Minggu, 14 Februari 2016

Crown of Prince [5]



Genre : Brothership, Families, Friendship, Lovely, Hedonism
Cast :
Park Jungsoo [Park Leeteuk] _ Kim JongWoon [Park Yesung] _ Lee Sungmin [ Park Sungmin] _ Lee Donghae [Park Donghae]
OtherCast :
Han JiMin _ Lee BoYoung _ Kim SaEun _ Kang Sora
Han Hyun Pil [Kepala Pelayan Han] _ Choi Jin Hyuk [Sekretaris Choi]
Kim Ryeowook _ Choi Siwon
Park YeonSeol [Appa] _ Park ShinMin [Umma]
Song :
The Little Prince [by-Ryeowook]
>< 
..
>< 
Crown Of Prince_05
- I’ll be there for You-
>< 
..
>< 
Donghae pergi dengan sepedanya seperti biasa. Ia memejamkan mata menikmati setiap hembusan angin musim semi yang menyeruak hingga ke paru-parunya. Jemari tangannya terbuka seakan berusaha meraih hempasan udara yang menerpanya lembut. Ditambah alunan lagu dari earphone warna putih pemberian Leeteuk tahun lalu. Sesekali ia membehani kacamatanya yang sedikit merosot ke bawah.
Tapi penglihatannya tiba-tiba terikat pada pemandangan yang tak sengaja ia tatap. Di ujung tikungan dekat sebuah toko aquarium, di depan sebuah pagar rumah berwarna merah marun seorang namja kecil berlari mencari bantuan. Donghae tertarik..
            “ada apa??” Donghae turun dari sepedanya, menghampiri namja kecil tadi.
            “hyung… hyung.. boleh aku minta tolong??” paniknya
            “waeyo??”
            “Imo.. imo.. sakit.. imo pingsan.. tolong aku hyung..” isaknya iba
            “apa tidak ada orang??”
            “Noona baru saja pergi.. Noona tidak peduli dengan Imo..”
            “ahh, baiklah..”
Saat pintu rumah terbuka, Donghae melihat dengan miris seorang yeoja setengah baya yang meringkuk kesakitan di atas lantai. Donghae tidak tahu ia sakit apa yang jelas ia harus segera menolongnya.
            “aah.. tunggu di sini, aku akan mencari taxi..” namja kecil tadi mengangguk sekalipun masih menangis.
…. ….
…. ….
            “bagaimana hyung? Dia baik-baik saja??” Donghae mengekor Yesung di lorong rumah sakit “tidak apa-apa kan hyung??” Yesung berhenti, memutar tubuhnya menatap Donghae.
            “untung saja kau segera membawanya kemari Donghae-ya..”
            “nde…??”
            “Ahjjuma itu menderita penyakit yang cukup serius.. lambungnya terluka dan infeksi..”
            “lambung..”
            “lambung juga bisa membunuh manusia secara perlahan Hae.. Ahjjuma tadi sudah dalam tahap yang serius, hyung rasa selama ini ia tidak pernah membawanya untuk periksa.. atau diabaikan begitu saja..”
            “lalu..”
            “untuk saat ini, dia masih bisa kita tolong..”
            “syukurlah..” ungkapnya “gumawo hyung.. aku akan menemuinya dulu..”
            “kau tidak kuliah?? Kulihat tadi sudah ada seorang laki-laki yang mengurusnya.. sepertinya itu keluarganya..”
            “nde hyung, setidaknya aku akan memastikan kalau namja kecil tadi sudah tidak menangis..”
Yesung tertawa “mirip dengan dirimu..” Donghae mengerucutkan bibir “sudah, sana.. temui mereka..”
…. ….
…. ….
            “Imo.. hyung ini yang menolong tadi..”
            “benarkah??”
Donghae memberi hormat padanya “Ahjjuma sudah lebih baik??”
            “nde.. gumapta.. sudah membawaku kemari..”
            “nde.. Ahjjuma..”
            “eoh, siapa namamu?? Kyuhyun dari tadi hanya menyebutmu ‘hyung’ saja..”
Eoh, jadi namja kecil tadi namanya Kyuhyun? “ehm, Donghae imnida..”
            “Gumapta, Donghae ssi..”
            “Noona… aku sudah menebus obatnya, kita bisa pul.. omo, nuguya?? Apa kau hyung yang disebut Kyu dari tadi??”
            “nde.. Ahjjussi..”
            “eoh.. gumaptago..”
            “nde.. kalau begitu saya permisi dulu, ada kuliah hari ini..” Donghae melihat jam tangannya, bisa dipastikan ia membolos di jam pertama..
            “bye-bye.. Donghae hyung..”
            “sampai bertemu lagi Kyuhyun-ah..”
>< 
..
>< 
Apa yang harus ku lukis??
Jang Nara mengamati semua siswa siswinya di kelas seni lukis sore itu. ini kelas terakhir untuk Donghae. Tapi tak ada guratan sedikit pun di atas kertas putih yang dihadapnya. Hal itu tak lepas dari pandangan mata Nara.
            “Donghae-ya.. gwaenchana??”
            “eoh? Nde…”
            “kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu.. aku tidak ingin pulang lebih malam hanya karena menunggu seorang mahasiswa menyelesaikan tugas yang harusnya sudah hampir diselesaikannya..” Jang Nara melihat jam tangannya mencolok di depan mata Donghae, mengingatkan namja itu untuk mengingat waktu yang terus berjalan.
Kali ini lebih menyebalkan lagi. karena ia mengambil kelas yang sama dengan Sora dan Siwon. Kalau bukan karena tekadnya untuk membuktikan pada hyungdeulnya, sudah ia buang dari daftar kelas wajibnya tahun ini.
            “aku ingin tahu seperti apa lukisan pelayan caffe.. biasanya kan mereka melukis di atas cake atau coffie.. apa diatas kertas juga seindah itu??” sindir Siwon
            “ku rasa ia malah tidak memiliki bakat itu..” imbuh Sora “ya, Donghae-ya.. cepat selesaikan lukisanmu atau kami akan pulang larut semua karena menunggumu..”
Hah…
Bukan menggambar.. melukis atau menggores yang jadi masalah. Tapi tema hari itu..
-seseorang yang kau kasihi.. yang kau cintai..-
Siapa yang akan digambar Donghae??
Orangtuanya yang tidak pernah pulang?? Salah satu dari ketiga hyung nya?? Tidak mungkin.. atau.. seseorang yang lain??
Han Hyun Pil..?? bagaimana bisa?
Sora??
Ya, kenapa nama itu muncul di pikirannya? Donghae menggerutu sendiri dalam hati. Sebal, kesal, jengkel.. marah?? Semuanya!!
Aiisshh…. plluurrk brrkk!!
Donghae melempar pensil gambarnya, menyambar tas punggungnya lalu pergi meninggalkan kelas. Jang Nara masih setengah sadar sampai akhirnya ia memutuskan mengejar siswanya tersebut. Siwon dan Sora tertawa licik penuh kemenangan tanpa tahu alasan Donghae kabur dari kelas mereka. Tidak terlalu jauh dari ruangan tadi, Nara melihat Donghae menghempaskan tubuhnya di bangku taman tepatnya di bawah pohon sakura kecil. Perlahan Nara ikut duduk disampingnya..
            “ada apa Park Donghae? kenapa kau kabur dari kelas lukis?” tanpa marah-marah ia menegurnya
            “orang yang kita kasihi adalah orang yang mengasihi kita, aku punya banyak orang yang seperti itu.. tapi bukankah itu harus orang yang benar-benar khusus?? Kalau yang itu aku tidak punya..”
            “kenapa?”
            “Umma? Appa?? Mereka tidak pernah pulang.. Hyungdeul? Kalau ku gambar satu yang lainnya iri.. Han Ahjjussi?? Tidak mungkin.. lalu siapa?? Harrabeoji? Halmonie??” Donghae makin mengacau dengan menyebutkan semua orang di otaknya.
            “aku pikir kau punya seseorang lagi..” pancing Jang Nara
            “nuguya?”
            “seorang yeoja??”
            “aku tidak punya kekasih Pengajar Jang..” senyumnya          
            “sudahlah, kau boleh menggambar apapun yang kau suka.. kembalilah ke kelas..”
            “aku tidak mau!!”
            “Yak, maumu apa??”
Donghae berdiri… lalu “maaf pengajar Jang, untuk hari ini aku ijin…” Donghae berlari sekuat yang ia bisa melarikan diri dari tatapan maut Jang Nara.
>< 
..
>< 
BRAAAKK!!!
Untuk kedua kalinya, Han Jimin menggerutu..
            “Kau lagi??” ia menghentikan kegiatannya menyapu lantai kamar G-1004 lantai 7 saat Donghae masuk sembarangan.
            “Noona, mian..” namja itu mengangkat tangannya lucu “kau sangat rajin Noona.. apa hyung membayar lebih padamu untuk mengurus kamar ini?”
            “hyung?? Nuguya??”
            “eohh.. kau belum tahu hyungku??” selidik Donghae “bagaimana dengan Presdir Crown of Hotel?? Park Leeteuk??”
            “MWO?? jadii… dia adalah kakakmu?? Kau adiknya??”
Donghae menggaruk tengkuknya ringan “kau sudah bertemu dengannya??” ia merebahkan diri di atas sofa tepat di samping Han Jimin.
            “jadi ini kamar..”
            “ini kamar kami.. tapi jarang sekali kami ke sini kalau bukan Leeteuk hyung sendiri bersama sekretarisnya.. apa dia belum pernah kemari semenjak Noona bekerja disini? Kudengar kau pelayan baru..”
Han Jimin pusing mendengar pertanyaan bertubi dari namja itu “bisakah kau tidak terlalu banyak bicara Tuan??”
            “OMO, Park Donghae.. panggil saja namaku Noona, jangan terlalu formal sama seperti kau memanggil hyung..” godanya “oh ya.. boleh aku tahu namamu Noona??”
            “Han Jimin..”
            “ahh.. Jimin Noona, aku lapar sekali… bisakah kau pesankan aku makanan atau kau bisa memasak??”
            “Mwo?? aku bukan pelayan seperti itu..”
            “arra.. baiklah, aku akan menelphone hyung dan mengatakan kalau kau tidak melakukan pekerjaan dengan baik..”
Han Jimin mendesah. Benar-benar namja yang menyebalkan. Bagaimana bisa ia menjadi adik dari Presdir?? Tapi bagaimana kalau ia benar-benar di pecat nanti? Bagaimana ia bisa membantu ayahnya??
            “baiklah.. akan ku pesankan makanan untukmu..” akhirnya
            “gumapta Jimin Noona…” Donghae berhasil mengerjai Jimin hari itu. Entah kenapa ia suka melihat yeoja itu..
            ‘kau cukup cantik dan baik untuk menjadi Noonaku..’ batinnya.
>< 
..
>< 
Sungmin hampir saja membanting ponselnya kalau tidak di cegah SaEun.
            “bagaimana dia bisa melakukan hal seenaknya seperti itu??” marahnya setelah Donghae meminta ijin secara sepihak padanya.
            “apa Donghae ada masalah?”
            “molayo…”
            “kenapa dongsaengmu itu jadi aneh akhir-akhir ini.. apa dia punya kekasih??”
            “mwo??”
            “Ya, Sungmin-ah.. bisa saja seperti itu kan? Donghae sudah besar..”
Hah.. Sungmin semakin pusing saja kalau menghadapi Donghae.
>< 
..
>< 
Kedua tangannya saling digosokkan untuk mengurangi rasa dingin. Jaket biru tua bermotif kotak-kotak itu menutup kaos lengan panjang putihnya. Kemudian ia menyesap kopi yang dibelinya di minimarket tempatnya duduk kini sambil menengok keluar. Saat itu juga ia melihat seseorang yang sangat dikenalnya di Halte depan. Beberapa kali ia melihat jam tangan, mungkin ia harus segera pulang dan tiba di rumah. Seketika ia mendapat ide..
            ‘hyung, aku butuh bantuanmu. Datanglah cepat ke minimarket dekat Hotel tepatnya di depan sebuah Halte..’
Send..
Pesan terkirim..
10 menit kemudian nampak mobil milik Leeteuk sudah di depannya.. Donghae keluar minimarket dan berlari menghampiri Leeteuk.
            “waeyo? Ada sesuatu yang terjadi?” terlihat raut wajah Leeteuk sedikit panik
            “nde..” senyumnya “itu.. di sana..” tunjukkan pada seseorang yang berdiri di Halte “tadi sudah ada bus, tapi penuh jadi ia memilih menunggu bus berikutnya.. antar dia pulang hyung..”
            “MWO??” Leeteuk terkejut melihat siapa yang di tunjuk oleh Donghae.. “Han Jimin?? Bagaimana kau..?”
            “dia sudah banyak membantuku hari ini.. tapi aku tidak punya mobil untuk mengantarnya pulang, aku juga tidak punya uang untuk menyewa taxi.. jadi aku memanggilmu saja..”
Leeteuk mendesah tajam “Park Donghae…”
            “sudahlah hyung, dia yeopo kan??” Diakui Leeteuk, Jimin memang yeopo yeoja.. “kalau begitu, sampai bertemu di rumah hyung..” pamit Donghae sembari mengayuh sepedanya meninggalkan Leeteuk yang masih diam.
…. ….
…. ….
Kaca mobil di bukanya perlahan..
            “Han Jimin ssi.. masuklah, ku antar kau pulang..”
Han Jimin menoleh memastikan siapa yang menyapanya “Presdir…??”
            “masuklah, ini sudah malam.. bus masih akan tiba 15 menit lagi..”
            “nde…”
Leeteuk berusaha menyembunyikan rasa canggungnya pada Han Jimin yang sekarang duduk di sebelahnya. Ini pertama kalinya ada seorang yeoja naik ke mobil kesayangannya, kalau bukan karena Donghae..
Jimin pun sama.. ia merasa sungkan bersama Leeteuk, hanya berdua..
            “eoh.. tadi dongsaeng anda ke Hotel..” Han Jimin berusaha membuka percakapan
            “ehm, pasti merepotkanmu kan?”
            “ahh.. animida..”
            “kau tidak perlu berbohong soal Donghae padaku, kami sudah sangat hafal sifatnya..”
Leeteuk tersenyum..
Deggg… deg..
Entah kenapa saat Leeteuk tersenyum seperti itu jantung Jimin terasa terlalu kencang detaknya. Wajahnya yang nampak seperti malaikat.. ehm, sepertinya kepribadiannya sangat menarik. Sama seperti tatanan kamar Hotel miliknya. Dan angka 1004 memang cocok untuknya yang berhati malaikat. Mana ada seorang Presdir mau memberi tumpangan pada pelayan Hotel sepertinya??
Akhirnya tinggal satu gang lagi mereka berbelok untuk sampai ke rumah Han Jimin. Rumahnya terletak di atas tanjakan kecil yang hanya bisa di lewati dengan jalan kaki. Nomor 4 dari sederet rumah yang lain yang besarnya hampir sama. Tidak terlalu besar rumah itu karena hanya ditempatinya bersama Ayah, Ibu dan kakak laki-lakinya yang selalu bermasalah itu. Ayahnya pun jarang pulang karena tuntutan pekerjaan namun mereka bisa bertemu setiap hari minggu. Ibunya satu-satunya orang yang setia menunggu kedatangannya di rumah.
            “kansamhamnida Presdir..”
            “nde.. kalau begitu aku permisi..”
            “aahh.. nde..” Jimin membungkukkan badan memberi hormat. Selang beberapa menit kemudian mobil Leeteuk sudah tidak terlihat lagi setelah belok kanan di ujung pertigaan jalan besar.
…. ….
‘huuuhhh…’ dihempaskannya napas panjang yang sedari tadi di tahannya ‘kau menyebalkan sekali Donghae-ya, kau membuat aku harus merasakan sakit jantung.. wae? Kenapa rasanya jantung ini cepat berdetak, apa aku harus menghubungi Yesung?’ guman Leeteuk sambil mengemudi..
‘dia.. yeopo yeoja..’
‘aarrhhh… kenapa aku memikirkannya?’ gerutunya sendiri. Leeteuk tak tahan.. ia menepikan mobilnya di pinggir jalan..
>< 
..
>< 
Diparkirnya begitu saja mobil itu di pinggir jalan..
            “Umma.. Umma..!!” teriak Sora berlari masuk kedalam rumahnya mencari ibunya
            “Noona..”
            “Kyuhyun-ah.. mana Umma?”
            “Imo di kamar..” tunjuk namja kecil itu.
Siwon yang tadi mengantarnya pulang ikut masuk ke dalam. Ia sudah biasa di dalam rumah Sora, sudah biasa dengan keluarga Sora juga.. bahkan dia adalah malaikat bagi Sora selama ini.
            “Kyu, apa kabar?” sapanya lembut
            “aku baik hyungie.. kau tidak bawa makanan? Kyu lapar..”
Siwon tersenyum, ia tahu kebiasaan Kyuhyun “siapa bilang.. lihat ini..”
            “wahhh… kimchi.. kajja.. kita makan hyung..”
            “kau bisa makan sendiri? hyung ingin ke kamar Imo dulu..”
            “nde..”
Sora memandang wajah ibunya sendu. Wanita itu belum terlalu tua tapi sudah banyak yang di alaminya. Setelah di tinggal ayahnya, ia harus bekerja demi mencukupi kebutuhan Sora..
            “Umma.. mianhae..” ungkapnya “mianhae.. aku tidak di sisih Umma waktu umma sakit..”
Siwon memegang bahu Sora.. “biarkan Umma istirahat Sora-ya.. kau juga..”
            “nde.. gumawo Siwon-ah.. kau selalu menemaniku di saat seperti ini..”
            “nde.. kau tahu kalau aku akan selalu bersamamu..”
>< 
..
>< 
Sungmin memukul punggung seseorang yang tidur tengkurap di atas sofa ruang tengah. Rambutnya awut-awutan, tangan kanannya memegang pensil yang ujungnya menyentuh lantai. Lembar demi lembar kertas putih berserakan di atas meja dan di atas kepalanya.
            “apa yang kau lakukan Hae?” rupanya itu Donghae. ia tak segera membuka mata atau bangun sekalipun ia tahu itu suara Sungmin. Bahkan sebenarnya ia belum tidur terlalu nyenyak.
            “kau masih tetap seperti itu? Yak, bangun anak nakal..!!” serunya sambil menarik tubuh Donghae agar bangun dari berbaring indahnya.
Eeuughh.. keluh Donghae malas “hyung….”
            “wae?? kenapa kau seenaknya pada pekerjaanmu, kau tidak serius eoh?”
            “hyung.. aku sedang banyak masalah jangan ditambah lagi..” rengeknya “kau tidak mau kan adik yang tampan ini sakit..”
Pluukk!! Sungmin sedikit menepuk kening adiknya “bagaimana bisa kau sakit? kepalamu saja sekeras baja..”
            “Yak, hyung.. kenapa kau memukulku.. kau mau membuatku tambah pusing?”
“siapa suruh kau mencari masalah denganku?”
            “aku tidak mencarinya hyung..”
            “YAK, kalian berdua!!” keduanya menoleh. Yesung datang masih dengan jas putihnya “kalian mau ku beri obat bius satu-satu??”
            “apa itu bisa menghilangkan stress hyung? Kalau iya aku minta..” Donghae menyodorkan lengannya pada Yesung “suntik aku hyung..”
            “MWO?? kau yakin?? Aiiggooo.. kau sudah berani dengan ini..??” Yesung mengeluarkan satu jarum suntik. Donghae bergidik ngeri dan ngilu..
            “hyung.. jauhkan itu..” paniknya.
Hahahahaha…
Yesung dan Sungmin tak bisa menahan tawa akhirnya..
            “ada apa Hae??” lembut Yesung kemudian, ia nampak menangkap sesuatu yang aneh pada adiknya “bagaimana kuliahmu? Baik-baik saja kan?”
            “ani..” ia menggeleng kepala “kau lihat kertas itu hyung..” tunjuknya pada lembaran kertas tak karuan itu “Pengajar baru itu sedikit menyulitkanku.. jadi aku memutuskan kabur dari kelasnya..”
Plliitttaaakk..
            “hyungie… kenapa kau memukulku lagi?” ulah Sungmin membuatnya berteriak lagi.
            “kenapa kau bisa seenaknya kabur dari kelas? Kau ini.. dasar.. lagipula sejak kapan kau bisa menggambar?? Ciihh.. ini tidak bisa dipercaya.. makanya jangan ambil kelas yang kau sendiri tidak bisa babo!!”
            “hyungie…”
            “sudah, jangan ulangi lagi Hae.. kau sudah besar, jangan banyak membolos..”
            “hyung, aku ini pintar.. kalian tahu itu kan..”
            “tidak ada hubungannya pintar dengan bolos masuk kelas.. lama-lama kau bisa bodoh nantinya..” ancam Yesung
            “isshh.. sudahlah..” Donghae berniat pergi kekamarnya
            “STOP Hae..” teriak Leeteuk yang rupanya baru saja masuk ke dalam rumah. Pelayan Han berada di belakangnya dengan membawa tas hitam milik Leeteuk “kita makan malam dulu, aku lapar..” lanjutnya “tidak ada penolakan, kajja..!!” perintah itu lebih terdengar seperti paksaan bagi mereka semua.
Dan disinilah berujung..
Empat orang namja mengelilingi meja makan yang sudah penuh dengan menu makan malam pilihan Sungmin.
            “eoh, hyung.. apa ada kabar dari Umma dan Appa??”
Leeteuk menggeleng “kau merindukan mereka? Tumben..”
            “sudah lama tidak bertemu dan mengobrol.. rasanya aneh, seakan mereka itu tidak ada saja.. aku ingin Appa memukulku saat aku memanggilnya Appa dan bukan daddy..” tawanya kecil “atau Umma yang akan memukulku dengan sendok saat meminta suapan darinya..”
            “tiga bulan…. Lumayan lama juga, nanti biar ku hubungi mereka lagi pula aku dengar bulan depan sepertinya mereka akan pulang, Appa ada proyek di Seoul..”
Donghae sedikit bergirang mendengar penuturan Leeteuk. Memang sudah sangat lama mereka tidak bertemu bahkan sejak Donghae memutuskan untuk tinggal bersama hyungdeulnya.
>< 
..
>< 
Leeteuk mengingat bagaimana Donghae masuk ke dalam kehidupan mereka semua. Hari-hari yang dipenuhi teriakan setiap paginya.. tapi yang membuat ia semakin tersenyum trenyuh adalah kepekaannya..
            ‘dia yeoja yeopo hyung…’
Aah, bagaimana adiknya selalu bisa tahu tentang perasaannya..
            “kau benar Hae, dia yeoja yeopo…” guman Leeteuk “gumawo karena sudah membantuku tadi..” lanjutnya sebelum ia menelusup dalam selimut tebal warna putih tulangnya. Matanya sayu semakin berat oleh kantuk yang tak tertahan tapi pikirannya masih bekerja hingga membuahkan senyum tipis mengawali tidur malamnya saat ini..
_ToBeContinue_


9 komentar:

  1. Bingung mau koment apa ff nya selalu aku suka,, ditunggu aja lanjutannya ^^

    BalasHapus
  2. Oh y kl update ff seminggu skali y? Aq jdi g sbar nunggu kelanjutannya :)

    BalasHapus
  3. Ditunggu kelanjutannya chingu... 😆😆

    BalasHapus
  4. Di tunggu ke lanjutnnya chingu ditunggu banget banget banget araseo

    BalasHapus