donghae.
“ne, tentu saja! Kau harus bahagia.. bahagia karena ummamu membuatmu hadir di dunia ini, dan menjadi dongsaeng kami.. sekalipun ia pergi, setidaknya itulah perjuangan besar yang sudah dilakukannya.. harusnya kau bahagia dengan itu.. itu adalah hari perjuangan umma..”
Donghae terdiam, ia bangkit dan memeluk Leeteuk erat..
“kajja hyung.. aku lapar.. tidak usah mandi ne, dan.. gendong aku!!” kata Donghae manja.
“Yak!! Kenapa masih manja? Kau sudah besar Hae.. badanmu hampir sama dengan Kangin dan Shindong!” teriak Leeteuk.
“hyung.. kau berlebihan.. aku bahkan sangat kurus bukan?” ya, Leeteuk ingin mengatakan itu sebenarnya. Donghae memang terlihat kurus..
“arra..arra… kajja..!!” ia menyediakan punggungnya pada Donghae, dan namja ikan itu tak menunggu lama untuk di gendong hyungnya.
…………………………………………………………….
Donghae meletakkan setangkai bunga di makam ummanya. Kepalanya terus menunduk menahan air mata yang ingin jatuh. Leeteuk menemaninya kali ini, tidak sendiri tapi Kangin dan Shindong juga. Mereka sepakat menemani Donghae seharian penuh.. sebagai kado ulangtahunnya.
“aku tidak membenci umma karena melahirkanku.. karena aku punya tiga orang hyung yang hebat sekarang.. aku juga tidak menyalahkan umma jika yang dikatakan Siwon hyung benar, aku tidak peduli dengan itu umma.. karena aku tidak tahu apapun, yang aku tahu kalau umma pasti menyayangiku kan? Buktinya umma berkorban demi aku.. aku sayang umma sekalipun kita belum sekalipun bertemu..”
Ketiga hyungnya hanya bisa diam, sungguh.. Donghae adalah anak yang kuat dan hebat atau terlalu baik dan polos mungkin. Mereka tak habis pikir kenapa hyung dan halmonie-nya justru menyiakan keberadaan anak seperti dia. Bahkan appanya tidak pernah mau tahu soal Donghae sekalipun ia tak membencinya.
“ajjuma… aku akan menjaga Donghae.. tidak akan kubiarkan dia sakit lagi..” batin Leeteuk
“aku janji Hae.. akan selalu melindungimu..” Kangin dalam hati
“kau adalah dongsaengku, selamanya dan apapun itu..” Shindong berkata dalam diam.
Donghae berdiri dan mendekat pada hyungnya “kita pulang hyung..”
“ne Hae-ah..”
……………………………………………………
Mobil itu mulai menjauh kini. Leeteuk dan Kangin duduk di depan, Donghae dan Shindong di belakang. Donghae menyandarkan kepalanya pada bahu Shindong.
“hyung… aku pusing..”
“Hae.. jangan bergurau.. ini ulang tahunmu jadi kau tidak boleh sakit..” ujar Kangin di belakang kemudi. Shindong meletakkan punggung tangannya di kening Donghae mencoba mengecek suhu tubuhnya.
“Hae.. kau demam..”
“dingin hyung….” Donghae sudah memejamkan mata sekarang, bibirnya mulai pucat. Leeteuk tak berlama lagi, ia melepas jaketnya dan menyuruh Shindong menyelimuti Donghae.
“Kangin-ah.. langsung ke rumah sakit..” pintanya pada Kangin.
“mwo? aahh.. ne hyung…” Kangin mempercepat laju mobilnya. Shindong memeluk Donghae memberi kehangatan pada dongsaengnya yang kini sudah terlihat sangat lemas. Donghae drop dalam seketika. Ia tak bisa lagi merasakan apapun di sekitarnya.
………………………………………………..
Rumah sakit..
Kangin mengangkat tubuh Donghae yang entah tidur atau pingsan itu.. mereka segera masuk dan mencari dokter..
……………………………………………….
Kamar rawat..
Infuse sudah melekat di tangan kirinya. Matanya masih saja tertutup sejak dalam perjalanan tadi. Leeteuk, Shindong dan Kangin tak beranjak sedikitpun dari ruangan itu. Dilihatnya dongsaengnya yang kini terbaring dengan lemah di ranjang itu.
“Hae…” panggil Leeteuk ketika jermari Donghae mulai bergerak. Ia membuka matanya perlahan dan merasa asing dengan tempat itu.
“ini dimana hyung?”
“di rumah sakit.. gwaenchana? Kau merasa ada yang sakit?” tanya Kangin
“ani.. tapi aku pusing hyung…”
“ne, arraseo.. kalau begitu istirahatlah.. kami disini..” Shindong mengusap pelan kening dongsengnya. Dan Donghae menggenggam tangan Leeteuk erat kemudian ia memejamkan mata lagi, tidur..
“tadi apa kata uisa hyung?” tanya Shindong pada Leeteuk setelah Donghae tertidur pulas.
“anemianya kambuh.. tapi sebenarnya fisik Donghae baik-baik saja. Uisa bilang, ia banyak pikiran.. dan satu lagi yang sedikit membuatku bingung..”
“apa?” Kangin penasaran
“uisa yang memeriksanya adalah dokter pribadi keluarga Kim, ia mengatakan Donghae akan sering seperti ini karena dia lahir prematur..”
“prematur?”
==================================
Kyuhyun dan Hyukjae datang menjenguk Donghae sore itu.
“Hyuk.. kau bawa makanan? Aku lapar dan aku tidak suka makan rumah sakit..”
“tentu saja, ini.. aku membawakanmu soup..” Hyukjae memberinya semangkuk soup.
“Hae, kau harus segera sembuh.. kau tahu rasanya sepi kalau kau tidak ada!” ujar Kyuhyun.
“aku tidak sakit kalian tahu? Hyungku saja yang berlebihan membawaku kemari..”
“YAK!! Apa kau bilang?” Kangin tiba-tiba masuk “seperti itu bilang tidak sakit? Usia bahkan mengatakan kalau kau sangat drop..!!”
“aaiisshh.. appo hyung..” teriak Donghae mendapat pukulan kecil di kepalanya.
“nah, kau bilang appo kan?” Kangin tersenyum senang.
“aaiishh!!” Donghae mengerucutkan mulutnya “Sungmin hyung.. Kibum? Kalian datang?” ia mengalihkan pandanganya pada dua orang di belakang Kangin.
“ne Hae, tadi Kangin bilang kau sakit jadi kami kesini menjengukmu..”
“gumawo hyung… aahh, Kibum.. kenalkan ini Kyuhyun dan Hyukjae yang waktu itu kubilang!!”
“Kyuhyun imnida..”
“Hyukjae imnida..”
“eeoohh.. Kibum imnida.. senang bertemu dengan kalian..” Kibum tersenyum pada keduanya.
Setelah acara perkenalan itu, kamar Donghae menjadi sangat ramai oleh celotehan Donghae, Kyuhyun dan Hyukjae. Kangin dan Sungmin sudah biasa melihat pertengkaran kecil diantara mereka. Tapi rupanya hal itu baru bagi Kibum, ia semakin tertarik untuk menjadi bagian dari persahabatan mereka.
“hyuuuuuunnggg…….” Donghae menghampiri Kangin dan memeluknya di tengah latihan taekwondo-nya. Sontak semua orang menatapnya tajam.
“lepaskan Hae.. kau mau kita jadi tontonan?”
“mwo?” pandangan Donghae berkeliling, ia baru sadar kalau hyungnya sedang latihan dan banyak teman-teman Kangin melihat hal itu “mianhae hyung…” ia membungkukkan badannya 90 derajat dan tawa riuh terdengar begitu saja.
“Donghae-ah.. sebaiknya kau tunggu kami disana.. bersama Kibum..” ujar Sungmin menghampiri.
“Kibum? Nugu hyung?”
“dongsaengku.. dia baru pindah kesini tadi pagi.. itu disana..” Sungmin menunjuk ujung ruangan itu.
“aaah, baiklah Sungmin hyung…” Donghae pasrah “Kangin hyung, kalahkan dia….” Bisik Donghae pada Kangin agak keras sehingga Sungmin masih mendengarnya.
“tidak semudah itu Hae..” sahut Sungmin
“ah, arra..arra…” ia meninggalkan mereka dan mendekati Kibum.
………………………………………………….
“namamu Kibum? Aku Donghae…” Donghae mengulurkan tanganya pada namja yang duduk di pojok ruangan itu.
“eeooh?” Kibum menatapnya heran.
“aigo.. kenapa kau diam saja?”
“ehm?”
“yak, jangan hanya eeoohh atau hem saja.. bicaralah sesuatu!!” Donghae menepuk bahu Kibum pelan “kau mau minum?” ditawarkannya sekaleng minuman pada Kibum.
“gumawo….” Katanya datar meraih kaleng itu dari tangan Donghae “darimana kau tahu namaku?”
“Sungmin hyung… dia menyuruhku kesini..” Donghae mengerucutkan bibirnya. Kibum terkikik dengan tingkahnya.
“waeyo? Kau tidak suka duduk disini?”
“ani, aku hanya bosan saja kalau disuruh menunggu tanpa melakukan apapun..” ujarnya “kau… itu apa?” Donghae melihat sesuatu di laptop Kibum.
“aku sedang membuat lagu.. kau mau dengar?” Kibum menawarkan earphonenya
“boleh..” seketika wajah namja itu ceria.
…………………………………………………..
“mwo.. ini hebat Kibum-ah.. kapan-kapan akan ku kenalakan kau pada Hyukjae dan Kyuhyun!!”
“nugu?”
“mereka sahabatku.. Kyuhyun suka sekali menyanyi.. Hyukjae suka dengan dance, kalau mendengar lagu ini pasti mereka akan memintanya darimu..”
“mwo?”
“iya, Kyuhyun akan memintanya untuk bisa menyanyikannya.. Hyukjae, dia akan segera mencari gerakan dance.. apalagi ini musim kompetisi seni musik.. eoh ya, kau… baru pindah kan? Bagaimana kalau kau masuk universitas yang sama dengan kami? Aku bisa membantumu bicara pada Sungmin hyung…” kata Donghae panjang lebar..
Kibum hanya tersenyum, namja yang baru dikenalnya ini cukup menarik perhatiannya “kau banyak sekali bicara, tidak bisakah satu-satu?”
“ah, mianhae.. aku terlalu senang punya teman baru..”
“DONGHAE…. kita pulang!!” teriak Kangin seketika.
“mwo? kenapa dia harus teriak sih? Aahh.. Kibumie.. kita ngobrol lagi lain kali. Aku pulang dulu.. Kangin hyung sudah seperti monster..!!” pamitnya pada Kibum.
========================
Pagi yang tak jauh berbeda dari biasanya, tapi pagi ini Leeteuk sudah bagun lebih cepat. Ia ingin hari ini benar-benar menjadi hari spesial buat dongsaeng kecilnya. Semua sudah siap, Shindong dan Kangin menatapnya penuh heran. Meja makan begitu spesial hari ini.
“Hyung.. kau.. masak semua ini?” tanya Shindong, bukan hanya berbinar lagi melihat masakan itu tapi sudah tak sabar menghabiskannya.
“ne, aku akan bangunkan Donghae dulu.. ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-19 bukan?”
“ne, arraseo hyung.. tapi ini tidak terlalu..??”
“ani Kangin-ah..” Leeteuk sudah melangkah ke kamar Donghae dengan semangatnya.
Namja yang dimaksudnya ternyata masih tenggelam mengubur diri dalam selimut tebalnya dengan hangat di dipelukan nemo. Deru napas teratur terdengar di diruangan itu. Perlahan, Leeteuk memperhatikan dongsaengnya dengan tenang. Donghae tidak berubah dari dulu, namja itu tetap manis dan polos kalau tidur. Tak mau menunggu lama ia singkapkan selimut Donghae dan digoyangnya pelan tubuh dang dongsaeng.
“Hae-ah.. bangun.. kau tidak kuliah?”
“eeuuhhgg.. hyung, aku bolos hari ini..” lirinya
“wae?? Kau tidak sakit kan?” tidak ada jawaban darinya, tapi ia merubah posisi hingga menghadap Leeteuk. Bisa dilihat diwajahnya kini.. sembab dan sepertinya.. ia menangis semalaman.
“waeyo saeng? Hari ini hari yang menyenangkan seharusnya.. palli, irroena..” di usapnya lembut kening Donghae.
“hyung… bisa antar aku ke makam umma?”
Deeggghh… inilah kekuatiran yang disembunyikan Leeteuk sebelumnya. Sejak Donghae bertengkar dengan Siwon kemarin, Leeteuk takut anak itu membenci ummanya.. umma yang melahirkannya dan meninggalkannya di hari kelahirannya juga..
“ne, nanti hyung temani.. sekarang bangun dan sarapan. Kau tahu, hyung membuat makanan spesial buatmu hari ini.. saengilchukae saeng..” Leeteuk mengecup kening Donghae.
“hyung, apa itu masih perlu? Aku aku boleh bahagia atas hari ini? Ini hari kematian umma juga kan?” tersirat kesedihan di wajah Donghae.
“ne, tentu saja! Kau harus bahagia.. bahagia karena ummamu membuatmu hadir di dunia ini, dan menjadi dongsaeng kami.. sekalipun ia pergi, setidaknya itulah perjuangan besar yang sudah dilakukannya.. harusnya kau bahagia dengan itu.. itu adalah hari perjuangan umma..”
Donghae terdiam, ia bangkit dan memeluk Leeteuk erat..
“kajja hyung.. aku lapar.. tidak usah mandi ne, dan.. gendong aku!!” kata Donghae manja.
“Yak!! Kenapa masih manja? Kau sudah besar Hae.. badanmu hampir sama dengan Kangin dan Shindong!” teriak Leeteuk.
“hyung.. kau berlebihan.. aku bahkan sangat kurus bukan?” ya, Leeteuk ingin mengatakan itu sebenarnya. Donghae memang terlihat kurus..
“arra..arra… kajja..!!” ia menyediakan punggungnya pada Donghae, dan namja ikan itu tak menunggu lama untuk di gendong hyungnya.
…………………………………………………………….
Donghae meletakkan setangkai bunga di makam ummanya. Kepalanya terus menunduk menahan air mata yang ingin jatuh. Leeteuk menemaninya kali ini, tidak sendiri tapi Kangin dan Shindong juga. Mereka sepakat menemani Donghae seharian penuh.. sebagai kado ulangtahunnya.
“aku tidak membenci umma karena melahirkanku.. karena aku punya tiga orang hyung yang hebat sekarang.. aku juga tidak menyalahkan umma jika yang dikatakan Siwon hyung benar, aku tidak peduli dengan itu umma.. karena aku tidak tahu apapun, yang aku tahu kalau umma pasti menyayangiku kan? Buktinya umma berkorban demi aku.. aku sayang umma sekalipun kita belum sekalipun bertemu..”
Ketiga hyungnya hanya bisa diam, sungguh.. Donghae adalah anak yang kuat dan hebat atau terlalu baik dan polos mungkin. Mereka tak habis pikir kenapa hyung dan halmonie-nya justru menyiakan keberadaan anak seperti dia. Bahkan appanya tidak pernah mau tahu soal Donghae sekalipun ia tak membencinya.
“ajjuma… aku akan menjaga Donghae.. tidak akan kubiarkan dia sakit lagi..” batin Leeteuk
“aku janji Hae.. akan selalu melindungimu..” Kangin dalam hati
“kau adalah dongsaengku, selamanya dan apapun itu..” Shindong berkata dalam diam.
Donghae berdiri dan mendekat pada hyungnya “kita pulang hyung..”
“ne Hae-ah..”
……………………………………………………
Mobil itu mulai menjauh kini. Leeteuk dan Kangin duduk di depan, Donghae dan Shindong di belakang. Donghae menyandarkan kepalanya pada bahu Shindong.
“hyung… aku pusing..”
“Hae.. jangan bergurau.. ini ulang tahunmu jadi kau tidak boleh sakit..” ujar Kangin di belakang kemudi. Shindong meletakkan punggung tangannya di kening Donghae mencoba mengecek suhu tubuhnya.
“Hae.. kau demam..”
“dingin hyung….” Donghae sudah memejamkan mata sekarang, bibirnya mulai pucat. Leeteuk tak berlama lagi, ia melepas jaketnya dan menyuruh Shindong menyelimuti Donghae.
“Kangin-ah.. langsung ke rumah sakit..” pintanya pada Kangin.
“mwo? aahh.. ne hyung…” Kangin mempercepat laju mobilnya. Shindong memeluk Donghae memberi kehangatan pada dongsaengnya yang kini sudah terlihat sangat lemas. Donghae drop dalam seketika. Ia tak bisa lagi merasakan apapun di sekitarnya.
………………………………………………..
Rumah sakit..
Kangin mengangkat tubuh Donghae yang entah tidur atau pingsan itu.. mereka segera masuk dan mencari dokter..
……………………………………………….
Kamar rawat..
Infuse sudah melekat di tangan kirinya. Matanya masih saja tertutup sejak dalam perjalanan tadi. Leeteuk, Shindong dan Kangin tak beranjak sedikitpun dari ruangan itu. Dilihatnya dongsaengnya yang kini terbaring dengan lemah di ranjang itu.
“Hae…” panggil Leeteuk ketika jermari Donghae mulai bergerak. Ia membuka matanya perlahan dan merasa asing dengan tempat itu.
“ini dimana hyung?”
“di rumah sakit.. gwaenchana? Kau merasa ada yang sakit?” tanya Kangin
“ani.. tapi aku pusing hyung…”
“ne, arraseo.. kalau begitu istirahatlah.. kami disini..” Shindong mengusap pelan kening dongsengnya. Dan Donghae menggenggam tangan Leeteuk erat kemudian ia memejamkan mata lagi, tidur..
“tadi apa kata uisa hyung?” tanya Shindong pada Leeteuk setelah Donghae tertidur pulas.
“anemianya kambuh.. tapi sebenarnya fisik Donghae baik-baik saja. Uisa bilang, ia banyak pikiran.. dan satu lagi yang sedikit membuatku bingung..”
“apa?” Kangin penasaran
“uisa yang memeriksanya adalah dokter pribadi keluarga Kim, ia mengatakan Donghae akan sering seperti ini karena dia lahir prematur..”
“prematur?”
==================================
Kyuhyun dan Hyukjae datang menjenguk Donghae sore itu.
“Hyuk.. kau bawa makanan? Aku lapar dan aku tidak suka makan rumah sakit..”
“tentu saja, ini.. aku membawakanmu soup..” Hyukjae memberinya semangkuk soup.
“Hae, kau harus segera sembuh.. kau tahu rasanya sepi kalau kau tidak ada!” ujar Kyuhyun.
“aku tidak sakit kalian tahu? Hyungku saja yang berlebihan membawaku kemari..”
“YAK!! Apa kau bilang?” Kangin tiba-tiba masuk “seperti itu bilang tidak sakit? Usia bahkan mengatakan kalau kau sangat drop..!!”
“aaiisshh.. appo hyung..” teriak Donghae mendapat pukulan kecil di kepalanya.
“nah, kau bilang appo kan?” Kangin tersenyum senang.
“aaiishh!!” Donghae mengerucutkan mulutnya “Sungmin hyung.. Kibum? Kalian datang?” ia mengalihkan pandanganya pada dua orang di belakang Kangin.
“ne Hae, tadi Kangin bilang kau sakit jadi kami kesini menjengukmu..”
“gumawo hyung… aahh, Kibum.. kenalkan ini Kyuhyun dan Hyukjae yang waktu itu kubilang!!”
“Kyuhyun imnida..”
“Hyukjae imnida..”
“eeoohh.. Kibum imnida.. senang bertemu dengan kalian..” Kibum tersenyum pada keduanya.
Setelah acara perkenalan itu, kamar Donghae menjadi sangat ramai oleh celotehan Donghae, Kyuhyun dan Hyukjae. Kangin dan Sungmin sudah biasa melihat pertengkaran kecil diantara mereka. Tapi rupanya hal itu baru bagi Kibum, ia semakin tertarik untuk menjadi bagian dari persahabatan mereka.
TBC
Rabu, 16 Agustus 2017
House to Home [2]
Part 2
Shindong menatap makanan di depannya dengan mata yang berbinar. Ia tak sabar lagi untuk menyantapnya kalau bukan karena cegahan dari Leeteuk yang menyuruhnya untuk menunggu Kangin pulang. Padahal ia dan Donghae sudah duduk di depan meja itu hampir sepuluh menit yang lalu. Sesekali ia menggerutu mendengar detak jam diding begitu cepat berlalu..
“huh… aku pulang…!!” suara itu begitu memberi energi bagi Shindong
“kau lama sekali hyung? Aku hampir mati kelaparan disini..”
“mwo? apa hubungannya denganku?” Kangin belum mengerti
“kami boleh makan kalau kau sudah pulang hyung…” ujar Donghae disertai anggukan keras dari Shindong “Dong hyung hampir kurus menunggumu!!”
“mwo? haha…” Kangin tertawa mendengarnya “bagus kalau kau bisa kurus Shindong-ah..” ia tak menunggu lama lagi lalu duduk disamping Donghae. Leeteuk yang mendengar percakapan mereka segera bergabung bersama dongsaengnya.
“sudah boleh makan hyung?” tanya Shindong.
“ne, makanlah…” jawabnya dan ia melihat binar mata kebahagiaan di wajah Shindong “kau juga harus makan yang banyak Hae-ah..”
“ne, hyung…”
…………………………………………………
Sesekali masih terdengar ia batuk ringan dan memijat kepalanya. Namja itu duduk di kursi tengah, menyalakan TV tapi sepertinya tidak dilihat sama sekali. Pandangan matanya seolah kosong..
“Hae-ah.. waeyo?” suara itu tak mampu membuatnya kembali pada kesadaran. Ia masih menatap kosong ke depan membuat sang pemanggil cemas. Ia memutuskan untuk duduk disebelahnya dan mengusap pelan bahunya “Donghae…”
“eeooh, hyung?”
“waeyo Hae?” Kangin yang dipanggil hyung itu menatap lekat adiknya. Tapi tidak ada jawaban malah ia membenamkan kepalanya di dada Kangin dan terisak disana dalam sekejab. Tak ada juga yang bisa dilakukan Kangin selain membiarkannya dan mengusap punggung itu dengan lembut.
Leeteuk dan Shindong yang tadi membereskan dapur segera menghampiri keduanya setelah dengan samar didengarnya isak yang pilu itu. Mereka bertiga, tidak pernah secemas ini sebelumnya pada Donghae. Dongsaeng yang ceria, hiperaktiv dan manja itu hari ini sangat rapuh dimata mereka. Mereka lebih suka melihat Donghae yang membuat tingkah konyol atau bertengkar dengan Shindong daripada harus melihatnya seperti ini. Sejak dari Kangin yang menemukannya pingsan kemarin, Donghae sedikit berubah.. menjadi lebih pendiam dan penurut..
“Hae…” Leeteuk mengusap acak rambutnya.
“hyung, aku ingin menjadi dongsaeng kalian selamanya.. aku ingin tinggal disini bersama kalian..” Donghae berbicara kemudian.
“ada apa Hae-ah? Kau itu memang dongsaeng kami.. dan kau tinggal bersama kami..” sahut Shindong.
“aku mengerti kenapa Halmonie, Yesung hyung dan Siwon hyung tidak menyayangiku… karena aku bukan anak umma dengan appa, tapi dengan orang lain..” lirihnya
“mwo? apa kau bilang?”
“ne, kemarin aku bertengkar dengan Siwon hyung..”
=======Flashback on=========
Donghae masuk kamar Siwon dengan perlahan tanpa mengetuk pintu. Ia tahu sekalipun puluhan kali ia mengedor pintu itu tidak akan dibuka oleh penghuninya.
“kau… kenapa masuk kamarku?”
“aku dongsaengmu hyung, salahkan jika aku ingin masuk kamarmu..”
“ne, salah!! tidak punyakah sedikit sopan santun?”
“ah, mianhae hyung.. tidak akan ku ulangi lagi.. aku, hanya merindukanmu hyung…” jawabnya seraya memeluk Siwon. Tapi apa yang di dapat? Siwon mendorong tubuhnya menjauh dan mengusirnya dari kamar itu.
“pergi Hae… dan jangan pernah memelukku seperti itu..”
“waeyo hyung? Aku tahu kau normal hyung…” Donghae tertawa pelan “tapi kita kan saudara, apa salahnya eeooh?”
“siapa yang saudara? Kau bukan dongsaengku..” datar Siwon
“mwo? waeyo hyung berkata seperti itu? Kalau hyung berkata seperti itu hanya karena tidak ingin perusahaan appa di bagi tiga denganku, aku tersinggung. Aku tidak butuh apapun hyung.. aku hanya butuh kalian..” ujar Donghae mengingat itulah yang diributkan di keluarga itu dari dulu.
Donghae tidak berminat dengan bisnis dan perusahaan keluarganya, ia ingin mencari hal lain. Tapi sejak mereka kecil, sang appa selalu menuntutnya untuk belajar di bidang yang sesuai dengan bisnis itu. Donghae sering kabur dari aturan yang baginya sangat menyiksa. Mengikuti pertemuan dengan rekan kerja, mengikuti aturan sebagai seorang pangeran yang harus menjaga image dan selalu bersikap hati-hati pada orang lain. Donghae seringkali tertekan dengan hal itu dan membuatnya nekat pergi dari rumah sama seperti kejadian 4 tahun yang lalu yang membawanya bertemu dengan Leeteuk, Kangin dan Shindong.
Kelakuan Donghae bukan rahasian lagi bagi keduan hyungnya, mereka malah senang jika dongsaeng mereka tidak dirumah.
“tapi kami tidak membutuhkanmu!!”
“sebenarnya kenapa hyung? Kenapa hyung dan Yesung hyung selalu kasar padaku?”
“sudah kubilang, kau bukan dongsaeng kami.. kau memang anak umma, tapi bukan anak appa.. umma menjadi bahan cemooh karenamu.. umma meninggal juga karena melahirkanmu..” suara Siwon meninggi.
Donghae kaku mendengarnya “m..mwwo?? apa maksudnya hyung?”
“ne, akan ku jelaskan sekarang!! umma menyembunyikan kehamilannya bersama pria lain yang adalah pengawal umma sebelumnya dan mengaku bahwa kau adalah anak appa.. dan umma meninggal karenamu.. umma berkorban untuk anaknya yang bukan dengan appa..”
“aa..ani hyung!! Itu tidak benar!! Umma tidak seperti itu.. aku anak appa juga!!” Donghae mulai terisak
“terserah kau saja, tapi sekarang kau tahu kan alasan kami dan halmonie membencimu.. kau menghancurkan keluarga kecil kami.. karenamu Hae.. umma meninggalkan aku dan Yesung hyung.. karenamu, appa harus kehilangan orang yang disayanginya.. karenamu juga halmonie harus menanggung malu atas anaknya..”
“waeyo hyung? Kenapa kau katakan itu semua.. kau tahu itu bohong kan? Bagaimanapun aku dongsaeng kalian bukan?” Donghae menarik lengan Siwon dan kembali dihempaskan begitu saja oleh hyungnya.
“aku tidak akan mengatakan dua kali Hae-ah… aku tahu appa tidak menceritakan ini padamu, tapi aku tahu semuanya.. semuanya…” ujar Siwon “pergi dari kamarku sekarang dan jangan coba-coba masuk kesini.. aku membencimu.. kau sudah menghancurkan kebahagiaan yang seharusnya kami miliki..”
“aku.. menghancurkan kebahagiaan kalian?” guman Donghae lirih “jadi itu yang terjadi selama ini?”
“Ne, dan pergi sekarang juga dari kamarku.. kau membuatku menunda pekerjaan yang harusnya sudah ku selesaikan!!” bentak Siwon tanpa peduli dengan persaan Donghae saat ini.
=======Flashback off=============
Donghae tertidur pulas di pangkuan Leetuk setelah ia melepaskan semua beban pikirnya selama ini. Shindong hanya mampu menatap Donghae dengan tatapan tidak menentu. Bagaimana bisa namja seperti dia yang dikiranya sangat kuat ternyata adalah seorang namja yang rapuh. Ia tak sanggup melihat adiknya seperti itu. Kini mereka paham kenapa Donghae sangat manja dengan mereka.
“hyung, akan ku bawa dia kekamar.. aku tidak tega melihatnya tidur seperti itu.. dan sepertinya ia kedinginan..” ungkap Kangin. Ia mengangkat tubuh Donghae yang rasanya ringan baginya, membaringkan dengan nyaman di ranjang dan menyelimuti tubuh itu hingga hangat.
“tidurlah saeng… hyung akan selalu menjagamu, kalau mereka tidak peduli padamu.. kau masih punya kami yang menyayangimu.. jangan bersedih lagi Hae-ah… jaljjayo..”
===========================
“tidak ada pekerjaan bukan berarti diam dan melamun seperti ini kan?” seorang namja mengagetkannya tiba-tiba. Heechul menoleh dan nampaknya ia senang dengan kehadiran namja itu.
“Hankyung ssi… kau sendiri?”
“tentu saja aku sibuk.. Siwon banyak sekali pekerjaan dan aku harus membantunya..”
“Donghae di tempat Leeteuk beberapa hari ini, bahkan ia tidak menghubungiku lagi semenjak pertengakarannya dengan Siwon..” ungkap Heechul. Wajahnya mendadak murung mengingat Donghae. ia adalah pengawal pribadi Donghae sebenarnya, tapi anak itu seringkali tidak ingin di kawal “aku harap ia baik-baik saja..”
“kau sepertinya sangat menyayangi anak itu?”
“tentu saja.. ia tanggungjawabku.. kalau sampai ia kenapa-napa.. aku akan di pecat bukan?”
“kalau begitu kenapa tidak kau susul saja ia disana?” usul Hankyung.
“ia selalu melarangku pergi ke tempat Leeteuk. Ia bilang ia akan aman dan baik-baik saja tanpa pengawalanku disana..”
“menurutku Yesung dan Siwon sudah keterlaluan terhadapnya..”
“mwo??”
“mereka itu saudara.. haruskah bersikap seperti itu pada saudaranya sendiri? Bukankah hyung harus menjaga dongsaengnya? Yesung dan Siwon tidak pernah memikirkan perasaan Donghae.. anak itu sangat butuh perhatian bukan? Apalagi seorang umma yang tidak pernah ia ada baginya..”
Mata Heechul menyipit mendengar Hankyung “waeyo kau berkata seperti itu?”
“aku dalam posisi yang sama… umma meninggalkan kami saat Henry masih 5 tahun. Aku bertekad menjadi hyung yang baik baginya sejak itu. Apalagi appa juga sudah tidak bersama kami.. aku sangat tahu perasaan Donghae, Heechul hyung…” mata Hankyung sedikit berkaca.
“ne, arra… hem, gumawo Hankyung-ah.. aku akan menemui Donghae.. kalau Yesung dan Siwon tidak mau menjaganya, biar aku saja..” Heechul berdiri seketika dan meninggalkan Hankyung sendiri dengan tatapan bahagianya.
“semoga berhasil…” ucapnya sekalipun tak akan pernah di dengar Heechul.
======================
Yesung melangkahkan kakinya jenuh menuju ruang tengah. Pandanganya seketika berubah saat dilihatnya Halmonie duduk di sana.
“Halmonie??” serunya
“Yesung-ah.. kau sudah pulang?” senyum yeoja tua itu.
“ne, aku senang melihatmu disini… Halmonie sudah makan? Bagaimana kalau kita makan bersama?” ungkap Yesung.
“ne, tapi kita tunggu Siwon juga…” yeoja itu mengusap pipi Yesung lembut.
“Ryeowook-ah.. hubungi Hankyung, suruh Siwon pulang cepat.. Halmonie menunggu..” perintahnya pada Ryeowook yang mengekornya tadi.
“Ne, Yesung ssi…” Ryeowook mengambil ponselnya dan menghubungi Hankyung.
…………………………………………….
Siwon duduk disebalah Yesung dan menyantap makan malamnya dengan tenang. Halmonie memperhatikan kedua cucu kesayangannya dengan bangga.
“kalian sudah bekerja keras selama ini.. aku sunggu bangga pada kalian berdua..”
“ne, halmonie.. gumawoyo..” ujar Siwon
“appa kalian pasti juga akan bangga melihat kalian seperti ini.. penerus perusahaan yang bertanggungjawab..!!”
“ehm… halmonie.. bagaimana dengan Donghae?”
“YAK!! Yesung-ah.. kenapa kau bertanya soal dia? Anak itu hanya membuat keluarga kita menanggung malu.. aku lebih senang jika ia tidak ada..” jawab Halmonie sedikit keras dan marah.
“mianhae…”
“sudahlah.. sebaiknya kita makan…” lerai Siwon “halmonie,, coba yang ini pasti enak..” tawarnya.
Suasana mendadak menjadi tidak menentu dengan pertanyaan Yesung, tapi acara makan malam itu tetap berjalan.
:
:
-TBC-
Shindong menatap makanan di depannya dengan mata yang berbinar. Ia tak sabar lagi untuk menyantapnya kalau bukan karena cegahan dari Leeteuk yang menyuruhnya untuk menunggu Kangin pulang. Padahal ia dan Donghae sudah duduk di depan meja itu hampir sepuluh menit yang lalu. Sesekali ia menggerutu mendengar detak jam diding begitu cepat berlalu..
“huh… aku pulang…!!” suara itu begitu memberi energi bagi Shindong
“kau lama sekali hyung? Aku hampir mati kelaparan disini..”
“mwo? apa hubungannya denganku?” Kangin belum mengerti
“kami boleh makan kalau kau sudah pulang hyung…” ujar Donghae disertai anggukan keras dari Shindong “Dong hyung hampir kurus menunggumu!!”
“mwo? haha…” Kangin tertawa mendengarnya “bagus kalau kau bisa kurus Shindong-ah..” ia tak menunggu lama lagi lalu duduk disamping Donghae. Leeteuk yang mendengar percakapan mereka segera bergabung bersama dongsaengnya.
“sudah boleh makan hyung?” tanya Shindong.
“ne, makanlah…” jawabnya dan ia melihat binar mata kebahagiaan di wajah Shindong “kau juga harus makan yang banyak Hae-ah..”
“ne, hyung…”
…………………………………………………
Sesekali masih terdengar ia batuk ringan dan memijat kepalanya. Namja itu duduk di kursi tengah, menyalakan TV tapi sepertinya tidak dilihat sama sekali. Pandangan matanya seolah kosong..
“Hae-ah.. waeyo?” suara itu tak mampu membuatnya kembali pada kesadaran. Ia masih menatap kosong ke depan membuat sang pemanggil cemas. Ia memutuskan untuk duduk disebelahnya dan mengusap pelan bahunya “Donghae…”
“eeooh, hyung?”
“waeyo Hae?” Kangin yang dipanggil hyung itu menatap lekat adiknya. Tapi tidak ada jawaban malah ia membenamkan kepalanya di dada Kangin dan terisak disana dalam sekejab. Tak ada juga yang bisa dilakukan Kangin selain membiarkannya dan mengusap punggung itu dengan lembut.
Leeteuk dan Shindong yang tadi membereskan dapur segera menghampiri keduanya setelah dengan samar didengarnya isak yang pilu itu. Mereka bertiga, tidak pernah secemas ini sebelumnya pada Donghae. Dongsaeng yang ceria, hiperaktiv dan manja itu hari ini sangat rapuh dimata mereka. Mereka lebih suka melihat Donghae yang membuat tingkah konyol atau bertengkar dengan Shindong daripada harus melihatnya seperti ini. Sejak dari Kangin yang menemukannya pingsan kemarin, Donghae sedikit berubah.. menjadi lebih pendiam dan penurut..
“Hae…” Leeteuk mengusap acak rambutnya.
“hyung, aku ingin menjadi dongsaeng kalian selamanya.. aku ingin tinggal disini bersama kalian..” Donghae berbicara kemudian.
“ada apa Hae-ah? Kau itu memang dongsaeng kami.. dan kau tinggal bersama kami..” sahut Shindong.
“aku mengerti kenapa Halmonie, Yesung hyung dan Siwon hyung tidak menyayangiku… karena aku bukan anak umma dengan appa, tapi dengan orang lain..” lirihnya
“mwo? apa kau bilang?”
“ne, kemarin aku bertengkar dengan Siwon hyung..”
=======Flashback on=========
Donghae masuk kamar Siwon dengan perlahan tanpa mengetuk pintu. Ia tahu sekalipun puluhan kali ia mengedor pintu itu tidak akan dibuka oleh penghuninya.
“kau… kenapa masuk kamarku?”
“aku dongsaengmu hyung, salahkan jika aku ingin masuk kamarmu..”
“ne, salah!! tidak punyakah sedikit sopan santun?”
“ah, mianhae hyung.. tidak akan ku ulangi lagi.. aku, hanya merindukanmu hyung…” jawabnya seraya memeluk Siwon. Tapi apa yang di dapat? Siwon mendorong tubuhnya menjauh dan mengusirnya dari kamar itu.
“pergi Hae… dan jangan pernah memelukku seperti itu..”
“waeyo hyung? Aku tahu kau normal hyung…” Donghae tertawa pelan “tapi kita kan saudara, apa salahnya eeooh?”
“siapa yang saudara? Kau bukan dongsaengku..” datar Siwon
“mwo? waeyo hyung berkata seperti itu? Kalau hyung berkata seperti itu hanya karena tidak ingin perusahaan appa di bagi tiga denganku, aku tersinggung. Aku tidak butuh apapun hyung.. aku hanya butuh kalian..” ujar Donghae mengingat itulah yang diributkan di keluarga itu dari dulu.
Donghae tidak berminat dengan bisnis dan perusahaan keluarganya, ia ingin mencari hal lain. Tapi sejak mereka kecil, sang appa selalu menuntutnya untuk belajar di bidang yang sesuai dengan bisnis itu. Donghae sering kabur dari aturan yang baginya sangat menyiksa. Mengikuti pertemuan dengan rekan kerja, mengikuti aturan sebagai seorang pangeran yang harus menjaga image dan selalu bersikap hati-hati pada orang lain. Donghae seringkali tertekan dengan hal itu dan membuatnya nekat pergi dari rumah sama seperti kejadian 4 tahun yang lalu yang membawanya bertemu dengan Leeteuk, Kangin dan Shindong.
Kelakuan Donghae bukan rahasian lagi bagi keduan hyungnya, mereka malah senang jika dongsaeng mereka tidak dirumah.
“tapi kami tidak membutuhkanmu!!”
“sebenarnya kenapa hyung? Kenapa hyung dan Yesung hyung selalu kasar padaku?”
“sudah kubilang, kau bukan dongsaeng kami.. kau memang anak umma, tapi bukan anak appa.. umma menjadi bahan cemooh karenamu.. umma meninggal juga karena melahirkanmu..” suara Siwon meninggi.
Donghae kaku mendengarnya “m..mwwo?? apa maksudnya hyung?”
“ne, akan ku jelaskan sekarang!! umma menyembunyikan kehamilannya bersama pria lain yang adalah pengawal umma sebelumnya dan mengaku bahwa kau adalah anak appa.. dan umma meninggal karenamu.. umma berkorban untuk anaknya yang bukan dengan appa..”
“aa..ani hyung!! Itu tidak benar!! Umma tidak seperti itu.. aku anak appa juga!!” Donghae mulai terisak
“terserah kau saja, tapi sekarang kau tahu kan alasan kami dan halmonie membencimu.. kau menghancurkan keluarga kecil kami.. karenamu Hae.. umma meninggalkan aku dan Yesung hyung.. karenamu, appa harus kehilangan orang yang disayanginya.. karenamu juga halmonie harus menanggung malu atas anaknya..”
“waeyo hyung? Kenapa kau katakan itu semua.. kau tahu itu bohong kan? Bagaimanapun aku dongsaeng kalian bukan?” Donghae menarik lengan Siwon dan kembali dihempaskan begitu saja oleh hyungnya.
“aku tidak akan mengatakan dua kali Hae-ah… aku tahu appa tidak menceritakan ini padamu, tapi aku tahu semuanya.. semuanya…” ujar Siwon “pergi dari kamarku sekarang dan jangan coba-coba masuk kesini.. aku membencimu.. kau sudah menghancurkan kebahagiaan yang seharusnya kami miliki..”
“aku.. menghancurkan kebahagiaan kalian?” guman Donghae lirih “jadi itu yang terjadi selama ini?”
“Ne, dan pergi sekarang juga dari kamarku.. kau membuatku menunda pekerjaan yang harusnya sudah ku selesaikan!!” bentak Siwon tanpa peduli dengan persaan Donghae saat ini.
=======Flashback off=============
Donghae tertidur pulas di pangkuan Leetuk setelah ia melepaskan semua beban pikirnya selama ini. Shindong hanya mampu menatap Donghae dengan tatapan tidak menentu. Bagaimana bisa namja seperti dia yang dikiranya sangat kuat ternyata adalah seorang namja yang rapuh. Ia tak sanggup melihat adiknya seperti itu. Kini mereka paham kenapa Donghae sangat manja dengan mereka.
“hyung, akan ku bawa dia kekamar.. aku tidak tega melihatnya tidur seperti itu.. dan sepertinya ia kedinginan..” ungkap Kangin. Ia mengangkat tubuh Donghae yang rasanya ringan baginya, membaringkan dengan nyaman di ranjang dan menyelimuti tubuh itu hingga hangat.
“tidurlah saeng… hyung akan selalu menjagamu, kalau mereka tidak peduli padamu.. kau masih punya kami yang menyayangimu.. jangan bersedih lagi Hae-ah… jaljjayo..”
===========================
“tidak ada pekerjaan bukan berarti diam dan melamun seperti ini kan?” seorang namja mengagetkannya tiba-tiba. Heechul menoleh dan nampaknya ia senang dengan kehadiran namja itu.
“Hankyung ssi… kau sendiri?”
“tentu saja aku sibuk.. Siwon banyak sekali pekerjaan dan aku harus membantunya..”
“Donghae di tempat Leeteuk beberapa hari ini, bahkan ia tidak menghubungiku lagi semenjak pertengakarannya dengan Siwon..” ungkap Heechul. Wajahnya mendadak murung mengingat Donghae. ia adalah pengawal pribadi Donghae sebenarnya, tapi anak itu seringkali tidak ingin di kawal “aku harap ia baik-baik saja..”
“kau sepertinya sangat menyayangi anak itu?”
“tentu saja.. ia tanggungjawabku.. kalau sampai ia kenapa-napa.. aku akan di pecat bukan?”
“kalau begitu kenapa tidak kau susul saja ia disana?” usul Hankyung.
“ia selalu melarangku pergi ke tempat Leeteuk. Ia bilang ia akan aman dan baik-baik saja tanpa pengawalanku disana..”
“menurutku Yesung dan Siwon sudah keterlaluan terhadapnya..”
“mwo??”
“mereka itu saudara.. haruskah bersikap seperti itu pada saudaranya sendiri? Bukankah hyung harus menjaga dongsaengnya? Yesung dan Siwon tidak pernah memikirkan perasaan Donghae.. anak itu sangat butuh perhatian bukan? Apalagi seorang umma yang tidak pernah ia ada baginya..”
Mata Heechul menyipit mendengar Hankyung “waeyo kau berkata seperti itu?”
“aku dalam posisi yang sama… umma meninggalkan kami saat Henry masih 5 tahun. Aku bertekad menjadi hyung yang baik baginya sejak itu. Apalagi appa juga sudah tidak bersama kami.. aku sangat tahu perasaan Donghae, Heechul hyung…” mata Hankyung sedikit berkaca.
“ne, arra… hem, gumawo Hankyung-ah.. aku akan menemui Donghae.. kalau Yesung dan Siwon tidak mau menjaganya, biar aku saja..” Heechul berdiri seketika dan meninggalkan Hankyung sendiri dengan tatapan bahagianya.
“semoga berhasil…” ucapnya sekalipun tak akan pernah di dengar Heechul.
======================
Yesung melangkahkan kakinya jenuh menuju ruang tengah. Pandanganya seketika berubah saat dilihatnya Halmonie duduk di sana.
“Halmonie??” serunya
“Yesung-ah.. kau sudah pulang?” senyum yeoja tua itu.
“ne, aku senang melihatmu disini… Halmonie sudah makan? Bagaimana kalau kita makan bersama?” ungkap Yesung.
“ne, tapi kita tunggu Siwon juga…” yeoja itu mengusap pipi Yesung lembut.
“Ryeowook-ah.. hubungi Hankyung, suruh Siwon pulang cepat.. Halmonie menunggu..” perintahnya pada Ryeowook yang mengekornya tadi.
“Ne, Yesung ssi…” Ryeowook mengambil ponselnya dan menghubungi Hankyung.
…………………………………………….
Siwon duduk disebalah Yesung dan menyantap makan malamnya dengan tenang. Halmonie memperhatikan kedua cucu kesayangannya dengan bangga.
“kalian sudah bekerja keras selama ini.. aku sunggu bangga pada kalian berdua..”
“ne, halmonie.. gumawoyo..” ujar Siwon
“appa kalian pasti juga akan bangga melihat kalian seperti ini.. penerus perusahaan yang bertanggungjawab..!!”
“ehm… halmonie.. bagaimana dengan Donghae?”
“YAK!! Yesung-ah.. kenapa kau bertanya soal dia? Anak itu hanya membuat keluarga kita menanggung malu.. aku lebih senang jika ia tidak ada..” jawab Halmonie sedikit keras dan marah.
“mianhae…”
“sudahlah.. sebaiknya kita makan…” lerai Siwon “halmonie,, coba yang ini pasti enak..” tawarnya.
Suasana mendadak menjadi tidak menentu dengan pertanyaan Yesung, tapi acara makan malam itu tetap berjalan.
:
:
-TBC-
Minggu, 16 Juli 2017
House to Home [1]
FF ini sudah tersimpan sejak 2013-2014 yang lalu.. hahahaha..
Bahasa dan ide ceritanya masih labil dan mbulet banget..
Tapi, akan Vie coba keluarkan dari sarangnya..
Hehehe..
Cast :
Yesung – Siwon – Donghae
Leeteuk – Kangin – Shindong
Heechul – Hankyung – Ryeowook
Hyukjae – Kyuhyun - Henry
Sungmin - Kibum
Zoumi
========================================
Part 1
Seorang namja sedang menggendong namja lain yang sepertinya lebih kecil darinya. Ia masuk ke dalam sebuah rumah kecil di samping coffe cafe. Ia membaringkan namja itu di sofa warna gelap dengan hati-hati di saat seorang namja lain muncul dari arah dapur.
“Kangin-ah… kenapa lagi dia?” ia menghampiri namja yang tengah terbaring dengan mata tertutup itu. Terlihat ia masih mengenakan t’shirt biru muda berlapis jaket warna krem yang sekarang begitu kotor terkena lumpur. Tubuhnya basah hingga memucat di wajahnya menampakkan bahwa ia sedang kedinginan.
“aku ambil air hangat dan handuk dulu, kau lepas sepatu dan jaketnya jangan sampai ia makin parah..” ia kembali berjalan ke dapur dan meninggalkannya bersama namja yang bersama Kangin.
Kangin melepas sepatu dan jaket sesuai permintaan namja tadi sambil memandang nanar pada namja yang baru saja digendongnya itu.
“aku menemukannya di depan gerbang hyung.. sudah dalam keadaan seperti ini..” Kangin baru menjawab pertanyaan namja tadi selagi ia kembali dan mengompres keningnya.
“Kangin-ah.. kita bawa dia ke kemar saja, aku akan mengganti bajunya dengan yang kering.. wajahnya sudah sangat pucat..”
“ne hyung…” Kangin segera menggendong lagi namja itu dan menuju sebuah kamar di lantai atas. Rumah itu memang tidak mewah tadi juga tidak sepenuhnya bergaya korea tradisional. Dan sekalipun lumayan kecil ada sedikitnya 4 kamar disana.
Kini namja itu telah terbaring hangat di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya hingga ujung dagu.
“aku jadi ingat waktu pertama kali kita menemukannya hyung..” Kangin membuka pembicaraan.
“Nado Kangin-ah..”
=========Flashback on=========
Kangin baru saja pulang dari kuliah bersama dongsaengnya, Shindong. Saat mereka akan memasuki rumah tampak seorang namja tergeletak di depan pintu rumah mereka. Tubuhnya hanya terbungkus kemeja polos warna biru tua dan sebuah boneka nemo yang erat dipeluknya. Kangin dan Shindong berusaha membangunkannya, tapi sia-sia.. tak ada respon sedikitpun. Tidak ada identitas yang mereka tahu yang menjadi alasan untuk mengantarnya pulang. Akhirnya mereka membawa namja itu masuk dan merawatnya hingga ia sembuh. Leeteuk, sepupu mereka yang tinggal bersama ikut membantu merawat namja itu.
“ah, akhirnya kamu sadar… gwaenchana? Ada yang sakit?” tanya Leeteuk lembut. Namja itu hanya menggelengkan kepalanya “eeoohh, ne. siapa namamu? Kami bisa mengantarmu pulang..”
“a..ani.. hyung.. aku tidak ingin pulang!” ucapnya tertekan. Kangin dan Shindong sama seperti Leeteuk yang nampak terkejut dengannya “boleh aku disini saja?” pintanya.
Seketika Leeteuk tak mampu melihat tatapan matanya yang begitu polos saat ia meminta ijin. Ada sesuatu yang tak mampu dibacanya “orangtuamu bagaimana?”
“tidak akan ada yang mencariku hyung.. kau tenang saja, tapi kalau aku merepotkan kalian sebaiknya aku pergi saja..”
“odieyo?” tanya Kangin
“molayo…” jawabnya lirih sambil menundukan kepala
“biarkan ia tinggal disini hyung..” pinta Shindong “kau tahu, sepertinya aku ingin seorang dongsaeng..”
“hm, baiklah.. kau boleh tinggal disini..” kata Leeteuk kemudian tanpa lebih lanjut bertanya padanya. Ia pikir ini bukan saat yang tepat untuknya bercerita alasan kenapa ia bisa pingsan seperti tadi “namaku Leeteuk, ini Kangin dan Shindong…”
“gumawo hyung… Donghae imnida..” senyumnya. Dan entah kenapa senyum itu mampu membuat ketiga orang itu merasa bahagia.
“baiklah Donghae-ah.. kau pasti lapar kan? Ini tadi aku masak soup..”
“soup?? Wahhh.. sepertinya enak hyung..” mata Donghae berbinar melihat semangkuk soup di tangan Leeteuk, ia berhambur menyuapkan soup itu kedalam mulutnya “mashhhiiiiittaaa!!” ucapnya “ah, nemo?? Odieyo?” wajah Donghae murung seketika mengingat boneka ikannya.
“yak, Donghae-ah.. habiskan makanmu dulu.. bonekamu masih harus dicuci, tadi ia kena lumpur dan kotor.. kau mau ku pinjami bonekaku saja?” ujar Shindong
“aku tidak yakin kau punya boneka hyung..!!” Donghae memicingkan matanya.
“aaiishh anak ini, tentu saja aku punya.. aku juga pernah kecil sepertimu..”
“aku sudah besar Dong-hyung.. aku sudah 15 tahun!”
“mana ada namja 15 tahun mencari boneka eeooh?”
“itu satu-satunya yang berharga punyaku hyung…” jawab Donghae sendu, ia menundukkan kepala lagi. Sontak ketiga hyung barunya nampak cemas dengan perubahan sikapnya. Mungkin namja ini sedang terluka hatinya.
“ah, mianhae Hae-ah..”
“besok pasti sudah dicuci kan?” tiba-tiba wajah itu kembali ceria.
“mwo?? ne, besok kau bisa mendapatkannya lagi.. sekarang makanlah..” ujar Leeteuk. Ia tak tahu maklhuk seperti apa Donghae itu. Ia baru saja kelihatan sedih tapi sedetik kemudian ia sudah ceria lagi.
……………………………………………………
Kehadiran Donghae membawa kebahagiaan tersendiri di rumah itu. Shindong jadi punya bahan ledekan baru setiap harinya, Kangin jadi merasa seperti hyung yang berguna untuk melindungi Donghae. Leeteuk, ia sangat menyayangi Donghae. Hari-harinya diisi dengan meladeni sikap manja Donghae.
Sampai suatu hari setelah satu bulan keadaan itu..
“LEPASKAN AKU!! AKU BILANG AKU TIDAK INGIN PULANG!!” dua orang berbaju hitam seperti seorang pengawal istana datang menjemput Donghae. Memaksanya kembali pulang. Entah bagaimana mereka bisa tahu keberadaan Donghae, yang pasti mereka bukan orang sembarangan. Terlihat jelas dari mobil mewah yang menjemput Donghae.
“YAK!! LEPASKAN AKU, KALIAN MENYAKITIKU!! LEPAAASS…. HYUUUUNGG TOLONG AKU!” Donghae berontak, minta tolong pada ke tiga hyungnya yang tidak bisa berbuat apapun.
Sepi dan sakit.. rumah yang tadinya penuh dengan teriakan berubah sepi seketika dengan kepergian Donghae.
………………………………………………
Dan hal itu berubah lagi sejak dua tahun silam. Saat Donghae berusia 17 tahun dan ia masuk SMA. Sepertinya anak itu semakin cerdas saja. Ia bisa kabur dari rumahnya dan kali ini bebas ke rumah Leeteuk kapan saja dengan seijin Heechul, salah seorang dari pengawal pribadinya.
“hyung… kalian masih ingat padaku?” tanya Donghae saat ia masuk ke sebuah coffe cafe tak jauh dari sekolahnya.
Leeteuk sangat terkejut dengan kehadirannya, bahkan ia tak bisa membendung rasa bahagianya bisa melihat dongsaeng mereka lagi “Donghae!!” dipeluknya erat dongsaengnya.
“boleh aku ke rumah ini lagi?”
“mengapa masih bertanya? Kau itu dongsaeng kami tentu saja boleh..”
“aaahh,, appo!!” sebuah pukulan pelan mendarat di kepalanya dari seorang yang bernama Shindong.
“HYUUUUNNGG!!” sontak Donghae berteriak dan memeluknya “bogoshipoyo…”
“nado Hae-ah.. walau kau hanya sebentar bersama kami, aku sangat kehilanganmu waktu itu..”
“aku kembali hyung… nemo masih bersama kalian kan?”
“YAK!! Jadi kau kembali hanya karena boneka ikan itu?”
“aku sudah mengatakannya dulu, boneka itu barang berhargaku..”
“kau ini, masih saja kekanakan!!”
“ani hyung!! Aku sudah 17 tahun!!”
“YAK!!”
Sejak saat itu, teriakan dan omelan kembali hadir di rumah ini.
======Flasback off========
“DONGHAE!! iroena… Leeteuk hyung masak enak pagi ini. Palli… kalau kau tidak turun akan kuhabiskan semuanya..” seru Shindong di depan pintu kamar Donghae
“Shindong-ah.. jangan ganggu dongsaengmu hari ini, apa Kangin tidak menceritakannya padamu soal semalam?”
“ah mian hyung.. aku lupa..” Shindong duduk di meja makan dengan tenang
“sebaiknya kau bawakan sarapan untuknya..”
“mianhae.. aku sudah telat hyung..!!” ucapnya sambil menguyah makanannya
“ya sudah, cepat berangkat..” Leeteuk membawa nampan makanan itu ke kamar Donghae.
Namja itu tengah duduk di dekat jendela kamarnya bersandar pada pinggiran ranjangnya. Matanya nanar menatap cahaya yang masuk lewat kaca jendelanya.
“Hae-ah.. gwaenchana?” Leeteuk meletakkan nampan itu di meja dekat ranjang itu dan duduk di sampingnya. Donghae hanya diam sambil menyandarkan kepalanya di bahu Leeteuk. Hingga kemudian Leeteuk merasakan bahunya bergetar, Donghae sudah terisak disana..
“Hae… wae?” Donghae kembali menggelengkan kepala
“kau selalu seperti ini setiap kali ada masalah, ceritalah pada hyung…”
‘hiks…’ kembali tak ada sahutan, kini namja itu malah semakin mengeratkan lingkaran tangannya di tubuh Leeteuk.
“istirahatlah…” Leeteuk mengangkat tubuh dongsaengnya untuk berbaring ke tempat tidur. Sedikit perlahan Donghae berusaha menghapus air matanya sementara kini ia sudah berbaring lagi. Dengan lembut Leeteuk hanya bisa mengusap keningnya dengan pandangan mata sendu. Sama seperti ia mengenal Donghae dulu, anak itu tidak pernah langsung menceritakan masalahnya.
“kau ini namja, cengeng sekali eeoohh?” gurau Leeteuk “hyung tidak akan memaksamu melakukan apapun atau menceritakan apapun.. tapi hyung tidak ingin kau sakit.. tidak ingin kau seperti ini Hae-ah..” ia tahu dalam keadaan seperti ini Donghae akan susah disuruh makan.
“suapi aku hyung, aku lapar…” ucapnya datar
“hah, ne… itu bagus kalau kau bisa merasa lapar..” Leeteuk menyunggingkan senyumnya, menyuapkan soup yang baru saja dibuatnya. Donghae tidak pernah mau makan bubur sekalipun ia sakit, jadi Leeteuk senang mambuatkan soup atau makanan lain untuknya.
“hah!! Rasanya kepalaku pusing hyung… aku malas kuliah.. malas membantumu di caffe..”
“siapa yang menyuruhmu membantuku eeooh? Kau dirumah saja.. nanti akan kusuruh Hyukjae dan Kyuhyun menemanimu..”
“ne, gumawo hyung.. tapi mereka ada kelas hari ini..”
“begitukah? Baiklah.. hyung akan menemanimu seharian..”
“ani hyung, kau harus bekerja kan?”
“aigo!! apa kau lupa? Aku ini pemilik coffe café itu jadi aku bisa libur kapan saja, caffe juga ada di samping rumah kita kan? dan lagi alasanku tidak kerja hari ini sudah sangat jelas bukan?”
“ah.. ne, arra..arra..” senyumnya.
===========================
Di tempat, ruang dan suasana lain.. dua orang namja duduk berhadapan di meja makan. Nampaknya mereka sedang sarapan bersama, tapi tak ada suara di antara keduanya. Masing-masing tenggelam dalam kegiatannya. Seorang namja dengan kacamata, mengoleskan selai di atas rotinya. Seorang lagi nampak lebih tegap dari satunya. Mereka sangat menjaga wibawa sepertinya. Bayangkan saja, keduanya dengan kemeja putih rapi dilapisi jas hitam lekat yang bermerk dan dasi tertempel di leher kemejanya.
“Siwon ssi.. hari ini ada pertemuan dengan Mr.Zoumi Lau…” seorang lain bergabung dan berdiri di belakang salah seorang dari mereka. Ia membawa tab kecil di tangan kirinya dan tangan kanannya sibuk menggeser tombol-tombol yang ada.
“ne, gumawo Hankyung ssi… kau atur saja semuanya” sahutnya “eeooh, Yesung hyung.. bagaimana dengan pekerjaanmu?” ia bertanya pada namja yang duduk di depannya.
“sejauh ini lancar Siwon-ah..”
“good.. kita harus membuktikan pada Appa dan Halmonie kalau kita bisa diandalkan, hyung..”
“ne, kau benar…” Yesung menjawabnya datar. Raut mukanya tak berubah sedikitpun bahkan dapat dikatakan terlalu dingin mengingat bahwa ia berbicara dengan dongsaengnya sendiri.
Yesung, namja 29 tahun itu gila kerja. Ia memang belum sepenuhnya menjadi pemilik perusahaan tempat ia bekerja sekarang, tapi ia memiliki kedudukan dan kuasa yang penting. Bisa dipastikan sebentar lagi kalau perusahaan itu menjadi miliknya, sebagai pewaris utama.
Siwon dongsaengnya, namja 27 tahun tidak jauh beda dengan Yesung. Perusahaan keluarga tersebut juga akan menjadi milik Siwon sebagai pewaris kedua. Baik Yesung maupun Siwon dipercaya untuk mengurus perusahaan mereka di beberapa tempat itu. Sedangkan Appa mereka, Tuan Kim mengurus yang di luar negeri sehingga ia jarang pulang. Bisa di hitung dengan jari berapa kali ia pulang dalam setahun.
“hyung, aku berangkat dulu..” pamit Siwon “Hankyung ssi.. siapkan mobil..” ujarnya pada Hankyung asisten pribadinya.
-TBC-
Langganan:
Postingan (Atom)