=Part 4=
“CHOI DONGHAE!!”
“noona hobby sekali berteriak..” Donghae sudah rapi dengan
seragamnya kali ini.
“tidak biasanya kau bangun pagi?”
“aku takut noona membunuh ikan-ikanku..” ujarnya ringan
“Wonnie hyung odieyo?”
“Wonnie sudah pergi dari tadi, sepertinya dia akan sibuk
mulai sekarang..”
“apa seorang sutradara seperti itu noona? Wonnie hyung
tidak akan melupakan kita kan?”
“waeyo?”
“aku hanya takut Wonnie hyung tidak punya waktu untuk kita
kalau cita-citanya sudah terwujud..” Donghae menunduk “aku tidak ingin
kehilangan lagi noona..” ia kembali mendongak, Sora bisa melihat kecemasan di
mata dongsaengnya.
“dengar..” di tangkupnya wajah Donghae dengan kedua
tanganya “tidak ada yang bisa menggantikan waktu kebersamaan kita, noona yakin
Siwon rela mengorbankan apapun demi kita.. noona juga akan melakukan hal yang
sama kalau berada di posisi seperti itu.. bagi noona, hanya kau dan Siwon harta
paling berharga yang noona punya.. arra..”
“benarkah noona tidak akan meninggalkanku?”
“memangnya aku akan kemana?”
“gojimal!! Kalau noona menikah nanti bukankah noona
meninggalkan kami?” gerutu Donghae. namja itu mengerucutkan bibirnya membuat
Sora tertawa geli.
“yak.. sudah, jangan bicara itu lagi.. habiskan sarapanmu
dan cepat pergi sepertinya Kibum sudah menunggu..”
“ne..” jawabnya “eooh.. noona, saranghae.. gumawo sudah
merawatku selama ini.. jongmal gumawo..”
Sora tak menjawabnya,
ia hanya bisa memeluk lembut dongsaeng kecilnya.
‘kebenaran apapun
yang akan menjadi kenyataan nanti, kau tetap dongsaengku dan Siwon.. noona
sudah berjanji untuk menjagamu Hae..’ batin Sora
…………………………………………………………….
Blossom art…
“anyeong noona..” sapa Taeji
“Daewoo unnie belum datang?”
“dia bilang akan terlambat hari ini..”
“eeoh?” Sora menghela “Yuri sepertinya juga akan datang
terlambat.. baiklah, kita bisa mengatasi ini.. buka tokonya sekarang
Taeji-ya..” pinta Sora.
Baru saja Taeji
melakukan perintah Sora..
“ooh, selamat datang..” sapa Taeji pada seorang pelanggan
pertama mereka hari itu. Merasa tidak mendapat jawaban Taeji menggerutu kecil.
“selamat datang..” giliran Sora yang menyapa. Sama. Sora
juga tidak mendapat jawaban dari sapaanya. “oh..?”
“ne, aku datang lagi..”
“ada yang bisa kami bantu? Kau mencari sesuatu atau ingin
memesan?”
“ani.. aku.. aku..” wajahnya nampak gugup “kau tidak
mengingatku?”
“tentu saja aku ingat, kemarin bukankah..”
“bukan itu!” potongnya “kau benar-benar melupakanku
Sora-ya?” paksanya.
“mianhamnida..” Sora masih terheran, ia juga memaksa
dirinya berpikir mengingat apa ia pernah mengenal namja itu sebelumnya.
Namja itu, menyerah. Ia
mengeluarkan kotak coklat kecil dan sebuah pensil kupu-kupu berwarna kuning di
depan Sora.
“apa kau juga lupa dengan ini?” tanyanya lagi.
=flashback on=
“Gae Um.. kau melihat pensilku tidak?” seorang yeoja
memutar kepalanya ke sana kemari mencari pensil kesayangannya. Teman
sebangkunya menggeleng saat ditanya, kemudian ia ikut membantunya mencari
pensil itu.
