Rabu, 02 April 2014

DESTINY LOVE -4-

=Part 4=
          “CHOI DONGHAE!!”
          “noona hobby sekali berteriak..” Donghae sudah rapi dengan seragamnya kali ini.
          “tidak biasanya kau bangun pagi?”
          “aku takut noona membunuh ikan-ikanku..” ujarnya ringan “Wonnie hyung odieyo?”
          “Wonnie sudah pergi dari tadi, sepertinya dia akan sibuk mulai sekarang..”
          “apa seorang sutradara seperti itu noona? Wonnie hyung tidak akan melupakan kita kan?”
          “waeyo?”
          “aku hanya takut Wonnie hyung tidak punya waktu untuk kita kalau cita-citanya sudah terwujud..” Donghae menunduk “aku tidak ingin kehilangan lagi noona..” ia kembali mendongak, Sora bisa melihat kecemasan di mata dongsaengnya.
          “dengar..” di tangkupnya wajah Donghae dengan kedua tanganya “tidak ada yang bisa menggantikan waktu kebersamaan kita, noona yakin Siwon rela mengorbankan apapun demi kita.. noona juga akan melakukan hal yang sama kalau berada di posisi seperti itu.. bagi noona, hanya kau dan Siwon harta paling berharga yang noona punya.. arra..”
          “benarkah noona tidak akan meninggalkanku?”
          “memangnya aku akan kemana?”
          “gojimal!! Kalau noona menikah nanti bukankah noona meninggalkan kami?” gerutu Donghae. namja itu mengerucutkan bibirnya membuat Sora tertawa geli.
          “yak.. sudah, jangan bicara itu lagi.. habiskan sarapanmu dan cepat pergi sepertinya Kibum sudah menunggu..”
          “ne..” jawabnya “eooh.. noona, saranghae.. gumawo sudah merawatku selama ini.. jongmal gumawo..”
Sora tak menjawabnya, ia hanya bisa memeluk lembut dongsaeng kecilnya.
          ‘kebenaran apapun yang akan menjadi kenyataan nanti, kau tetap dongsaengku dan Siwon.. noona sudah berjanji untuk menjagamu Hae..’ batin Sora
…………………………………………………………….

Blossom art…
          “anyeong noona..” sapa Taeji
          “Daewoo unnie belum datang?”
          “dia bilang akan terlambat hari ini..”
          “eeoh?” Sora menghela “Yuri sepertinya juga akan datang terlambat.. baiklah, kita bisa mengatasi ini.. buka tokonya sekarang Taeji-ya..” pinta Sora.
Baru saja Taeji melakukan perintah Sora..
          “ooh, selamat datang..” sapa Taeji pada seorang pelanggan pertama mereka hari itu. Merasa tidak mendapat jawaban Taeji menggerutu kecil.
          “selamat datang..” giliran Sora yang menyapa. Sama. Sora juga tidak mendapat jawaban dari sapaanya. “oh..?”
          “ne, aku datang lagi..”
          “ada yang bisa kami bantu? Kau mencari sesuatu atau ingin memesan?”
          “ani.. aku.. aku..” wajahnya nampak gugup “kau tidak mengingatku?”
          “tentu saja aku ingat, kemarin bukankah..”
          “bukan itu!” potongnya “kau benar-benar melupakanku Sora-ya?” paksanya.
          “mianhamnida..” Sora masih terheran, ia juga memaksa dirinya berpikir mengingat apa ia pernah mengenal namja itu sebelumnya.
Namja itu, menyerah. Ia mengeluarkan kotak coklat kecil dan sebuah pensil kupu-kupu berwarna kuning di depan Sora.
          “apa kau juga lupa dengan ini?” tanyanya lagi.

