Cast : Donghae_Siwon_Sungmin_Yoonhae_LeeShinwa
Harrabeoji_JungHyin Umma_JiTae
Other Cast : Jongkook_Soo Ha_Myungsoo
Genre : Brothership, Family
Length : ????
Ch.2(b) Waegurrae??
Ch.sebelumnya….
“kalian menyembunyikan sesuatu dariku??”
“ani..Hae-ya..”
“katakan
umma..”
“………”
Selanjutnya……
“PALLIWA!!
KATAKAN!!”
“Jitae… dia
pembunuh Urri Abeoji.. Hae-ya..” datar Yoonhae “aku masih sangat ingat
wajahnya.. sekalipun sudah 15tahun tidak
bertemu..”
“mwooo??
Aa….aabb..abeoji?? pembunuh abeoji??? Uri abeoji??” ulang Donghae “andwae..
andwaeyo.. maldo andwae.. jongmal maldo andwae…” Donghae limbung saat itu juga,
bersimpuh di lantai dengan tatapan yang masih belum percaya.
“yang
dikatakan Yoonhae tidak benar Hae-ya..” kali ini suara Jitae “kami mengalami
kecelakaan waktu itu..”
“kau.. masih
berani mengelak setelah pergi menghindar selama itu?”
“itu karena
kesalahanmu Hyin-ah.. kenapa kau tak mau mengakuinya? Kau bahkan membuat
Donghae putramu sendiri tersiksa selama ini? waeyo?? Kau tidak sadar juga??
Tidak cukupkah kau kehilangan Haesung saat itu? sekarang kau ingin kehilangan
Donghae?”
“aku tidak
akan kehilangan putraku sendiri.. karena aku tidak akan membiarkannya mengambil
jalan sepertinya..”
“cukup!!”
marah Jitae “berhentilah berpikir untuk hidup seperti itu.. bukankah yang
terpenting kebahagiaan kalian bersama?? Kau tahu Hyin-ah.. Haesung bahagia
hidup seperti itu, tanpa perusahaan itu kalian masih bisa hidup.. kenapa kau
tidak pernah mau memahami dan menerimanya apa adanya? Haesung masih bisa
memenuhi kebutuhanmu sekalipun tidak bekerja di ruang ber AC.. kalau kau terus
seperti ini kau menyiksa Donghae..!! sekali saja.. biarkan dia memilih jalannya
dan meraih kebahagiaannya..”
“sebenarnya
apa yang terjadi??” lirih Donghae. Siwon tak tega melihat kondisi dongsaengnya
seperti itu tapi ia tak bisa menghampirinya.. ini bukan urusannya, kalau ia
keluar dan menolong Donghae masalah akan tambah kacau. Akhirnya ia menahan diri
untuk tidak beranjak dari tempatnya bersembunyi.
“15 tahun
yang lalu.. Haesung, Abeoji kalian diam-diam pergi bersama kami untuk
pertunjukkan.. kami bertiga.. aku, Haesung dan Seunghoon.. sayangnya mobil yang
kami tumpangi mengalami kecelakaan saat badai salju..” suara Jitae bergetar
“hanya aku yang selamat… mianhae Hae, aku tidak dapat menyelamatkan Abeoji-mu…”
“dan apa kau
tahu? Haesung sangat marah padamu waktu itu.. dia tidak ingin bertengkar dengan
Jungwon ssi.. bukankah sudah sepakat untuk menyerahkan 60% saham Lee Group pada
Jungwon sebagai putra sulung keluarga Lee..”
“dia tidak
berhak menerima itu.. Jungwon bukan oppa kandungku.. dia anak Appa dengan yeoja
lain!! dan itu bukan Umma.. lagipula karena Sinri.. oppa hidup menderita..”
“tetap saja
dia yang berhak Junghyin-ah.. dan kenapa kau selalu menyalahkan orang lain??”
“YAK!!
NUGUSEYO?? Kau bukan siapa-siapa kami.. untuk apa kau ikut campur??”
“hah.. jadi
kau tidak menganggap persahabatan kita bertiga??”
“sahabat??”
“dan asal kau
tahu Hyin-ah.. aku kembali kesini karena Donghae… Haesung memintaku
menjaganya..” jengkel Jitae “Hae-ya….” Kini suaranya lembut pada Donghae “lagu
yang kuberikan kemarin.. itu dari Haesung.. dia memintaku memberikannya
padamu.. itu pesannya yang terakhir..”
“geuraeyo???
lalu kenapa aku tidak mengingat abeoji sama sekali??”
“kau sakit
saat Abeoji pergi.. demammu tinggi.. setelah kau sembuh, kau tidak pernah
mengingat dan menanyakan lagi soal Abeoji..” terang Junghyin
“umma..
begitu mudah mengungkap semua ini? kenapa tidak mengatakannya dari dulu? Umma
menyembunyikan ini belasan tahun..” Donghae menatap kosong ke depan.
“karena aku
menyayangimu Hae.. aku tidak ingin kau sakit lagi..”
“umma justru
membuat aku sakit selama ini..” ungkap Donghae “aku benci kalian semua..”
Donghae berdiri berlari meninggalkan mereka semua menerobos Siwon yang ujung
pintu..
“DONGHAE!!!”
**waffle_macaroon**
Bahunya bergetar hebat.. Siwon tahu ia sedang menangis
sekalipun ia berbaring menghadap dinding. Ia tak bisa berkata apapun untuk
menenangkan dongsaengnya itu.. ia hanya duduk di tepi ranjang ruang kesehatan
tempat Donghae berbaring..
**waffle_macaroon**
“hyung…. Kau punya tempat untuk menenangkan diri?” suara
Donghae setelah beberapa menit lalu menangis dan hanya berbaring. Ia di dalam
mobil Siwon kini..
“kita kesana
sore ini..” jawab Siwon tanpa panjang lebar.
**waffle_macaroon**
Jinan (*Jinan, taman, seperti dalam drama korea -49 days-*),
jalanan taman bunga sakura yang penuh dengan serakan kelopak bunga yang gugur.
Siwon tidak salah memilih tempat..
“kau bisa
berada di taman ini sepuasmu Hae, hyung akan menunggumu di kedai..” ujar Siwon
beberapa saat setelah mereka tiba di Jinan. Ia membawa Donghae kemari bukan
tanpa alasan, Siwon ingin bertemu dengan Bong Ajjussi yang sudah lama tak
ditemuinya.
Donghae sedikit tenang, ia bisa bebas sementara waktu dari
kepenatan hatinya. Hati yang merasa dibohongi…
“mereka
benar-benar tidak memberitahu kebenarannya padaku..” gumamnya sendiri di taman
itu sambil ia melihat jauh lepas ke arah danau.
Ia mengulang ingatannya tentang bagaimana pertemuan
pertamanya dengan Jitae, saat itu pasti Jitae tahu siapa diriinya. Bahkan
alasan Jitae menjadi guru di sekolahnya.. mungkin karena ia ingin dekat dengan
Donghae.. Jitae berusaha menjaganya.. semua.. semua yang dilakukan laki-laki
separuh baya itu terekam jelas di benaknya. Sampai pada ingatan Yoonhae yang
terkejut saat menatap wajah di poster kamar Donghae. dan yang terakhir..
pertengkaran yang terjadi di ruang bawah tanah kesukaannya..
“sekarang
apa yang akan terjadi lagi dalam hidupku? Wae.. waeyo?? Kenapa aku bisa
kehilangan semua memori bersama Appaku sendiri?? Apa karena aku yang tidak
ingin mengingatnya? Mungkinkah?? Apa aku terlalu kecil waktu itu??” Donghae bermonolog
sendiri..
“ternyata
seperti ini rasanya sakit.. kalau begini caranya aku lebih memilih kehilangan
semua memoriku..” pasrahnya mengoyak rambutnya sendiri..
“kau akan
menjadi orang yang bodoh kalau begitu…” suara datar….
“hyung???”
Donghae tahu itu suara Siwon.
“kau mau
hidup terus dalam kebohongan?? Kau akan jadi orang yang bodoh dan dibodohi
kebohongan..”
Namja itu menunduk… ia mengerti maksud Siwon, tentu saja..
Siwon menuntun dongsaengnya, mengajaknya kembali ke kedai
kimchi Bong Ajjussi..
“makanlah
selagi hangat… kau pasti lapar setelah perjalanan panjang…” Bong Ajjussi
menyodorkan semangkuk soup pada namja di depannya.
Ia diam, memandang makanan itu tanpa nafsu.. pandangannya
kosong tak menentu..
“kau tidak
suka Soup?”
Siwon menggenggam tangan Donghae.. “makanlah.. Bong Ajjussi
membuatkannya khusus untukmu.. dia menjual kimchi tapi membuat soup juga bisa..
hyung tidak ingin kau sakit.. palli..”
“ne…”
datarnya
“mau hyung
suapi??”
“aniyo…”
“baiklah,,
habiskan..”
“ne..”
**waffle_macaroon**
Donghae menatap langit-langit kamarnya, ia bahkan tak
peduli pada Siwon yang membenahi selimutnya.
“tidurlah…”
“hyung,
menurutmu apa yang membuat Umma menuduh Jitae sam sebagai pembunuh Abeoji??”
Siwon tersenyum… ia mengikuti dongsaengnya berbaring menatap
langit kamar mereka “kau masih memikirkan Jitae ssi??” Siwon benar-benar ingin
tertawa bahkan disituasi seperti ini.. Donghae menyakan hal yang tidak perlu
rasanya.
“aku ingin
tahu seperti apa Abeoji.. Jitae sam pasti punya banyak cerita..”
“kau tidak
ingin menanyakannya pada Ajjuma??”
“Umma tidak
akan menjawabnya.. umma membenci Abeoji.. hampir membuang gitarku apa itu bukan
tanda kalau ia membecinya?”
“dia tidak
membencinya Hae, hanya gitar itu yang dibencinya.. kalau Ajjuma membenci Haesung
Ajjussi.. kau dan Yoonhae noona tidak akan ada di dunia ini..”
“aku tidak
mengerti hyung….” Donghae masih menerawang ke langit-langit “dan tidak ingin
mengerti untuk saat ini.. bahkan kepalaku saja rasanya sakit untuk ku ajak
mengerti.. kalaupun aku ingat bagaimana Abeoji pasti aku akan melupakannya
lagi.. bukankah waktu itu usiaku masih sangat kecil?? Aku bahkan tidak banyak
ingat saat aku 5tahun.. tidak ada gunanya juga kalau ingatanku kembali.. usiaku
saat itu 3 tahun hyung, kalau aku harus memulai ingatan baru di usia itu sama
saja kan??”
Ya, Siwon juga berpikir seperti itu.. seseorang memiliki
memori dalam batas waktu tertentu.. termasuk saat ia masih bayi, tidak banyak
orang yang tahu seperti apa dia waktu kecil. Kebanyakan mereka memiliki memori
saat usia mereka 4 atau lima tahun.. itu artinya, Donghae sama sekali tidak
membutuhkan memori masa kecilnya bersama sang Abeoji..
“aku hanya
ingin memulai semuanya dari awal hyung.. aku hanya ingin tahu seperti apa
Abeoji..?? bagaimana rasanya punya seorang Abeoji? Apa sama seperti Halbae dan
hyung??”
“Hae-ya…
untuk apa kau pikirkan itu? lihat.. hyung juga sama sepertimu…” Donghae menatap
Siwon “kemarilah.. bukankah hyung sudah berjanji akan memelukmu saat kau
butuhkan??” Siwon memeluk Donghae, mengusap pelan kepala dongsaengnya dan
berusaha membuat Donghae tidur malam itu.
**waffle_macaroon**
“terimakasih karena sudah
mengerti kondisiku, hyung….” Ungkap Siwon di telphone.
“…………………….”
“ne,
aku akan segera kembali setelah keadaannya lebih baik.. bagiku dia lebih
penting dari pekerjaan itu..”
Donghae memperhatikan hyungnya dari jauh…
“besok kita
pulang….”
“Kau?? Sudah
baik-baik saja??”
“ne.. aku
merindukan Halbae, hyung…”
“arra…”
Donghae tidak tahu apa ia harus sedih atau senang. Selama
di Jinan ia hanya bisa diam dan diam. Tak banyak yang ingin dilakukannya… jika
ia kembali ke rumah esok, artinya ia harus siap bertemu dengan mereka.. mereka
yang sudah menyembunyikan kenyataan darinya. Namun tak bisa dipungkiri juga
bahwa Ia sangat merindukan mereka. Donghae tak pernah bisa marah pada Ummanya
karena yang dilakukannya selama ini hanya untuk melindungi Donghae dari rasa
sakit. dan kali ini ia ngin sekali bertemu dengan Jitae. Donghae ingin tahu
lebih banyak tentang Abeojinya.. seperti apa Haesung pada waktu dulu..
“Hae.. kau
siap kembali bertemu mereka?”
“ne hyung,
lagipula aku sudah beberapa hari tidak sekolah.. sebentar lagi aku ujian hyung,
aku tidak ingin gagal hanya karena masalah ini..”
Siwon senang “hyung akan selalu disampingmu..”
“kalau
begitu.. bisakah kita jalan-jalan sebelum pulang besok..”
“tentu..
kajja!!”
“kalian
ingin kubuatkan bekal??” tawar Ajjussi..
“bisakah
Ajjussi juga ikut dengan kami?? Hanya sehari saja tutup tidak akan mengalami
banyak kerugian kan??” ajak Donghae “jebal hyung… kau bisa mengganti biaya
sehari tutup kedai?”
“OMO.. kau
mengajakku??”
“jebal
Ajjussii….” Rupanya Donghae kini sudah sedikit ceria, bahkan penyakit manjanya
mulai kambuh membuat Bong Ajjussi dan Siwon tertawa kecil.
“Ne, Tuan
Muda Kecil… aku akan ikut denganmu tanpa kau ganti biaya tutup kedai
sehari..!!”
Ia girang….. “KAJJAA!!” menyeret dua orang namja yang lebih
tua dengannya itu bagai temannya sendiri.
**waffle_macaroon**
Suasana meja makan sepi tanpa kehadiran Donghae dan Siwon.
Hanya ada bunyi dentunan sendok yang menyentuh piring dengan tak sengaja.
Junghyin ragu-ragu menatap Abeojinya sedangkan Yoonhae ia memilih menunduk
diam.
“Donghae
pasti terpukul dengan kenyataan ini…” buka Tuan Lee “kuharap dia baik-baik
saja..”
“ini semua
karena namja itu…”
“kau masih
menyalahkan Jitae?? Tidak menyadari dirimu sendirilah yang membuat masalah ini
terjadi??” ucap Tuan Lee “Jungyhin-ah.. apa kau mencintai suamimu?? Kau
mencintainya kan?”
“untuk appa
Abeoji menanyakan itu?”
“kalau kau
memang mencintainya seharusnya kau tahu apa yang menjadi kebahagiaannya..”
“waeyo??
Kenapa Abeoji selalu menyalahkanku??”
“aku tidak
pernah menyalahkanmu.. aku hanya ingin mengingatkanmu.. kau putriku tapi kenapa
seperti bukan putriku?? Lihat.. bahkan sekarang kau adalah satu-satunya
putriku.. aku sudah kehilangan Jungwon.. bahkan Sinri dan Haesung suamimu juga
sudah pergi.. hanya tinggal kau dan anak-anak itu.. kenapa kau tidak pernah
bisa hidup damai dengan mereka?? Wae?? Bahkan dengan Donghae putramu sendiri..
kau tidak tahu kan rasanya kehilangan orang-orang yang kau cintai??”
“Abeoji……..”
“hentikan
keinginanmu yang selalu memaksa mereka itu Junghyin-ah.. sebelum kau sendiri
yang menyesal… pikirkan kebahagiaan Donghae dan Yoonhae…”
Yoonhae merasa namanya disebut… ia makin menunduk diam..
“Yoonhae-ya..
katakan.. apa kau bahagia selama ini?? kau melakukan pekerjaan itu apa karena
keinginanmu??” tanya Tuan Lee pada cucu perempuannya “Halbae hanya ingin
melihat kau, Donghae dan Siwon bahagia.. hidup tanpa ada pertengkaran ataupun
persaingan.. siapa lagi yang akan menjadi pewaris perusahaan kalau bukan kalian
bertiga??”
Isshh… mereka tak berani menjawab, baru kali ini Tuan Lee
terdengar marah.. bahkan Jongkook tak berani mendekat dan hanya menunggu di
luar rumah.
**waffle_macaroon**
Ia memasukkan semua barangnya dalam koper besar hingga tak
menyisahkan satu barang pun untuk ditinggalkannya. Terakhir, gitar yang menjadi
temannya selama ini dibawahnya di belakang punggung. Sebelum benar-benar pergi
langkahnya terhenti sesaat menatap ruangan yang sudah memberikan banyak
kenangan bersama anak itu _read:Donghae_.
**waffle_macaroon**
Mobil yang dikendari Siwon melaju sedang. Sambil ia
mengemudi sesekali ia menengok ke arah samping kemudi dimana Donghae terlelap
di sana. Ada guratan rasa cemas pada dongsaengnya itu namun ia yakin Donghae
sedang berusaha menjadi dewasa. Ia bahkan berjanji untuk selalu melindungi
namja yang sudah menjadi dongsaengnya itu.
“hanya kau
Hae, alasan hyung melakukan semua ini…” Siwon tersenyum sendiri mendengar
pengakuannya… sejak kapan ia menyayangi Donghae? sejak kapan Donghae menjadi
orang yang sangat berharga baginya??
“hah… aku
bisa gila kalau begini…” umpatnya “tapi jujur.. karena kau, hyung merasa
memiliki alasan untuk hidup.. setelah Appa dan Umma pergi.. aku tidak punya
siapaun Hae.. tapi saat ini, aku punya Halbae.. dan terlebih.. aku memilikimu..
aku memiliki seseorang yang selalu menganggapku berarti baginya… gumawo Hae..
jongmal gumawo saengi…”
Ia bermonolog sendiri tanpa takut siapapun mendengarnya.
Namun, kata-kata itu lebih baik jika namja di sampingnya mendengar semuanya.
**waffle_macaroon**
Kosong… itulah yang terjadi pada ruang bawah tanah tempat
mereka latihan musik. Donghae mencari kesegala arah tapi tetap tidak ada Jitae
sam disana hingga akhirnya ia memutuskan kembali ke kelasnya.
“Kyu… kau
tahu dimana Jitae sam?” Kyuhyun, menghentikan pekerjaannya sebentar
_mengerjakan soal matematika_.
“mwo?? kau
tidak tahu?? Aahhh gurrae.. kau tidak masuk beberapa hari ini.. Jitae sam
sedang cuti…”
“mworago??”
“isshhh…
cuti…” ulang Kyuhyun teman sekelasnya
“waeyo??”
“Yak!! mana
ku tahu… tanya saja pada kepala sekolah…” jengkelnya karena merasa ia diganggu.
“arra!!”
datar Donghae “gumapta..” bagaimanapun ia harus berterimakasih pada Kyuhyun.
Ia berjalan ke luar menyusur koridor sekolah…. Sambil..
‘sam, dimana?’
‘sam,
kau pergi?’
‘kau
menghindariku?’
‘YAK!!
aku menghormatimu sebagai guru.. tapi aku menagih janjimu pada Abeoji..’
Donghae mengirim pesan suara pada Jitae.. ia jengkel karena
ponsel Jitae tak berhasil dihubunginya. Hingga akhirnya ia menyerah dan…
“hyung, Jitae sam mengambil cuti…”
“……………”
“aniyo…
aku yakin itu hanya alasannya.. dia menghindariku hyung.. jebal bantu aku!!”
“………….”
“Yak…
hyung!! Kau sudah ijin tidak menemaniku beberapa waktu.. jadi sekarang bantulah
aku mencarinya..” paksa Donghae pada namja di ujung ponselnya _Sungmin_.
**waffle_macaroon**
Donghae menggebrak pintu. Kali ini bukan pintu ruangan
Kakeknya melainkan pintu kamarnya sendiri. Frustasi dan kecewa bercampur jadi
satu membuatnya ingin marah saja. ia bahkan hampir berteriak tapi tertahan.
“aaiiisshh…”
Donghae mengacak rambut rapinya hingga kelihatan sangat berantakan “sangat
menyebalkan…” lontarnya lalu mambanting tubuhnya pada ranjangnya.
“YAK!! AKU
BENCI!!” akhirnya berteriak…
Teriakan yang membuat seluruh penghuni rumah itu menjadi
sangat mengkhawatirkannya. Jongkook bahkan menahan Sungmin untuk masuk ke kamar
Donghae.
“biarkan dia
sendiri Sungmin… kurasa dia butuh waktu…”
“tapi tuan
muda kecil belum makan Jongkook ssi..” ujar Kim Ajjuma.
“Ajjuma…
Donghae tak kan mati hanya karena belum makan siang…” Jongkook sedikit
berkelakar.
“Appa… tapi
aku tidak bisa membiarkannya seperti itu, biarkan aku masuk dan menemaninya…”
pinta Sungmin.
Jongkook tetap mencegahnya. Yang bisa menenangkan Donghae
saat ini hanya Siwon… Siwon yang tahu keadaan sebenarnya… mereka tetap akan
mengawasi dan menjaga Donghae tapi saat ini hanya bisa melakukannya dari jauh.
“Donghae
memintaku mencari keberadaan Jitae…”
“kalau begitu
temukan Jitae… kau bisa membantunya dengan cara itu…”
“baiklah…”
Sungmin menurut.
**waffle_macaroon**
“Hae…..” Donghae mendengar seseorang memanggilnya lembut.
Ia tahu persis suara siapa itu.. “buka pintunya…”
“shirreo!!”
“mianhae…”
“pergi…”
Donghae menutup kedua telinganya. Ia tak ingin mendengar kata maaf dari
Ummanya, ia tak ingin mendengar penjelasan apapun. Ia menjadi Donghae yang
egois untuk saat ini. Ia tak ingin banyak bicara tapi hatinya berontak…
Tak lama suara itu menghilang, mungkin Junghyin lelah
menanggapi sikap anaknya. Kini kamar itu kembali sepi… gelap. Donghae
memadamkan lampu padahal seumur-umur dia tidak pernah betah berada di dalam
ruangan yang gelap. Keadaannya kali ini membuat seiisi rumah mencemaskannya.
“Lee
Donghae….” kali ini suara lain “boleh Halbae masuk??” tangan Tuan Lee tak tahan
kalau hanya memegang pintu Donghae. Ia buka pintu itu perlahan dan masuk ke
dalam menemui penghuninya.
Pemilik kamar itu duduk dengan bersandar kepala pada
jendela kaca bertirai soft blue. Matanya terpaku ke atas langit menatap bulan
yang seorang diri di sana ‘sama sepertinya’ batinnya. Ia tak bergerak walau
hanya memutar kepala menlihat datangnya Tuan Lee. Bahkan sampai namja tua itu
duduk disampingnya ia tak tahu atau tak mau tahu tepatnya.
“Hae..
halbae paham kau kecewa dengan kenyataan ini… mianhae.. jongmal mianhae, Halbae
tak pernah bercerita soal Haesung… halbae berpikir kalau kau lebih baik hidup
tanpa mengetahuinya. Karena kesedihanmu adalah kesedihan Halbae juga.. kau tahu
selama ini Halbae selalu menuruti keinginanmu? Karena Halbae tak ingin kau
sedih.. tak ingin kau seperti ini… Halbae lebih suka Donghae yang selalu
membuat keributan tiap harinya…”
“setidaknya,
ajaklah aku ke makam Abeoji… aku tidak ingin jadi anak yang durhaka karena
tidak mengenal ayahnya sendiri …”
“gurrae…
besok akan Halbae antar ke tempat Haesung…”
“Halbae…”
tatap Donghae degan mata berkaca “bisakah Halbae menemukan Jitae sam untukku?
Jitae sam sudah seperti Abeoji…. Aku tidak ingin dia pergi, mengapa Umma membecinya?
Jitae sam tidak bersalah kan Halbae??”
Tuan Lee tersenyum “ne, halbae akan menemukan Jitae
untukmu…”
“jongmalyo???”
“apa aku
pernah berbohong??”
“gumapta…”
Diluar kamar…
Siwon, namja itu tak sengaja mendengar percakapan mereka.
Ia ikut senang mendengar Donghae baik-baik saja sekarang… saat langkahnya ingin
bergabung dengan mereka…
“yeoboseyo hyung?? Waegurrae??” sapanya
mengangkat telphone.
“………………….”
“MWO??”
paniknya “arra…. Aku akan kesana sekarang, tunggu sebentar…”
Ia mengurungkan niatnya bertemu Donghae dan Halbae. Secepat
langkah yang ia bisa, Siwon kembali ke kantor sehabis menerima berita dari
Eunhyuk…
……………… ……………
ToBeContinue ^_^