Jumat, 14 November 2014

Waffle&Macaroon Ch.2(b)



Cast : Donghae_Siwon_Sungmin_Yoonhae_LeeShinwa Harrabeoji_JungHyin Umma_JiTae
Other Cast : Jongkook_Soo Ha_Myungsoo
Genre : Brothership, Family
Length : ????

Ch.2(b) Waegurrae??
Ch.sebelumnya….
“kalian menyembunyikan sesuatu dariku??”
          “ani..Hae-ya..”
          “katakan umma..”
          “………”        

Selanjutnya……
          “PALLIWA!! KATAKAN!!”
          “Jitae… dia pembunuh Urri Abeoji.. Hae-ya..” datar Yoonhae “aku masih sangat ingat wajahnya..  sekalipun sudah 15tahun tidak bertemu..”
          “mwooo?? Aa….aabb..abeoji?? pembunuh abeoji??? Uri abeoji??” ulang Donghae “andwae.. andwaeyo.. maldo andwae.. jongmal maldo andwae…” Donghae limbung saat itu juga, bersimpuh di lantai dengan tatapan yang masih belum percaya.
          “yang dikatakan Yoonhae tidak benar Hae-ya..” kali ini suara Jitae “kami mengalami kecelakaan waktu itu..”
          “kau.. masih berani mengelak setelah pergi menghindar selama itu?”
          “itu karena kesalahanmu Hyin-ah.. kenapa kau tak mau mengakuinya? Kau bahkan membuat Donghae putramu sendiri tersiksa selama ini? waeyo?? Kau tidak sadar juga?? Tidak cukupkah kau kehilangan Haesung saat itu? sekarang kau ingin kehilangan Donghae?”
          “aku tidak akan kehilangan putraku sendiri.. karena aku tidak akan membiarkannya mengambil jalan sepertinya..”
          “cukup!!” marah Jitae “berhentilah berpikir untuk hidup seperti itu.. bukankah yang terpenting kebahagiaan kalian bersama?? Kau tahu Hyin-ah.. Haesung bahagia hidup seperti itu, tanpa perusahaan itu kalian masih bisa hidup.. kenapa kau tidak pernah mau memahami dan menerimanya apa adanya? Haesung masih bisa memenuhi kebutuhanmu sekalipun tidak bekerja di ruang ber AC.. kalau kau terus seperti ini kau menyiksa Donghae..!! sekali saja.. biarkan dia memilih jalannya dan meraih kebahagiaannya..”
          “sebenarnya apa yang terjadi??” lirih Donghae. Siwon tak tega melihat kondisi dongsaengnya seperti itu tapi ia tak bisa menghampirinya.. ini bukan urusannya, kalau ia keluar dan menolong Donghae masalah akan tambah kacau. Akhirnya ia menahan diri untuk tidak beranjak dari tempatnya bersembunyi.
          “15 tahun yang lalu.. Haesung, Abeoji kalian diam-diam pergi bersama kami untuk pertunjukkan.. kami bertiga.. aku, Haesung dan Seunghoon.. sayangnya mobil yang kami tumpangi mengalami kecelakaan saat badai salju..” suara Jitae bergetar “hanya aku yang selamat… mianhae Hae, aku tidak dapat menyelamatkan Abeoji-mu…”
          “dan apa kau tahu? Haesung sangat marah padamu waktu itu.. dia tidak ingin bertengkar dengan Jungwon ssi.. bukankah sudah sepakat untuk menyerahkan 60% saham Lee Group pada Jungwon sebagai putra sulung keluarga Lee..”
          “dia tidak berhak menerima itu.. Jungwon bukan oppa kandungku.. dia anak Appa dengan yeoja lain!! dan itu bukan Umma.. lagipula karena Sinri.. oppa hidup menderita..”
          “tetap saja dia yang berhak Junghyin-ah.. dan kenapa kau selalu menyalahkan orang lain??”
          “YAK!! NUGUSEYO?? Kau bukan siapa-siapa kami.. untuk apa kau ikut campur??”
          “hah.. jadi kau tidak menganggap persahabatan kita bertiga??”
          “sahabat??”
          “dan asal kau tahu Hyin-ah.. aku kembali kesini karena Donghae… Haesung memintaku menjaganya..” jengkel Jitae “Hae-ya….” Kini suaranya lembut pada Donghae “lagu yang kuberikan kemarin.. itu dari Haesung.. dia memintaku memberikannya padamu.. itu pesannya yang terakhir..”
          “geuraeyo??? lalu kenapa aku tidak mengingat abeoji sama sekali??”
          “kau sakit saat Abeoji pergi.. demammu tinggi.. setelah kau sembuh, kau tidak pernah mengingat dan menanyakan lagi soal Abeoji..” terang Junghyin
          “umma.. begitu mudah mengungkap semua ini? kenapa tidak mengatakannya dari dulu? Umma menyembunyikan ini belasan tahun..” Donghae menatap kosong ke depan.
          “karena aku menyayangimu Hae.. aku tidak ingin kau sakit lagi..”
          “umma justru membuat aku sakit selama ini..” ungkap Donghae “aku benci kalian semua..” Donghae berdiri berlari meninggalkan mereka semua menerobos Siwon yang ujung pintu..
          “DONGHAE!!!”
**waffle_macaroon**
Bahunya bergetar hebat.. Siwon tahu ia sedang menangis sekalipun ia berbaring menghadap dinding. Ia tak bisa berkata apapun untuk menenangkan dongsaengnya itu.. ia hanya duduk di tepi ranjang ruang kesehatan tempat Donghae berbaring..
**waffle_macaroon**
            “hyung…. Kau punya tempat untuk menenangkan diri?” suara Donghae setelah beberapa menit lalu menangis dan hanya berbaring. Ia di dalam mobil Siwon kini..
          “kita kesana sore ini..” jawab Siwon tanpa panjang lebar.
**waffle_macaroon**
Jinan (*Jinan, taman, seperti dalam drama korea -49 days-*), jalanan taman bunga sakura yang penuh dengan serakan kelopak bunga yang gugur. Siwon tidak salah memilih tempat..
          “kau bisa berada di taman ini sepuasmu Hae, hyung akan menunggumu di kedai..” ujar Siwon beberapa saat setelah mereka tiba di Jinan. Ia membawa Donghae kemari bukan tanpa alasan, Siwon ingin bertemu dengan Bong Ajjussi yang sudah lama tak ditemuinya.
Donghae sedikit tenang, ia bisa bebas sementara waktu dari kepenatan hatinya. Hati yang merasa dibohongi…
          “mereka benar-benar tidak memberitahu kebenarannya padaku..” gumamnya sendiri di taman itu sambil ia melihat jauh lepas ke arah danau.
Ia mengulang ingatannya tentang bagaimana pertemuan pertamanya dengan Jitae, saat itu pasti Jitae tahu siapa diriinya. Bahkan alasan Jitae menjadi guru di sekolahnya.. mungkin karena ia ingin dekat dengan Donghae.. Jitae berusaha menjaganya.. semua.. semua yang dilakukan laki-laki separuh baya itu terekam jelas di benaknya. Sampai pada ingatan Yoonhae yang terkejut saat menatap wajah di poster kamar Donghae. dan yang terakhir.. pertengkaran yang terjadi di ruang bawah tanah kesukaannya..
          “sekarang apa yang akan terjadi lagi dalam hidupku? Wae.. waeyo?? Kenapa aku bisa kehilangan semua memori bersama Appaku sendiri?? Apa karena aku yang tidak ingin mengingatnya? Mungkinkah?? Apa aku terlalu kecil waktu itu??” Donghae bermonolog sendiri..
          “ternyata seperti ini rasanya sakit.. kalau begini caranya aku lebih memilih kehilangan semua memoriku..” pasrahnya mengoyak rambutnya sendiri..
          “kau akan menjadi orang yang bodoh kalau begitu…” suara datar….
          “hyung???” Donghae tahu itu suara Siwon.
          “kau mau hidup terus dalam kebohongan?? Kau akan jadi orang yang bodoh dan dibodohi kebohongan..”
Namja itu menunduk… ia mengerti maksud Siwon, tentu saja..
Siwon menuntun dongsaengnya, mengajaknya kembali ke kedai kimchi Bong Ajjussi..
          “makanlah selagi hangat… kau pasti lapar setelah perjalanan panjang…” Bong Ajjussi menyodorkan semangkuk soup pada namja di depannya.
Ia diam, memandang makanan itu tanpa nafsu.. pandangannya kosong tak menentu..
          “kau tidak suka Soup?”
Siwon menggenggam tangan Donghae.. “makanlah.. Bong Ajjussi membuatkannya khusus untukmu.. dia menjual kimchi tapi membuat soup juga bisa.. hyung tidak ingin kau sakit.. palli..”
          “ne…” datarnya
          “mau hyung suapi??”
          “aniyo…”
          “baiklah,, habiskan..”
          “ne..”
**waffle_macaroon**
Donghae menatap langit-langit kamarnya, ia bahkan tak peduli pada Siwon yang membenahi selimutnya.
          “tidurlah…”
          “hyung, menurutmu apa yang membuat Umma menuduh Jitae sam sebagai pembunuh Abeoji??”
Siwon tersenyum… ia mengikuti dongsaengnya berbaring menatap langit kamar mereka “kau masih memikirkan Jitae ssi??” Siwon benar-benar ingin tertawa bahkan disituasi seperti ini.. Donghae menyakan hal yang tidak perlu rasanya.
          “aku ingin tahu seperti apa Abeoji.. Jitae sam pasti punya banyak cerita..”
          “kau tidak ingin menanyakannya pada Ajjuma??”
          “Umma tidak akan menjawabnya.. umma membenci Abeoji.. hampir membuang gitarku apa itu bukan tanda kalau ia membecinya?”
          “dia tidak membencinya Hae, hanya gitar itu yang dibencinya.. kalau Ajjuma membenci Haesung Ajjussi.. kau dan Yoonhae noona tidak akan ada di dunia ini..”
          “aku tidak mengerti hyung….” Donghae masih menerawang ke langit-langit “dan tidak ingin mengerti untuk saat ini.. bahkan kepalaku saja rasanya sakit untuk ku ajak mengerti.. kalaupun aku ingat bagaimana Abeoji pasti aku akan melupakannya lagi.. bukankah waktu itu usiaku masih sangat kecil?? Aku bahkan tidak banyak ingat saat aku 5tahun.. tidak ada gunanya juga kalau ingatanku kembali.. usiaku saat itu 3 tahun hyung, kalau aku harus memulai ingatan baru di usia itu sama saja kan??”
Ya, Siwon juga berpikir seperti itu.. seseorang memiliki memori dalam batas waktu tertentu.. termasuk saat ia masih bayi, tidak banyak orang yang tahu seperti apa dia waktu kecil. Kebanyakan mereka memiliki memori saat usia mereka 4 atau lima tahun.. itu artinya, Donghae sama sekali tidak membutuhkan memori masa kecilnya bersama sang Abeoji..
          “aku hanya ingin memulai semuanya dari awal hyung.. aku hanya ingin tahu seperti apa Abeoji..?? bagaimana rasanya punya seorang Abeoji? Apa sama seperti Halbae dan hyung??”
          “Hae-ya… untuk apa kau pikirkan itu? lihat.. hyung juga sama sepertimu…” Donghae menatap Siwon “kemarilah.. bukankah hyung sudah berjanji akan memelukmu saat kau butuhkan??” Siwon memeluk Donghae, mengusap pelan kepala dongsaengnya dan berusaha membuat Donghae tidur malam itu.
**waffle_macaroon**
            “terimakasih karena sudah mengerti kondisiku, hyung….” Ungkap Siwon di telphone.
          “…………………….”
          “ne, aku akan segera kembali setelah keadaannya lebih baik.. bagiku dia lebih penting dari pekerjaan itu..”
Donghae memperhatikan hyungnya dari jauh…
          “besok kita pulang….”
          “Kau?? Sudah baik-baik saja??”
          “ne.. aku merindukan Halbae, hyung…”
          “arra…”
Donghae tidak tahu apa ia harus sedih atau senang. Selama di Jinan ia hanya bisa diam dan diam. Tak banyak yang ingin dilakukannya… jika ia kembali ke rumah esok, artinya ia harus siap bertemu dengan mereka.. mereka yang sudah menyembunyikan kenyataan darinya. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa Ia sangat merindukan mereka. Donghae tak pernah bisa marah pada Ummanya karena yang dilakukannya selama ini hanya untuk melindungi Donghae dari rasa sakit. dan kali ini ia ngin sekali bertemu dengan Jitae. Donghae ingin tahu lebih banyak tentang Abeojinya.. seperti apa Haesung pada waktu dulu..
          “Hae.. kau siap kembali bertemu mereka?”
          “ne hyung, lagipula aku sudah beberapa hari tidak sekolah.. sebentar lagi aku ujian hyung, aku tidak ingin gagal hanya karena masalah ini..”
Siwon senang “hyung akan selalu disampingmu..”
          “kalau begitu.. bisakah kita jalan-jalan sebelum pulang besok..”
          “tentu.. kajja!!”
          “kalian ingin kubuatkan bekal??” tawar Ajjussi..
          “bisakah Ajjussi juga ikut dengan kami?? Hanya sehari saja tutup tidak akan mengalami banyak kerugian kan??” ajak Donghae “jebal hyung… kau bisa mengganti biaya sehari tutup kedai?”
          “OMO.. kau mengajakku??”
          “jebal Ajjussii….” Rupanya Donghae kini sudah sedikit ceria, bahkan penyakit manjanya mulai kambuh membuat Bong Ajjussi dan Siwon tertawa kecil.
          “Ne, Tuan Muda Kecil… aku akan ikut denganmu tanpa kau ganti biaya tutup kedai sehari..!!”
Ia girang….. “KAJJAA!!” menyeret dua orang namja yang lebih tua dengannya itu bagai temannya sendiri.
**waffle_macaroon**
            Suasana meja makan sepi tanpa kehadiran Donghae dan Siwon. Hanya ada bunyi dentunan sendok yang menyentuh piring dengan tak sengaja. Junghyin ragu-ragu menatap Abeojinya sedangkan Yoonhae ia memilih menunduk diam.
          “Donghae pasti terpukul dengan kenyataan ini…” buka Tuan Lee “kuharap dia baik-baik saja..”
          “ini semua karena namja itu…”
          “kau masih menyalahkan Jitae?? Tidak menyadari dirimu sendirilah yang membuat masalah ini terjadi??” ucap Tuan Lee “Jungyhin-ah.. apa kau mencintai suamimu?? Kau mencintainya kan?”
          “untuk appa Abeoji menanyakan itu?”
          “kalau kau memang mencintainya seharusnya kau tahu apa yang menjadi kebahagiaannya..”
          “waeyo?? Kenapa Abeoji selalu menyalahkanku??”
          “aku tidak pernah menyalahkanmu.. aku hanya ingin mengingatkanmu.. kau putriku tapi kenapa seperti bukan putriku?? Lihat.. bahkan sekarang kau adalah satu-satunya putriku.. aku sudah kehilangan Jungwon.. bahkan Sinri dan Haesung suamimu juga sudah pergi.. hanya tinggal kau dan anak-anak itu.. kenapa kau tidak pernah bisa hidup damai dengan mereka?? Wae?? Bahkan dengan Donghae putramu sendiri.. kau tidak tahu kan rasanya kehilangan orang-orang yang kau cintai??”
          “Abeoji……..” 
          “hentikan keinginanmu yang selalu memaksa mereka itu Junghyin-ah.. sebelum kau sendiri yang menyesal… pikirkan kebahagiaan Donghae dan Yoonhae…”
Yoonhae merasa namanya disebut… ia makin menunduk diam..
          “Yoonhae-ya.. katakan.. apa kau bahagia selama ini?? kau melakukan pekerjaan itu apa karena keinginanmu??” tanya Tuan Lee pada cucu perempuannya “Halbae hanya ingin melihat kau, Donghae dan Siwon bahagia.. hidup tanpa ada pertengkaran ataupun persaingan.. siapa lagi yang akan menjadi pewaris perusahaan kalau bukan kalian bertiga??”
Isshh… mereka tak berani menjawab, baru kali ini Tuan Lee terdengar marah.. bahkan Jongkook tak berani mendekat dan hanya menunggu di luar rumah.
**waffle_macaroon**
            Ia memasukkan semua barangnya dalam koper besar hingga tak menyisahkan satu barang pun untuk ditinggalkannya. Terakhir, gitar yang menjadi temannya selama ini dibawahnya di belakang punggung. Sebelum benar-benar pergi langkahnya terhenti sesaat menatap ruangan yang sudah memberikan banyak kenangan bersama anak itu _read:Donghae_.
**waffle_macaroon**
Mobil yang dikendari Siwon melaju sedang. Sambil ia mengemudi sesekali ia menengok ke arah samping kemudi dimana Donghae terlelap di sana. Ada guratan rasa cemas pada dongsaengnya itu namun ia yakin Donghae sedang berusaha menjadi dewasa. Ia bahkan berjanji untuk selalu melindungi namja yang sudah menjadi dongsaengnya itu.
          “hanya kau Hae, alasan hyung melakukan semua ini…” Siwon tersenyum sendiri mendengar pengakuannya… sejak kapan ia menyayangi Donghae? sejak kapan Donghae menjadi orang yang sangat berharga baginya??
          “hah… aku bisa gila kalau begini…” umpatnya “tapi jujur.. karena kau, hyung merasa memiliki alasan untuk hidup.. setelah Appa dan Umma pergi.. aku tidak punya siapaun Hae.. tapi saat ini, aku punya Halbae.. dan terlebih.. aku memilikimu.. aku memiliki seseorang yang selalu menganggapku berarti baginya… gumawo Hae.. jongmal gumawo saengi…”
Ia bermonolog sendiri tanpa takut siapapun mendengarnya. Namun, kata-kata itu lebih baik jika namja di sampingnya mendengar semuanya.
**waffle_macaroon**
Kosong… itulah yang terjadi pada ruang bawah tanah tempat mereka latihan musik. Donghae mencari kesegala arah tapi tetap tidak ada Jitae sam disana hingga akhirnya ia memutuskan kembali ke kelasnya.
          “Kyu… kau tahu dimana Jitae sam?” Kyuhyun, menghentikan pekerjaannya sebentar _mengerjakan soal matematika_.
          “mwo?? kau tidak tahu?? Aahhh gurrae.. kau tidak masuk beberapa hari ini.. Jitae sam sedang cuti…”
          “mworago??”
          “isshhh… cuti…” ulang Kyuhyun teman sekelasnya
          “waeyo??”
          “Yak!! mana ku tahu… tanya saja pada kepala sekolah…” jengkelnya karena merasa ia diganggu.
          “arra!!” datar Donghae “gumapta..” bagaimanapun ia harus berterimakasih pada Kyuhyun.
Ia berjalan ke luar menyusur koridor sekolah…. Sambil..
          ‘sam, dimana?’
          ‘sam, kau pergi?’
          ‘kau menghindariku?’
          ‘YAK!! aku menghormatimu sebagai guru.. tapi aku menagih janjimu pada Abeoji..’
Donghae mengirim pesan suara pada Jitae.. ia jengkel karena ponsel Jitae tak berhasil dihubunginya. Hingga akhirnya ia menyerah dan…
          “hyung, Jitae sam mengambil cuti…”
          “……………”
          “aniyo… aku yakin itu hanya alasannya.. dia menghindariku hyung.. jebal bantu aku!!”
          “………….”  
          “Yak… hyung!! Kau sudah ijin tidak menemaniku beberapa waktu.. jadi sekarang bantulah aku mencarinya..” paksa Donghae pada namja di ujung ponselnya _Sungmin_.
**waffle_macaroon**
Donghae menggebrak pintu. Kali ini bukan pintu ruangan Kakeknya melainkan pintu kamarnya sendiri. Frustasi dan kecewa bercampur jadi satu membuatnya ingin marah saja. ia bahkan hampir berteriak tapi tertahan.
          “aaiiisshh…” Donghae mengacak rambut rapinya hingga kelihatan sangat berantakan “sangat menyebalkan…” lontarnya lalu mambanting tubuhnya pada ranjangnya.
          “YAK!! AKU BENCI!!” akhirnya berteriak…
Teriakan yang membuat seluruh penghuni rumah itu menjadi sangat mengkhawatirkannya. Jongkook bahkan menahan Sungmin untuk masuk ke kamar Donghae.
          “biarkan dia sendiri Sungmin… kurasa dia butuh waktu…”
          “tapi tuan muda kecil belum makan Jongkook ssi..” ujar Kim Ajjuma.
          “Ajjuma… Donghae tak kan mati hanya karena belum makan siang…” Jongkook sedikit berkelakar.
          “Appa… tapi aku tidak bisa membiarkannya seperti itu, biarkan aku masuk dan menemaninya…” pinta Sungmin.
Jongkook tetap mencegahnya. Yang bisa menenangkan Donghae saat ini hanya Siwon… Siwon yang tahu keadaan sebenarnya… mereka tetap akan mengawasi dan menjaga Donghae tapi saat ini hanya bisa melakukannya dari jauh.
          “Donghae memintaku mencari keberadaan Jitae…”
          “kalau begitu temukan Jitae… kau bisa membantunya dengan cara itu…”
          “baiklah…” Sungmin menurut.
**waffle_macaroon**
            “Hae…..” Donghae mendengar seseorang memanggilnya lembut. Ia tahu persis suara siapa itu.. “buka pintunya…”
          “shirreo!!”
          “mianhae…”  
          “pergi…” Donghae menutup kedua telinganya. Ia tak ingin mendengar kata maaf dari Ummanya, ia tak ingin mendengar penjelasan apapun. Ia menjadi Donghae yang egois untuk saat ini. Ia tak ingin banyak bicara tapi hatinya berontak…
Tak lama suara itu menghilang, mungkin Junghyin lelah menanggapi sikap anaknya. Kini kamar itu kembali sepi… gelap. Donghae memadamkan lampu padahal seumur-umur dia tidak pernah betah berada di dalam ruangan yang gelap. Keadaannya kali ini membuat seiisi rumah mencemaskannya.
          “Lee Donghae….” kali ini suara lain “boleh Halbae masuk??” tangan Tuan Lee tak tahan kalau hanya memegang pintu Donghae. Ia buka pintu itu perlahan dan masuk ke dalam menemui penghuninya.
Pemilik kamar itu duduk dengan bersandar kepala pada jendela kaca bertirai soft blue. Matanya terpaku ke atas langit menatap bulan yang seorang diri di sana ‘sama sepertinya’ batinnya. Ia tak bergerak walau hanya memutar kepala menlihat datangnya Tuan Lee. Bahkan sampai namja tua itu duduk disampingnya ia tak tahu atau tak mau tahu tepatnya.
          “Hae.. halbae paham kau kecewa dengan kenyataan ini… mianhae.. jongmal mianhae, Halbae tak pernah bercerita soal Haesung… halbae berpikir kalau kau lebih baik hidup tanpa mengetahuinya. Karena kesedihanmu adalah kesedihan Halbae juga.. kau tahu selama ini Halbae selalu menuruti keinginanmu? Karena Halbae tak ingin kau sedih.. tak ingin kau seperti ini… Halbae lebih suka Donghae yang selalu membuat keributan tiap harinya…”
          “setidaknya, ajaklah aku ke makam Abeoji… aku tidak ingin jadi anak yang durhaka karena tidak mengenal ayahnya sendiri …”
          “gurrae… besok akan Halbae antar ke tempat Haesung…”
          “Halbae…” tatap Donghae degan mata berkaca “bisakah Halbae menemukan Jitae sam untukku? Jitae sam sudah seperti Abeoji…. Aku tidak ingin dia pergi, mengapa Umma membecinya? Jitae sam tidak bersalah kan Halbae??”
Tuan Lee tersenyum “ne, halbae akan menemukan Jitae untukmu…”
          “jongmalyo???”
          “apa aku pernah berbohong??”
          “gumapta…”
Diluar kamar…
Siwon, namja itu tak sengaja mendengar percakapan mereka. Ia ikut senang mendengar Donghae baik-baik saja sekarang… saat langkahnya ingin bergabung dengan mereka…
          “yeoboseyo hyung?? Waegurrae??” sapanya mengangkat telphone.
          “………………….”
          “MWO??” paniknya “arra…. Aku akan kesana sekarang, tunggu sebentar…”
Ia mengurungkan niatnya bertemu Donghae dan Halbae. Secepat langkah yang ia bisa, Siwon kembali ke kantor sehabis menerima berita dari Eunhyuk…
……………… ……………
ToBeContinue ^_^