=flashback on=
          “Gae Um.. kau melihat pensilku tidak?” seorang yeoja memutar kepalanya ke sana kemari mencari pensil kesayangannya. Teman sebangkunya menggeleng saat ditanya, kemudian ia ikut membantunya mencari pensil itu.
          “kau lupa membawanya mungkin..”
          “ani, aku tidak pernah mengeluarkannya dari kotak pensilku..”
          “diambil dongsaengmu mungkin..” Gae Um memberi kemungkinan lain.
          “dua dongsaengku tidak pernah berani masuk kamarku begitu saja..”
Keduanya terlihat menyerah saat pensil itu tidak ditemukan dimanapun. Ia menghela napas menahan sedihnya. Bukan masalah ia tidak punya pensil pengganti tapi itu adalah pensil yang paling ia sukai.
          “sudahlah, mungkin aku tidak berhak lagi menyimpannya..”
Gae Um, yeoja berambut pendek lucu itu mengangguk pelan..
          “eeooh, Sora-ya.. apa kau sudah memberikan coklat buatanmu di kelas memasak kemarin pada seseorang?”
          “ne..”
          “nugu?”
          “aku tidak akan memberitahumu..”
          “waeyo? Aku memberitahumu kalau aku memberikan coklat buatanku pada Yi Kyung..”
          “kenapa kau selalu ingin tahu? Lagi pula aku tidak memintamu untuk bercerita kan?”
          “yak!!” sebal Gae Um.
=flashback off=

Sora melihatnya dengan familiar..
          “jadi.. kau.. Yesung?” katanya dengan suara pelan dan masih bisa di dengar oleh namja di depannya –Yesung-
          “kau ingat sekarang?” senyumnya “aku datang untuk minta maaf, karena setelah malam itu aku dipaksa mengikuti orangtuaku pindah ke Seoul..”
          “aku sudah mendengarnya waktu itu..”
          “apa kau datang ketempat dimana aku akan menunggumu?”
          “kau ingin tahu? Wae? Itu sudah lama sekali bukan?”
          “Ra-ya.. aku tidak pernah berubah.. aku tetap seperti dulu juga perasaan ini..”
Sora diam, ia butuh waktu untuk mencerna semua yang di dengarnya. Ia masih menatap Yesung, memastikan namja itu benar-benar dia. Namja yang pernah ia kenal dulu, namja yang pernah ia beri coklat pertamanya dan rupanya namja itu pula yang mengambil pensil kesanyangannya. Tidakkah ia tahu kalau Sora hampir gila kehilangan benda itu? atau ia sengaja membuat Sora kehilangan benda itu demi melihatnya seperti orang gila?
          “NOONA!!” teriakan Taeji membuyarkan lamunan keduanya “nona ini ingin pesan souvenir..” tunjuknya pada seorang pelanggan lain yang baru datang tanpa disadari oleh Sora maupun Yesung.
          “mianhae.. mungkin kita bisa bertemu lain kali.. aku sedang ada pelanggan..” pamit Sora seketika meninggalkan Yesung.
Yesung kecewa, tapi ia tak ingin memaksa Sora untuk membicarakan hal itu sekarang. Yang pasti ia sudah menemukan orang yang selama ini dicarinya. Ia menemukan yeoja yang di tunggunya.
Ia keluar dari Blossom art begitu saja, membiarkan benda yang dibawanya tertinggal di meja Sora.
…………………………………………………………..

Siwon menemani Shindong ke JYK..
          “Shindong ssi..” sapa Yesung menyambutnya.
          “Direktur Kim.. eoh, kenalkan ini Siwon wakil sutradara Shin Production..”
          “sepertinya kau masih muda..”
          “ne, saya masih mahasiswa..”
          “jangan dilihat ia masih muda, ia adalah andalan kami..” bangga Shindong. Yesung menganguk karena sepertinya iapun melihat hal yang sama dengan Shindong.
          “jadi bagaimana?”
Shindong yang di temani Siwon saat itu langsung menjelaskan bagaimana program mereka. Bahkan dengan keyakinan penuh mereka menjamin rating program yang akan mereka buat akan bisa menembus rata-rata.
Yesung tertarik, ia memang membutuhkan orang-orang optimis seperti shindong dan Siwon. Bahkan program yang di buat pun sepertinya memang akan bisa mendongkrak popularitas JYK chanel.
          “saya senang bisa mengenal kalian..”
          “kami juga Direktur..”
          “panggil saja Yesung..”
          “ne, Yesung ssi… gurrae.. berikan kami waktu sampai akhir bulan, kami akan menghubungi JYK kembali nanti..”
          “gunakan waktu sebaik mungkin… selamat bekerja..” tutur Yesung.
………………………………………………………………..

Di tempat lain…. De-Wang Myeong..
Seorang namja lebih dari paruh baya menerawang jauh ke luar jendela dari dalam ruangan yang ia tempati kini. Tangannya sedikit ragu saat ia hendak membuka laci meja hitamnya. Sebuah gambar terlihat di sana dan detik berikutnya membuat ia harus rela meneteskan air mata.
          “mianhae… jongmal mianhae nae adeul..” isaknya saat menatap foto dua bayi mungil di sana.
          “otoke?” tanyanya kemudian saat seseorang menghubunginya..
          “…….”
          “ne.. arra. Aku ingin kau terus mengawasinya.. menjaganya dari jauh..” pintanya sebelum ia menutup ponselnya kembali dan memasukkan foto itu ke dalam laci seperti semula ‘Appa akan membawamu kembali sebentar lagi’ batinnya.
…………………………………………………………….

Donghae dan Kibum berjalan beriringan sampai langkah mereka terhenti oleh Ryeowook.
          “Waeyo?” tanya Kibum
          “a..ani..”
          “kita bicara sambil makan siang..” ajak Donghae lalu keduanya berlalu dari lorong itu.
Di sinilah mereka sekarang, duduk bertiga dan saling melingkar di sudut lapangan basket dengan beberapa roti dan minuman kaleng.
          “jadi mereka memaksamu untuk ikut kompetisi?”
          “ne” Ryeowook mengangguk, terlihat lucu dengan kacamata minusnya dan rambut hitam legamnya “tapi aku tahu Hyo Rin pasti juga akan ikut”
          “apa urusannya dengan Hyo Rin?” polos Donghae
          “kau tidak tahu?” seru Ryeowook “aku akan kalah kalau dia ikut dan  pasti umma akan menghukumku..”
          “MWO?”
          “ne, umma selalu tidak ingin anaknya kalah.. ia tidak peduli apapun.. dia hanya ingin aku menang dan menjadi penyanyi”
          “haruskah?”
          “karena hyung-ku sudah membuat umma kecewa.. ia tidak suka menyanyi, ia lebih suka bermain bola..”
          “tapi kau suka menyanyi.. suaramu juga bagus..” puji Donghae
          “aku tahu itu..” sahut Ryeowook “masalahnya adalah bagaimana kalau aku kalah? Umma tak segan membunuhku.. aku suka menyanyi tapi itu karena aku memang suka bukan karena aku harus memenangkan suatu kompetisi..”
          “arra..” ujar Kibum
          “sekarang bagaimana?”
          “jalani dulu kompetisi itu, jangan merasa kalah dulu..” saran Kibum “kau tenang saja, kami akan membantu sebisa kami..”
          “bagaimana?” tanya Donghae
          “kita pikirkan nanti.. aku sudah lapar sekarang..” jawabnya sambil mengambil sepotong roti milik Donghae.
          “kau tak akan menang!”
Ketiganya menoleh, tampak Eunhyuk dan Jihyun di belakang mereka.
          “kompetisi itu bukan Cuma suara saja tapi juga penampilan.. kau tak akan pernah menang Ryeowook-ah..” ejeknya
          “yak, apa-apaan kau ini? jangan ikut campur” bentak Donghae “pergilah kalau kau tak ingin mencari gara-gara..” usirnya.
          “cihh.. kau mengusirku?”
          “Ne..”
          “aaiisshh.. kau..” hampir saja Eunhyuk memukul Donghae kalau tidak dihalangi Kibum.
          “pergilah..” Kibum memang selalu siap menjaga Donghae dari siapapun.
Eunhyuk pergi.. Jihyun sempat melirik ke arah Donghae sebelum yeoja itu mengikut Eunyuk.
          “cihh.. kenapa Jihyun bisa bertahan dengan namja seperti dia..” guman Kibum.

Jihyun mengejar Eunhyuk sedikit terburu.
          “waeyo Hyuk-ah?”
Eunhyuk berhenti melangkah “aku sedang tidak enak hati..”
          “eoohh?”
          “Yoona noona.. aaiissh bagaimana aku bisa mendapatkan hatinya?”
Jihyun muram mendengar nama Yoona disebut Eunhyuk ‘jadi kau memikirkannya eeoh?’ batinnya. “kau menyukai Yoona unnie?” Eunhyuk mengangguk membuat Jihyun semakin sebal.
          “wae? Bukankah usianya di atasmu? Tidak bisakah kau melihat yeoja lain?”
          “ani.. aku hanya menyukainya” tegas Eunhyuk “aku yakin akan mendapatkannya suatu hari nanti..” optimisnya.
Jihyun kecewa, ia tak bisa mengalahkan Yoona di hati Eunhyuk.
……………………………………………………………….

Eunbi tidak menemukan Yesung diruangannya, yeoja itu kemudian berniat menunggunya hingga datang. Ia duduk di depan meja Yesung mengamati semua benda yang ada disana sampai matanya tertuju pada sebuah buku atau tepatnya album..
          “eeooh.. masa junior high school?” renyah Eunbi, tangannya membuka selembar demi lembar hingga tiba di sebuah halaman.. “ini Yesung Oppa? Omo.. kau banyak berubah rupanya..” ditengah tawanya, selembar foto tertempel erat di bagian lain halaman album itu. foto Yesung dengan seorang yeoja yang sepertinya tengah terkejut karena gambarnya di ambil tiba-tiba.
-Choi Sora.. nae sarang yongwoni..-
Degg… detak jantung Eunbi berhenti sesaat mencerna tulisan di bawah gambar itu. ‘Choi Sora? Jadi yeoja ini yang membuatmu tidak bisa menerima kehadiranku hingga saat ini Oppa? Yeoja ini yang selalu kau ceritakan padaku dulu? Cinta pertamamu?’ batin Eunbi.
          “Eunbi-ya?”  Eunbi menoleh ke arah suara.
          “Oppa?” rupanya Yesung yang datang “kau sudah kembali? Darimana?”
Yesung tak menjawab malah balik bertanya “kau kenapa di ruanganku? Kau menggledah barangku?”
          “ani…” yeoja itu menggeleng “aku tak sengaja melihatnya di atas meja.. album ini..”
Yesung mengambil album itu dari tangan Eunbi “kau sudah tahu?”
          “Choi Sora.. dia yeoja yang kau cintai? Apa kau sudah menemukannya? Sampai kapan Oppa akan menunggu dan mencarinya?”
          “aku sudah menemukannya..” datar Yesung “mianhae Eunbi-ya.. bukankah sudah dari awal aku mengatakannya padamu? Aku tidak pernah menyuruhmu untuk bertahan..”
Eunbi menunduk, setetes air mata jatuh di pelupuknya “kau memang tidak pernah menuyuruhku karena aku sendiri yang mau.. aku pikir aku bisa membuatmua melupakannya.. tapi aku salah rupanya..” isaknya.
Yesung menatapnya sedih, ia tak ingin membuat yeoja itu terluka dan menangis, tapi ia sudah mengatakan semua kebenarannya dari awal.. “mianhae..” ucapnya sekali lagi.
Eunbi sudah tidak tahan, ia berlari meninggalkan Yesung sendiri. Ia belum bisa memikirkan apapun..

Coofie Bi..
          “waeyo?” Leeteuk jelas tahu kalau Eunbi habis menangis. Ia selalu memperhatikan yeoja yang menjadi atasannya itu.
          “aniyo.. gwaenchana..” sangkalnya “apa Sungmin dan Siwon sudah datang?”
          “eeooh.. mungkin sebentar lagi.. masih kurang 30 menit lagi dari jam kerja mereka..”
          “ahh.. ne.. kurasa begitu..” Eunbi mengangguk.
          “NOONA!!” pelukan erat di dapatnya dari belakang. Eunbi menoleh memastikan siapa yang memeluknya. “apa yang kau lakukan Hyuk?” tepat, itu adalah Eunhyuk dongsaengnya.
          “aniyo..” jawabnya masih dengan erat memeluk Eunbi, jarang-jarang ia melakukan itu.
          “oh, kalian sudah datang?” sahut Leeteuk melihat tiga orang datang bersama Eunhyuk.
Siwon, Sungmin dan Yoona.
          “ne hyung..” jawab Sungmin.
          “Jihyun, odieyo?” cemas Leeteuk saat ia tak melihat ada yeodongsaengnya di sana.
          “dia memintaku untuk mengantarnya pulang dulu..”
          “apa dia sudah makan?”
          “hyung.. dia bahkan suka sekali memasak kan.. aku pikir dia akan membuat makanan sendiri..” Leeteuk mengangguk, pandangannya kembali pada Eunhyuk yang sudah tak menempel pada Eunbi.
          “ya sudah.. mulailah bekerja..” pinta Eunbi
          “kajja..” Eunhyuk menggandeng lengan Yoona, Eunbi hanya menggeleng, Ia tahu persis alasan Eunhyuk berada di cafenya saat ini.
…………………………………………………………..

          “pabo! Harusnya kau bersikap baik padanya..” teriak Donghae pada Kibum yang tengah menyusun buku-buku baru di raknya.
Kibum hanya berdecak, Ryeowook yang hari itu ikut membantu mereka hanya tertegun. Kyuhyun? Dia masih setia mengekor pada Donghae tanpa mempedulikan teriakannya. Ia tak peduli dan tak ingin peduli karena ia pikir itu bukan urusan anak kecil. Ia lebih suka dengan gamenya.
          “jangan sampai kau menyesal kalau kehilanganya..” tambah Donghae. Kibum berhenti bekerja, ia memandang lekat Donghae. “apa aku harus seperti itu?”
          “menyesal selalu di belakang Kibum-ah.. aku pikir Donghae benar.. kau harus lebih perhatian pada Sanghee..” ujar Ryeowook.
          “mwo? kau tahu?”
          “semua anak di kelas tahu masalahmu dengan Sanghee.. jangan jadi pengecut. Aku lihat Minho sedang mendekatinya.. keadaan ini kesempatan baik baginya bukan?” terang Ryeowook panjang lebar.
Aaiisshh.. Kibum mengoyak rambutnya hingga berantakan. Ia bingung dengan perasaannya sendiri.
          “aku tidak pernah mengajarimu jadi pengecut Kibum-ah..!” teriak seseorang di balik rak. Heechul menunjukkan deretan giginya pada namja-namja itu.
          “Ajussi..!!” tentu Heechul mengerti yang mereka bicarakan, pasalnya selama ini ia selalu mendengarkan curhatan Kibum dan Donghae. tak jarang mereka meminta tolong pada Heechul juga untuk mencari jalan keluar.
          “jadilah pria yang berani..”
Kibum tampak berpikir.. sedetik berikutnya ia menyerahkan tumpukan buku ke tangan Ryeowook. Ia berlari secepat mungkin ia dapat..
          “aku akan melakukannya!” serunya sambil meninggalkan mereka yang kini tersenyum senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar