Genre : Brothership, Families,
Friendship, Lovely, Hedonism
Cast :
Park Jungsoo [Park Leeteuk] _ Kim
JongWoon [Park Yesung] _ Lee Sungmin [ Park Sungmin] _ Lee Donghae [Park Donghae]
OtherCast :
Han JiMin _ Lee BoYoung _ Kim
SaEun _ Kang Sora
Han Hyun Pil [Kepala Pelayan Han] _ Choi Jin Hyuk [Sekretaris Choi]
Kim Ryeowook _ Choi Siwon
Park YeonSeol [Appa] _ Park ShinMin [Umma]
Han Hyun Pil [Kepala Pelayan Han] _ Choi Jin Hyuk [Sekretaris Choi]
Kim Ryeowook _ Choi Siwon
Park YeonSeol [Appa] _ Park ShinMin [Umma]
Song :
The Little Prince [by-Ryeowook]
><
..
><
Crown Of Prince_05
- I’ll be there for You-
- I’ll be there for You-
><
..
><
Donghae pergi dengan sepedanya seperti biasa. Ia memejamkan
mata menikmati setiap hembusan angin musim semi yang menyeruak hingga ke
paru-parunya. Jemari tangannya terbuka seakan berusaha meraih hempasan udara
yang menerpanya lembut. Ditambah alunan lagu dari earphone warna putih
pemberian Leeteuk tahun lalu. Sesekali ia membehani kacamatanya yang sedikit
merosot ke bawah.
Tapi penglihatannya tiba-tiba terikat pada pemandangan yang
tak sengaja ia tatap. Di ujung tikungan dekat sebuah toko aquarium, di depan
sebuah pagar rumah berwarna merah marun seorang namja kecil berlari mencari
bantuan. Donghae tertarik..
“ada apa??”
Donghae turun dari sepedanya, menghampiri namja kecil tadi.
“hyung…
hyung.. boleh aku minta tolong??” paniknya
“waeyo??”
“Imo..
imo.. sakit.. imo pingsan.. tolong aku hyung..” isaknya iba
“apa tidak
ada orang??”
“Noona
baru saja pergi.. Noona tidak peduli dengan Imo..”
“ahh,
baiklah..”
Saat pintu rumah terbuka, Donghae melihat dengan miris
seorang yeoja setengah baya yang meringkuk kesakitan di atas lantai. Donghae
tidak tahu ia sakit apa yang jelas ia harus segera menolongnya.
“aah..
tunggu di sini, aku akan mencari taxi..” namja kecil tadi mengangguk sekalipun
masih menangis.
…. ….
…. ….
“bagaimana
hyung? Dia baik-baik saja??” Donghae mengekor Yesung di lorong rumah sakit
“tidak apa-apa kan hyung??” Yesung berhenti, memutar tubuhnya menatap Donghae.
“untung
saja kau segera membawanya kemari Donghae-ya..”
“nde…??”
“Ahjjuma
itu menderita penyakit yang cukup serius.. lambungnya terluka dan infeksi..”
“lambung..”
“lambung
juga bisa membunuh manusia secara perlahan Hae.. Ahjjuma tadi sudah dalam tahap
yang serius, hyung rasa selama ini ia tidak pernah membawanya untuk periksa..
atau diabaikan begitu saja..”
“lalu..”
“untuk
saat ini, dia masih bisa kita tolong..”
“syukurlah..”
ungkapnya “gumawo hyung.. aku akan menemuinya dulu..”
“kau tidak
kuliah?? Kulihat tadi sudah ada seorang laki-laki yang mengurusnya.. sepertinya
itu keluarganya..”
“nde
hyung, setidaknya aku akan memastikan kalau namja kecil tadi sudah tidak
menangis..”
Yesung tertawa “mirip dengan dirimu..” Donghae
mengerucutkan bibir “sudah, sana.. temui mereka..”
…. ….
…. ….
“Imo..
hyung ini yang menolong tadi..”
“benarkah??”
Donghae memberi hormat padanya “Ahjjuma sudah lebih baik??”
“nde..
gumapta.. sudah membawaku kemari..”
“nde..
Ahjjuma..”
“eoh,
siapa namamu?? Kyuhyun dari tadi hanya menyebutmu ‘hyung’ saja..”
Eoh, jadi namja kecil tadi namanya Kyuhyun? “ehm, Donghae
imnida..”
“Gumapta,
Donghae ssi..”
“Noona…
aku sudah menebus obatnya, kita bisa pul.. omo, nuguya?? Apa kau hyung yang
disebut Kyu dari tadi??”
“nde..
Ahjjussi..”
“eoh..
gumaptago..”
“nde..
kalau begitu saya permisi dulu, ada kuliah hari ini..” Donghae melihat jam
tangannya, bisa dipastikan ia membolos di jam pertama..
“bye-bye..
Donghae hyung..”
“sampai
bertemu lagi Kyuhyun-ah..”
><
..
><
Apa yang harus ku lukis??
Jang Nara mengamati semua siswa siswinya di kelas seni
lukis sore itu. ini kelas terakhir untuk Donghae. Tapi tak ada guratan sedikit
pun di atas kertas putih yang dihadapnya. Hal itu tak lepas dari pandangan mata
Nara.
“Donghae-ya..
gwaenchana??”
“eoh? Nde…”
“kalau
begitu lanjutkan pekerjaanmu.. aku tidak ingin pulang lebih malam hanya karena
menunggu seorang mahasiswa menyelesaikan tugas yang harusnya sudah hampir
diselesaikannya..” Jang Nara melihat jam tangannya mencolok di depan mata
Donghae, mengingatkan namja itu untuk mengingat waktu yang terus berjalan.
Kali ini lebih menyebalkan lagi. karena ia mengambil kelas
yang sama dengan Sora dan Siwon. Kalau bukan karena tekadnya untuk membuktikan
pada hyungdeulnya, sudah ia buang dari daftar kelas wajibnya tahun ini.
“aku ingin
tahu seperti apa lukisan pelayan caffe.. biasanya kan mereka melukis di atas
cake atau coffie.. apa diatas kertas juga seindah itu??” sindir Siwon
“ku rasa
ia malah tidak memiliki bakat itu..” imbuh Sora “ya, Donghae-ya.. cepat selesaikan
lukisanmu atau kami akan pulang larut semua karena menunggumu..”
Hah…
Bukan menggambar.. melukis atau menggores yang jadi
masalah. Tapi tema hari itu..
-seseorang yang kau
kasihi.. yang kau cintai..-
Siapa yang akan digambar Donghae??
Orangtuanya yang tidak pernah pulang?? Salah satu dari
ketiga hyung nya?? Tidak mungkin.. atau.. seseorang yang lain??
Han Hyun Pil..?? bagaimana bisa?
Sora??
Ya, kenapa nama itu muncul di pikirannya? Donghae
menggerutu sendiri dalam hati. Sebal, kesal, jengkel.. marah?? Semuanya!!
Aiisshh…. plluurrk brrkk!!
Donghae melempar pensil gambarnya, menyambar tas
punggungnya lalu pergi meninggalkan kelas. Jang Nara masih setengah sadar
sampai akhirnya ia memutuskan mengejar siswanya tersebut. Siwon dan Sora
tertawa licik penuh kemenangan tanpa tahu alasan Donghae kabur dari kelas
mereka. Tidak terlalu jauh dari ruangan tadi, Nara melihat Donghae
menghempaskan tubuhnya di bangku taman tepatnya di bawah pohon sakura kecil.
Perlahan Nara ikut duduk disampingnya..
“ada apa
Park Donghae? kenapa kau kabur dari kelas lukis?” tanpa marah-marah ia
menegurnya
“orang
yang kita kasihi adalah orang yang mengasihi kita, aku punya banyak orang yang
seperti itu.. tapi bukankah itu harus orang yang benar-benar khusus?? Kalau
yang itu aku tidak punya..”
“kenapa?”
“Umma?
Appa?? Mereka tidak pernah pulang.. Hyungdeul? Kalau ku gambar satu yang
lainnya iri.. Han Ahjjussi?? Tidak mungkin.. lalu siapa?? Harrabeoji?
Halmonie??” Donghae makin mengacau dengan menyebutkan semua orang di otaknya.
“aku pikir
kau punya seseorang lagi..” pancing Jang Nara
“nuguya?”
“seorang
yeoja??”
“aku tidak
punya kekasih Pengajar Jang..” senyumnya
“sudahlah,
kau boleh menggambar apapun yang kau suka.. kembalilah ke kelas..”
“aku tidak
mau!!”
“Yak,
maumu apa??”
Donghae berdiri… lalu “maaf pengajar Jang, untuk hari ini
aku ijin…” Donghae berlari sekuat yang ia bisa melarikan diri dari tatapan maut
Jang Nara.
><
..
><
BRAAAKK!!!
Untuk kedua kalinya, Han Jimin menggerutu..
“Kau
lagi??” ia menghentikan kegiatannya menyapu lantai kamar G-1004 lantai 7 saat
Donghae masuk sembarangan.
“Noona,
mian..” namja itu mengangkat tangannya lucu “kau sangat rajin Noona.. apa hyung
membayar lebih padamu untuk mengurus kamar ini?”
“hyung??
Nuguya??”
“eohh..
kau belum tahu hyungku??” selidik Donghae “bagaimana dengan Presdir Crown of
Hotel?? Park Leeteuk??”
“MWO??
jadii… dia adalah kakakmu?? Kau adiknya??”
Donghae menggaruk tengkuknya ringan “kau sudah bertemu
dengannya??” ia merebahkan diri di atas sofa tepat di samping Han Jimin.
“jadi ini
kamar..”
“ini kamar
kami.. tapi jarang sekali kami ke sini kalau bukan Leeteuk hyung sendiri
bersama sekretarisnya.. apa dia belum pernah kemari semenjak Noona bekerja
disini? Kudengar kau pelayan baru..”
Han Jimin pusing mendengar pertanyaan bertubi dari namja
itu “bisakah kau tidak terlalu banyak bicara Tuan??”
“OMO, Park
Donghae.. panggil saja namaku Noona, jangan terlalu formal sama seperti kau
memanggil hyung..” godanya “oh ya.. boleh aku tahu namamu Noona??”
“Han
Jimin..”
“ahh..
Jimin Noona, aku lapar sekali… bisakah kau pesankan aku makanan atau kau bisa
memasak??”
“Mwo?? aku
bukan pelayan seperti itu..”
“arra..
baiklah, aku akan menelphone hyung dan mengatakan kalau kau tidak melakukan
pekerjaan dengan baik..”
Han Jimin mendesah. Benar-benar namja yang menyebalkan.
Bagaimana bisa ia menjadi adik dari Presdir?? Tapi bagaimana kalau ia
benar-benar di pecat nanti? Bagaimana ia bisa membantu ayahnya??
“baiklah..
akan ku pesankan makanan untukmu..” akhirnya
“gumapta
Jimin Noona…” Donghae berhasil mengerjai Jimin hari itu. Entah kenapa ia suka
melihat yeoja itu..
‘kau cukup cantik dan baik untuk menjadi
Noonaku..’ batinnya.
><
..
><
Sungmin hampir saja membanting ponselnya kalau tidak di
cegah SaEun.
“bagaimana
dia bisa melakukan hal seenaknya seperti itu??” marahnya setelah Donghae
meminta ijin secara sepihak padanya.
“apa
Donghae ada masalah?”
“molayo…”
“kenapa
dongsaengmu itu jadi aneh akhir-akhir ini.. apa dia punya kekasih??”
“mwo??”
“Ya,
Sungmin-ah.. bisa saja seperti itu kan? Donghae sudah besar..”
Hah.. Sungmin semakin pusing saja kalau menghadapi Donghae.
><
..
><
Kedua tangannya saling digosokkan untuk mengurangi rasa
dingin. Jaket biru tua bermotif kotak-kotak itu menutup kaos lengan panjang
putihnya. Kemudian ia menyesap kopi yang dibelinya di minimarket tempatnya
duduk kini sambil menengok keluar. Saat itu juga ia melihat seseorang yang
sangat dikenalnya di Halte depan. Beberapa kali ia melihat jam tangan, mungkin
ia harus segera pulang dan tiba di rumah. Seketika ia mendapat ide..
‘hyung, aku butuh bantuanmu. Datanglah cepat
ke minimarket dekat Hotel tepatnya di depan sebuah Halte..’
Send..
Pesan terkirim..
10 menit kemudian nampak mobil milik Leeteuk sudah di
depannya.. Donghae keluar minimarket dan berlari menghampiri Leeteuk.
“waeyo?
Ada sesuatu yang terjadi?” terlihat raut wajah Leeteuk sedikit panik
“nde..”
senyumnya “itu.. di sana..” tunjukkan pada seseorang yang berdiri di Halte
“tadi sudah ada bus, tapi penuh jadi ia memilih menunggu bus berikutnya.. antar
dia pulang hyung..”
“MWO??”
Leeteuk terkejut melihat siapa yang di tunjuk oleh Donghae.. “Han Jimin??
Bagaimana kau..?”
“dia sudah
banyak membantuku hari ini.. tapi aku tidak punya mobil untuk mengantarnya
pulang, aku juga tidak punya uang untuk menyewa taxi.. jadi aku memanggilmu
saja..”
Leeteuk mendesah tajam “Park Donghae…”
“sudahlah
hyung, dia yeopo kan??” Diakui Leeteuk, Jimin memang yeopo yeoja.. “kalau
begitu, sampai bertemu di rumah hyung..” pamit Donghae sembari mengayuh
sepedanya meninggalkan Leeteuk yang masih diam.
…. ….
…. ….
Kaca mobil di bukanya perlahan..
“Han Jimin
ssi.. masuklah, ku antar kau pulang..”
Han Jimin menoleh memastikan siapa yang menyapanya
“Presdir…??”
“masuklah,
ini sudah malam.. bus masih akan tiba 15 menit lagi..”
“nde…”
Leeteuk berusaha menyembunyikan rasa canggungnya pada Han
Jimin yang sekarang duduk di sebelahnya. Ini pertama kalinya ada seorang yeoja
naik ke mobil kesayangannya, kalau bukan karena Donghae..
Jimin pun sama.. ia merasa sungkan bersama Leeteuk, hanya
berdua..
“eoh..
tadi dongsaeng anda ke Hotel..” Han Jimin berusaha membuka percakapan
“ehm,
pasti merepotkanmu kan?”
“ahh..
animida..”
“kau tidak
perlu berbohong soal Donghae padaku, kami sudah sangat hafal sifatnya..”
Leeteuk tersenyum..
Deggg… deg..
Entah kenapa saat Leeteuk tersenyum seperti itu jantung
Jimin terasa terlalu kencang detaknya. Wajahnya yang nampak seperti malaikat..
ehm, sepertinya kepribadiannya sangat menarik. Sama seperti tatanan kamar Hotel
miliknya. Dan angka 1004 memang cocok untuknya yang berhati malaikat. Mana ada
seorang Presdir mau memberi tumpangan pada pelayan Hotel sepertinya??
Akhirnya tinggal satu gang lagi mereka berbelok untuk
sampai ke rumah Han Jimin. Rumahnya terletak di atas tanjakan kecil yang hanya
bisa di lewati dengan jalan kaki. Nomor 4 dari sederet rumah yang lain yang
besarnya hampir sama. Tidak terlalu besar rumah itu karena hanya ditempatinya
bersama Ayah, Ibu dan kakak laki-lakinya yang selalu bermasalah itu. Ayahnya
pun jarang pulang karena tuntutan pekerjaan namun mereka bisa bertemu setiap
hari minggu. Ibunya satu-satunya orang yang setia menunggu kedatangannya di
rumah.
“kansamhamnida
Presdir..”
“nde..
kalau begitu aku permisi..”
“aahh..
nde..” Jimin membungkukkan badan memberi hormat. Selang beberapa menit kemudian
mobil Leeteuk sudah tidak terlihat lagi setelah belok kanan di ujung pertigaan
jalan besar.
…. ….
‘huuuhhh…’ dihempaskannya napas panjang yang sedari tadi di
tahannya ‘kau menyebalkan sekali Donghae-ya, kau membuat aku harus merasakan
sakit jantung.. wae? Kenapa rasanya jantung ini cepat berdetak, apa aku harus
menghubungi Yesung?’ guman Leeteuk sambil mengemudi..
‘dia.. yeopo yeoja..’
‘aarrhhh… kenapa aku memikirkannya?’ gerutunya sendiri.
Leeteuk tak tahan.. ia menepikan mobilnya di pinggir jalan..
><
..
><
Diparkirnya begitu saja mobil itu di pinggir jalan..
“Umma..
Umma..!!” teriak Sora berlari masuk kedalam rumahnya mencari ibunya
“Noona..”
“Kyuhyun-ah..
mana Umma?”
“Imo di
kamar..” tunjuk namja kecil itu.
Siwon yang tadi mengantarnya pulang ikut masuk ke dalam. Ia
sudah biasa di dalam rumah Sora, sudah biasa dengan keluarga Sora juga.. bahkan
dia adalah malaikat bagi Sora selama ini.
“Kyu, apa
kabar?” sapanya lembut
“aku baik
hyungie.. kau tidak bawa makanan? Kyu lapar..”
Siwon tersenyum, ia tahu kebiasaan Kyuhyun “siapa bilang..
lihat ini..”
“wahhh…
kimchi.. kajja.. kita makan hyung..”
“kau bisa
makan sendiri? hyung ingin ke kamar Imo dulu..”
“nde..”
Sora memandang wajah ibunya sendu. Wanita itu belum terlalu
tua tapi sudah banyak yang di alaminya. Setelah di tinggal ayahnya, ia harus
bekerja demi mencukupi kebutuhan Sora..
“Umma..
mianhae..” ungkapnya “mianhae.. aku tidak di sisih Umma waktu umma sakit..”
Siwon memegang bahu Sora.. “biarkan Umma istirahat
Sora-ya.. kau juga..”
“nde..
gumawo Siwon-ah.. kau selalu menemaniku di saat seperti ini..”
“nde.. kau
tahu kalau aku akan selalu bersamamu..”
><
..
><
Sungmin memukul punggung seseorang yang tidur tengkurap di
atas sofa ruang tengah. Rambutnya awut-awutan, tangan kanannya memegang pensil
yang ujungnya menyentuh lantai. Lembar demi lembar kertas putih berserakan di
atas meja dan di atas kepalanya.
“apa yang
kau lakukan Hae?” rupanya itu Donghae. ia tak segera membuka mata atau bangun
sekalipun ia tahu itu suara Sungmin. Bahkan sebenarnya ia belum tidur terlalu
nyenyak.
“kau masih
tetap seperti itu? Yak, bangun anak nakal..!!” serunya sambil menarik tubuh
Donghae agar bangun dari berbaring indahnya.
Eeuughh.. keluh Donghae malas “hyung….”
“wae?? kenapa
kau seenaknya pada pekerjaanmu, kau tidak serius eoh?”
“hyung..
aku sedang banyak masalah jangan ditambah lagi..” rengeknya “kau tidak mau kan
adik yang tampan ini sakit..”
Pluukk!! Sungmin sedikit menepuk kening adiknya “bagaimana
bisa kau sakit? kepalamu saja sekeras baja..”
“Yak,
hyung.. kenapa kau memukulku.. kau mau membuatku tambah pusing?”
“siapa suruh kau mencari masalah denganku?”
“aku tidak
mencarinya hyung..”
“YAK,
kalian berdua!!” keduanya menoleh. Yesung datang masih dengan jas putihnya
“kalian mau ku beri obat bius satu-satu??”
“apa itu
bisa menghilangkan stress hyung? Kalau iya aku minta..” Donghae menyodorkan
lengannya pada Yesung “suntik aku hyung..”
“MWO?? kau
yakin?? Aiiggooo.. kau sudah berani dengan ini..??” Yesung mengeluarkan satu
jarum suntik. Donghae bergidik ngeri dan ngilu..
“hyung..
jauhkan itu..” paniknya.
Hahahahaha…
Yesung dan Sungmin tak bisa menahan tawa akhirnya..
“ada apa
Hae??” lembut Yesung kemudian, ia nampak menangkap sesuatu yang aneh pada
adiknya “bagaimana kuliahmu? Baik-baik saja kan?”
“ani..” ia
menggeleng kepala “kau lihat kertas itu hyung..” tunjuknya pada lembaran kertas
tak karuan itu “Pengajar baru itu sedikit menyulitkanku.. jadi aku memutuskan
kabur dari kelasnya..”
Plliitttaaakk..
“hyungie…
kenapa kau memukulku lagi?” ulah Sungmin membuatnya berteriak lagi.
“kenapa
kau bisa seenaknya kabur dari kelas? Kau ini.. dasar.. lagipula sejak kapan kau
bisa menggambar?? Ciihh.. ini tidak bisa dipercaya.. makanya jangan ambil kelas
yang kau sendiri tidak bisa babo!!”
“hyungie…”
“sudah, jangan
ulangi lagi Hae.. kau sudah besar, jangan banyak membolos..”
“hyung,
aku ini pintar.. kalian tahu itu kan..”
“tidak ada
hubungannya pintar dengan bolos masuk kelas.. lama-lama kau bisa bodoh
nantinya..” ancam Yesung
“isshh..
sudahlah..” Donghae berniat pergi kekamarnya
“STOP
Hae..” teriak Leeteuk yang rupanya baru saja masuk ke dalam rumah. Pelayan Han
berada di belakangnya dengan membawa tas hitam milik Leeteuk “kita makan malam
dulu, aku lapar..” lanjutnya “tidak ada penolakan, kajja..!!” perintah itu
lebih terdengar seperti paksaan bagi mereka semua.
Dan disinilah berujung..
Empat orang namja mengelilingi meja makan yang sudah penuh
dengan menu makan malam pilihan Sungmin.
“eoh,
hyung.. apa ada kabar dari Umma dan Appa??”
Leeteuk menggeleng “kau merindukan mereka? Tumben..”
“sudah
lama tidak bertemu dan mengobrol.. rasanya aneh, seakan mereka itu tidak ada
saja.. aku ingin Appa memukulku saat aku memanggilnya Appa dan bukan daddy..”
tawanya kecil “atau Umma yang akan memukulku dengan sendok saat meminta suapan
darinya..”
“tiga
bulan…. Lumayan lama juga, nanti biar ku hubungi mereka lagi pula aku dengar
bulan depan sepertinya mereka akan pulang, Appa ada proyek di Seoul..”
Donghae sedikit bergirang mendengar penuturan Leeteuk.
Memang sudah sangat lama mereka tidak bertemu bahkan sejak Donghae memutuskan
untuk tinggal bersama hyungdeulnya.
><
..
><
Leeteuk mengingat bagaimana Donghae masuk ke dalam
kehidupan mereka semua. Hari-hari yang dipenuhi teriakan setiap paginya.. tapi
yang membuat ia semakin tersenyum trenyuh adalah kepekaannya..
‘dia yeoja
yeopo hyung…’
Aah, bagaimana adiknya selalu bisa tahu tentang
perasaannya..
“kau benar
Hae, dia yeoja yeopo…” guman Leeteuk “gumawo karena sudah membantuku tadi..” lanjutnya
sebelum ia menelusup dalam selimut tebal warna putih tulangnya. Matanya sayu
semakin berat oleh kantuk yang tak tertahan tapi pikirannya masih bekerja
hingga membuahkan senyum tipis mengawali tidur malamnya saat ini..
_ToBeContinue_
Bingung mau koment apa ff nya selalu aku suka,, ditunggu aja lanjutannya ^^
BalasHapusOh y kl update ff seminggu skali y? Aq jdi g sbar nunggu kelanjutannya :)
BalasHapushahaha.. ok, di usahakan ya.. :)
HapusDitunggu kelanjutannya chingu... 😆😆
BalasHapusDi tunggu ke lanjutnnya chingu ditunggu banget banget banget araseo
BalasHapus
BalasHapusDitunggu maaf br komentar
BalasHapusDitunggu maaf br komentar
BalasHapusDitunggu maaf br komentar
BalasHapusDitunggu maaf br komentar