“kau lupa membawanya mungkin..”
“ani, aku tidak pernah mengeluarkannya dari kotak
pensilku..”
“diambil dongsaengmu mungkin..” Gae Um memberi kemungkinan
lain.
“dua dongsaengku tidak pernah berani masuk kamarku begitu
saja..”
Keduanya terlihat
menyerah saat pensil itu tidak ditemukan dimanapun. Ia menghela napas menahan
sedihnya. Bukan masalah ia tidak punya pensil pengganti tapi itu adalah pensil
yang paling ia sukai.
“sudahlah, mungkin aku tidak berhak lagi menyimpannya..”
Gae Um, yeoja berambut
pendek lucu itu mengangguk pelan..
“eeooh, Sora-ya.. apa kau sudah memberikan coklat buatanmu
di kelas memasak kemarin pada seseorang?”
“ne..”
“nugu?”
“aku tidak akan memberitahumu..”
“waeyo? Aku memberitahumu kalau aku memberikan coklat
buatanku pada Yi Kyung..”
“kenapa kau selalu ingin tahu? Lagi pula aku tidak memintamu
untuk bercerita kan?”
“yak!!” sebal Gae Um.
=flashback off=
Sora melihatnya dengan
familiar..
“jadi.. kau.. Yesung?” katanya dengan suara pelan dan masih
bisa di dengar oleh namja di depannya –Yesung-
“kau ingat sekarang?” senyumnya “aku datang untuk minta
maaf, karena setelah malam itu aku dipaksa mengikuti orangtuaku pindah ke
Seoul..”
“aku sudah mendengarnya waktu itu..”
“apa kau datang ketempat dimana aku akan menunggumu?”
“kau ingin tahu? Wae? Itu sudah lama sekali bukan?”
“Ra-ya.. aku tidak pernah berubah.. aku tetap seperti dulu
juga perasaan ini..”
Sora diam, ia butuh
waktu untuk mencerna semua yang di dengarnya. Ia masih menatap Yesung,
memastikan namja itu benar-benar dia. Namja yang pernah ia kenal dulu, namja
yang pernah ia beri coklat pertamanya dan rupanya namja itu pula yang mengambil
pensil kesanyangannya. Tidakkah ia tahu kalau Sora hampir gila kehilangan benda
itu? atau ia sengaja membuat Sora kehilangan benda itu demi melihatnya seperti
orang gila?
“NOONA!!” teriakan Taeji membuyarkan lamunan keduanya “nona
ini ingin pesan souvenir..” tunjuknya pada seorang pelanggan lain yang baru
datang tanpa disadari oleh Sora maupun Yesung.
“mianhae.. mungkin kita bisa bertemu lain kali.. aku sedang
ada pelanggan..” pamit Sora seketika meninggalkan Yesung.
Yesung kecewa, tapi ia
tak ingin memaksa Sora untuk membicarakan hal itu sekarang. Yang pasti ia sudah
menemukan orang yang selama ini dicarinya. Ia menemukan yeoja yang di
tunggunya.
Ia keluar dari Blossom
art begitu saja, membiarkan benda yang dibawanya tertinggal di meja Sora.
…………………………………………………………..
Siwon menemani Shindong
ke JYK..
“Shindong ssi..” sapa Yesung menyambutnya.
“Direktur Kim.. eoh, kenalkan ini Siwon wakil sutradara
Shin Production..”
“sepertinya kau masih muda..”
“ne, saya masih mahasiswa..”
“jangan dilihat ia masih muda, ia adalah andalan kami..”
bangga Shindong. Yesung menganguk karena sepertinya iapun melihat hal yang sama
dengan Shindong.
“jadi bagaimana?”
Shindong yang di temani
Siwon saat itu langsung menjelaskan bagaimana program mereka. Bahkan dengan
keyakinan penuh mereka menjamin rating program yang akan mereka buat akan bisa
menembus rata-rata.
Yesung tertarik, ia
memang membutuhkan orang-orang optimis seperti shindong dan Siwon. Bahkan
program yang di buat pun sepertinya memang akan bisa mendongkrak popularitas
JYK chanel.
“saya senang bisa mengenal kalian..”
“kami juga Direktur..”
“panggil saja Yesung..”
“ne, Yesung ssi… gurrae.. berikan kami waktu sampai akhir
bulan, kami akan menghubungi JYK kembali nanti..”
“gunakan waktu sebaik mungkin… selamat bekerja..” tutur
Yesung.
………………………………………………………………..
Di tempat lain….
De-Wang Myeong..
Seorang namja lebih
dari paruh baya menerawang jauh ke luar jendela dari dalam ruangan yang ia
tempati kini. Tangannya sedikit ragu saat ia hendak membuka laci meja hitamnya.
Sebuah gambar terlihat di sana dan detik berikutnya membuat ia harus rela
meneteskan air mata.
“mianhae… jongmal mianhae nae adeul..” isaknya saat menatap
foto dua bayi mungil di sana.
“otoke?” tanyanya kemudian saat seseorang menghubunginya..
“…….”
“ne.. arra. Aku ingin kau terus mengawasinya.. menjaganya
dari jauh..” pintanya sebelum ia menutup ponselnya kembali dan memasukkan foto
itu ke dalam laci seperti semula ‘Appa akan membawamu kembali sebentar lagi’
batinnya.
…………………………………………………………….
Donghae dan Kibum
berjalan beriringan sampai langkah mereka terhenti oleh Ryeowook.
“Waeyo?” tanya Kibum
“a..ani..”
“kita bicara sambil makan siang..” ajak Donghae lalu
keduanya berlalu dari lorong itu.
Di sinilah mereka
sekarang, duduk bertiga dan saling melingkar di sudut lapangan basket dengan
beberapa roti dan minuman kaleng.
“jadi mereka memaksamu untuk ikut kompetisi?”
“ne” Ryeowook mengangguk, terlihat lucu dengan kacamata
minusnya dan rambut hitam legamnya “tapi aku tahu Hyo Rin pasti juga akan ikut”
“apa urusannya dengan Hyo Rin?” polos Donghae
“kau tidak tahu?” seru Ryeowook “aku akan kalah kalau dia
ikut dan pasti umma akan menghukumku..”
“MWO?”
“ne, umma selalu tidak ingin anaknya kalah.. ia tidak
peduli apapun.. dia hanya ingin aku menang dan menjadi penyanyi”
“haruskah?”
“karena hyung-ku sudah membuat umma kecewa.. ia tidak suka
menyanyi, ia lebih suka bermain bola..”
“tapi kau suka menyanyi.. suaramu juga bagus..” puji
Donghae
“aku tahu itu..” sahut Ryeowook “masalahnya adalah
bagaimana kalau aku kalah? Umma tak segan membunuhku.. aku suka menyanyi tapi
itu karena aku memang suka bukan karena aku harus memenangkan suatu
kompetisi..”
“arra..” ujar Kibum
“sekarang bagaimana?”
“jalani dulu kompetisi itu, jangan merasa kalah dulu..”
saran Kibum “kau tenang saja, kami akan membantu sebisa kami..”
“bagaimana?” tanya Donghae
“kita pikirkan nanti.. aku sudah lapar sekarang..” jawabnya
sambil mengambil sepotong roti milik Donghae.
“kau tak akan menang!”
Ketiganya menoleh,
tampak Eunhyuk dan Jihyun di belakang mereka.
“kompetisi itu bukan Cuma suara saja tapi juga penampilan..
kau tak akan pernah menang Ryeowook-ah..” ejeknya
“yak, apa-apaan kau ini? jangan ikut campur” bentak Donghae
“pergilah kalau kau tak ingin mencari gara-gara..” usirnya.
“cihh.. kau mengusirku?”
“Ne..”
“aaiisshh.. kau..” hampir saja Eunhyuk memukul Donghae
kalau tidak dihalangi Kibum.
“pergilah..” Kibum memang selalu siap menjaga Donghae dari
siapapun.
Eunhyuk pergi.. Jihyun
sempat melirik ke arah Donghae sebelum yeoja itu mengikut Eunyuk.
“cihh.. kenapa Jihyun bisa bertahan dengan namja seperti
dia..” guman Kibum.
Jihyun mengejar Eunhyuk
sedikit terburu.
“waeyo Hyuk-ah?”
Eunhyuk berhenti
melangkah “aku sedang tidak enak hati..”
“eoohh?”
“Yoona noona.. aaiissh bagaimana aku bisa mendapatkan
hatinya?”
Jihyun muram mendengar
nama Yoona disebut Eunhyuk ‘jadi kau memikirkannya eeoh?’ batinnya. “kau
menyukai Yoona unnie?” Eunhyuk mengangguk membuat Jihyun semakin sebal.
“wae? Bukankah usianya di atasmu? Tidak bisakah kau melihat
yeoja lain?”
“ani.. aku hanya menyukainya” tegas Eunhyuk “aku yakin akan
mendapatkannya suatu hari nanti..” optimisnya.
Jihyun kecewa, ia tak
bisa mengalahkan Yoona di hati Eunhyuk.
……………………………………………………………….
Eunbi tidak menemukan
Yesung diruangannya, yeoja itu kemudian berniat menunggunya hingga datang. Ia
duduk di depan meja Yesung mengamati semua benda yang ada disana sampai matanya
tertuju pada sebuah buku atau tepatnya album..
“eeooh.. masa junior high school?” renyah Eunbi, tangannya
membuka selembar demi lembar hingga tiba di sebuah halaman.. “ini Yesung Oppa?
Omo.. kau banyak berubah rupanya..” ditengah tawanya, selembar foto tertempel
erat di bagian lain halaman album itu. foto Yesung dengan seorang yeoja yang
sepertinya tengah terkejut karena gambarnya di ambil tiba-tiba.
-Choi Sora.. nae sarang
yongwoni..-
Degg… detak jantung
Eunbi berhenti sesaat mencerna tulisan di bawah gambar itu. ‘Choi Sora? Jadi
yeoja ini yang membuatmu tidak bisa menerima kehadiranku hingga saat ini Oppa?
Yeoja ini yang selalu kau ceritakan padaku dulu? Cinta pertamamu?’ batin Eunbi.
“Eunbi-ya?” Eunbi
menoleh ke arah suara.
“Oppa?” rupanya Yesung yang datang “kau sudah kembali?
Darimana?”
Yesung tak menjawab
malah balik bertanya “kau kenapa di ruanganku? Kau menggledah barangku?”
“ani…” yeoja itu menggeleng “aku tak sengaja melihatnya di
atas meja.. album ini..”
Yesung mengambil album
itu dari tangan Eunbi “kau sudah tahu?”
“Choi Sora.. dia yeoja yang kau cintai? Apa kau sudah
menemukannya? Sampai kapan Oppa akan menunggu dan mencarinya?”
“aku sudah menemukannya..” datar Yesung “mianhae Eunbi-ya..
bukankah sudah dari awal aku mengatakannya padamu? Aku tidak pernah menyuruhmu
untuk bertahan..”
Eunbi menunduk, setetes
air mata jatuh di pelupuknya “kau memang tidak pernah menuyuruhku karena aku
sendiri yang mau.. aku pikir aku bisa membuatmua melupakannya.. tapi aku salah
rupanya..” isaknya.
Yesung menatapnya
sedih, ia tak ingin membuat yeoja itu terluka dan menangis, tapi ia sudah
mengatakan semua kebenarannya dari awal.. “mianhae..” ucapnya sekali lagi.
Eunbi sudah tidak
tahan, ia berlari meninggalkan Yesung sendiri. Ia belum bisa memikirkan
apapun..
Coofie Bi..
“waeyo?” Leeteuk jelas tahu kalau Eunbi habis menangis. Ia
selalu memperhatikan yeoja yang menjadi atasannya itu.
“aniyo.. gwaenchana..” sangkalnya “apa Sungmin dan Siwon
sudah datang?”
“eeooh.. mungkin sebentar lagi.. masih kurang 30 menit lagi
dari jam kerja mereka..”
“ahh.. ne.. kurasa begitu..” Eunbi mengangguk.
“NOONA!!” pelukan erat di dapatnya dari belakang. Eunbi
menoleh memastikan siapa yang memeluknya. “apa yang kau lakukan Hyuk?” tepat,
itu adalah Eunhyuk dongsaengnya.
“aniyo..” jawabnya masih dengan erat memeluk Eunbi, jarang-jarang
ia melakukan itu.
“oh, kalian sudah datang?” sahut Leeteuk melihat tiga orang
datang bersama Eunhyuk.
Siwon, Sungmin dan
Yoona.
“ne hyung..” jawab Sungmin.
“Jihyun, odieyo?” cemas Leeteuk saat ia tak melihat ada
yeodongsaengnya di sana.
“dia memintaku untuk mengantarnya pulang dulu..”
“apa dia sudah makan?”
“hyung.. dia bahkan suka sekali memasak kan.. aku pikir dia
akan membuat makanan sendiri..” Leeteuk mengangguk, pandangannya kembali pada
Eunhyuk yang sudah tak menempel pada Eunbi.
“ya sudah.. mulailah bekerja..” pinta Eunbi
“kajja..” Eunhyuk menggandeng lengan Yoona, Eunbi hanya
menggeleng, Ia tahu persis alasan Eunhyuk berada di cafenya saat ini.
…………………………………………………………..
“pabo! Harusnya kau bersikap baik padanya..” teriak Donghae
pada Kibum yang tengah menyusun buku-buku baru di raknya.
Kibum hanya berdecak,
Ryeowook yang hari itu ikut membantu mereka hanya tertegun. Kyuhyun? Dia masih
setia mengekor pada Donghae tanpa mempedulikan teriakannya. Ia tak peduli dan
tak ingin peduli karena ia pikir itu bukan urusan anak kecil. Ia lebih suka
dengan gamenya.
“jangan sampai kau menyesal kalau kehilanganya..” tambah
Donghae. Kibum berhenti bekerja, ia memandang lekat Donghae. “apa aku harus
seperti itu?”
“menyesal selalu di belakang Kibum-ah.. aku pikir Donghae
benar.. kau harus lebih perhatian pada Sanghee..” ujar Ryeowook.
“mwo? kau tahu?”
“semua anak di kelas tahu masalahmu dengan Sanghee.. jangan
jadi pengecut. Aku lihat Minho sedang mendekatinya.. keadaan ini kesempatan
baik baginya bukan?” terang Ryeowook panjang lebar.
Aaiisshh.. Kibum
mengoyak rambutnya hingga berantakan. Ia bingung dengan perasaannya sendiri.
“aku tidak pernah mengajarimu jadi pengecut Kibum-ah..!”
teriak seseorang di balik rak. Heechul menunjukkan deretan giginya pada
namja-namja itu.
“Ajussi..!!” tentu Heechul mengerti yang mereka bicarakan,
pasalnya selama ini ia selalu mendengarkan curhatan Kibum dan Donghae. tak
jarang mereka meminta tolong pada Heechul juga untuk mencari jalan keluar.
“jadilah pria yang berani..”
Kibum tampak berpikir..
sedetik berikutnya ia menyerahkan tumpukan buku ke tangan Ryeowook. Ia berlari
secepat mungkin ia dapat..
“aku akan melakukannya!” serunya sambil meninggalkan mereka
yang kini tersenyum senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar