Jumat, 15 Desember 2017

House to Home [6]

Part 6
Donghae membuka matanya setelah ia tidak sadarkan diri semenjak kejadian Kangin yang terluka. Di lihatnya atap putih dan juga tirai putih.. ah, sepertinya ruangan itu memang semuanya putih. Ia berusaha bangun tapi kepalanya masih berat. Sampai ia melihat seseorang tengah terlelap di sampingnya dengan posisi duduk.
“Hyung….” Donghae mencoba membangunkannya dan itu tak sulit. Namja itu perlahan terbangun.
“Donghae.. kau sudah sadar?”
“Kangin hyung..gwaenchana?”
“ne saeng, Kangin baik-baik saja.. dia sebentar lagi kemari..”
“kemari? Jadi Kangin hyung benar-benar baik?”
“kau yang tidak baik Hae..” sahut seorang namja yang masuk tiba-tiba “lihat, aku sudah sehat..! sekalipun ini masih sedikit sakit..”
“kau masih menggunakan seragam rumah sakit hyung, jadi kau masih sakit..” ujar Donghae.
“tapi kau lebih menghawatirkan.. lihat tubuhmu sekarang, bahkan kau tidur selama 2 hari..”
“MWO??”
“yak! Jangan berteriak!!” seru Leeteuk
“mwo??? aku kenapa memangnya?”
“sudah, lupakan saja.. yang penting sekarang kau sudah bangun..”
“appa?? Siwon hyung??”
“ehm, appamu dari kemarin menjagamu disini.. hari ini dia ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan.. Siwon.. dia.. baik-baik saja..”
“syukurlah… kalau begitu kita pulang hyung, aku tidak suka disini.. biar Kangin hyung saja..”
“ne, nanti kita pulang.. dokter bilang kalau kau sudah sadar dan baik-baik saja kau bisa pulang.. dan juga Kangin!! Kalian berdua ini sama saja..!!” sinis Leeteuk.
“aku sudah tidak sabar bertemu Shindong hyung… dan bertengkar dengannya!!” Donghae terkikik kecil
“ne.. kita akan pulang nanti..” jawab Leeteuk sabar. Ia juga ingin dongsaengnya bisa segera pulang. Tidak tega melihat mereka berada di tempat itu.
“ah, Kangin hyung.. gumawo sudah menolongku… kau juga Teukie hyung.. gumawo.. joengmal gumawo..” ucapnya.
“ne.. lain kali jangan bahayakan dirimu.. arraeso??”
“arraeso..”
=============================

Ruang itu kembali ramai oleh ocehan dua namja yang saling beradu. Siapa lagi kalau bukan Donghae dan hyungnya.
“hyung, jangan terus memakan jatahku!! Aku ini baru sakit jadi harus makan banyak..”
“sedikit saja Hae, tidak akan membuatmu kelaparan kok..”
“ani.. yak!! Teukie hyung…” rengeknya
“Shindong-ah.. jangan goda adikmu lagi..” sifat ke-ibuan Leeteuk muncul di saat seperti ini.
“kau jangan seperti itu juga Hae.. sudah besar jangan manja!! Sudah makan saja yang ada..” pinta Kangin.
Setelah mereka berdua boleh pulang dari rumah sakit, Kangin memang belum bisa ikut latihan teakwondo jadi dia lebih sering menghabiskan waktu bersama hyung dan dongsaengnya. Donghae seperti biasa, ia tidak ingin pulang ke rumahnya sendiri. Leeteuk mengijinkan itu, ia tidak bisa membayangkan siapa yang akan merawat Donghae kalau ia dirumah tuan Kim. Apalagi mereka masih belum menerima keberadaannya. Lebih baik seperti ini keadaannya, jadi mereka bisa bersama Donghae setiap hari tanpa melihat gurat kesedihan di wajahnya.
“ehm, hyung… nanti aku akan pulang sebentar..” Leeteuk terdiam mendengarnya “hanya sebentar, aku akan minta ijin appa untuk tinggal bersama kalian..”
“jinjja?” tanya Shindong
“ne, aku ingin mengambil jalan hidupku sendiri.. aku tidak bisa kalau tidak ada kalian..”
“kau yakin Hae? kami tidak bisa memberimu fasilitas seperti yang keluargmu beri..” jelas Leeteuk.
“apa selama ini aku menggunakan semua fasilitas itu? Aku lebih suka membuat kalian repot bukan?”
Kangin dan Leeteuk mengangguk. Donghae memang lebih suka naik bis atau meminta hyungnya mengantar atau menjemput kalau ia butuh. Tak pernah sekalipun ia meminta Heechul untuk mengawalnya.
“Hae-ah… kami senang kau mau tinggal bersama kami.. hyung akan mendukung apapun keputusanmu..” kata Leeteuk bijak.
“aku juga senang.. sekalipun kita sering bertengkar, tapi itu karena aku menyayangimu..” lanjut Shindong.
“nado.. saranghae hyung..”
==============================
Sejak kejadian kemarin, Donghae sama sekali belum bertemu dengan Siwon dan appanya. Ia berada di kamarnya di rumah keluarga Kim. Dipandangnya lekat seluruh sudut.. kamar itu sangat mewah dan teramat mewah tapi terlalu dingin untuk ia tempati. Donghae duduk di pinggir tempat tidurnya dan kembali merenungkan keputusannya. Semoga ia mengambil jalan yang benar untuk keluar dari rumah itu. Hingga keputusan itu sudah bulat, ia segera menggendong tas punggungnya. Tidak ada yang ia bawa dari kamar itu.. hanya beberapa buku dan benda pentingnya saja. Dengan sedikit lesu ia menutup pintu dan menuruni tangga menuju ruang tengah. Appa, halmonie dan dua hyungnya sudah duduk disana untuk makan malam. Donghae duduk disebelah Siwon..
“Siwon hyung gwaenchana?” tanyanya.
“ne..” jawab Siwon datar.
“baguslah…” gumannya “ehm, appa.. ada yang ingin aku bicarakan..”
“makan dulu Hae-ah..”
“ah, ani.. aku akan makan di rumah Teeukie hyung..”
“apa maksudmu?” tuan Kim penasaran.
“mianhae appa tidak memberitahu terlebih dulu.. tapi, mulai hari ini aku akan tinggal bersama hyung.. aku akan bekerja di cafĂ© tapi juga tetap kuliah, appa.. tidak perlu cemas, mereka akan menjagaku dengan baik,, dan soal Heechul hyung.. sebaiknya dia kembali menjadi asisten pribadi appa..”
“YAK!! Apa yang kau katakan?” Seru tuan Kim, namun tak membuat anak itu takut sedikitpun.
“bukankah aku akar dari permasalahan yang ada di keluarga ini? Jadi aku pikir sebaiknya aku tidak tinggal disini.. lagipula selama ini aku juga tidak pernah ada bagi kalian.. appa, aku tidak tertarik dengan dunia bisnis jadi berikan semuanya untuk Yesung hyung dan Siwon hyung.. halmonie, mulai sekarang kau tidak perlu takut dengan pertanyaan orang mengenai aku atau umma.. aku tidak akan mengganggu kalian.. mianhae.. Siwon hyung, Yesung hyung.. aku bukan dongsaeng yang baik untuk kalian.. sekarang kalian tidak perlu memikirkan bagaimana bersikap denganku lagi..”
“Donghae-ah.. kenapa kau lakukan ini?”
“aahh.. appa, yogie..” Donghae menyerah sebuah kunci tanpa menjawab pertanyaan tuan Kim “ini kado ulangtahunku yang appa beri kemarin.. aku tidak bisa menerimanya, jangan tersingung.. aku lebih suka naik bis appa.. lagi pula, kemampuan menyetirku buruk sekali.. hyung melarangku membawa mobil sendiri kalau tidak ingin aku celaka..”
“stop Hae…” kata Siwon mengejutkan mereka semua “kami juga hyung-mu kenapa kau selalu menyebut mereka?”
“ah, ne.. kalian memang hyung-ku tapi aku bukan dongsaeng kalian.. aku tidak pantas menjadi dongsaeng kalian..” Siwon dan Yesung tercekat “aku harus pergi sekarang, kansamhamnida untu semuanya.. appa, halmonie..hyungdeul..” Donghae kembali meraih tas-nya dan pergi dari rumah itu dengan baik-baik.
…………………………………………………….
Udara dingin mulai merasuk malam itu.. sepertinya akan turun hujan. Donghae masih setia menunggu bis yang akan mengantarnya ke rumah.
“Donghae-ah..” seorang namja memanggilnya.
“mwo? Sungmin hyung?? Eeoohh.. Kibum-ah??” Sungmin menghentikan mobilnya di depan halte.
“naiklah.. akan ku antar pulang…” ajaknya. Donghae segera saja masuk ke mobil Sungmin dan duduk di belakang.
“kau darimana Hae?”
“aku dari rumah appa, Bummie.. mulai sekarang aku akan tinggal bersama Teuki hyung..”
“jinjja??”
“ne, hyung…” angguknya.
“gwaenchana Hae?” tanya Kibum dan kembali Donghae mengangguk.
…………………………………………….
Kangin dan Leeteuk masih menunggu Donghae pulang. Dia janji akan pulang sebelum makan malam.
“hyung…”
“eeooh, kau sudah pulang? Ah, Sungmin.. Kibum??”
“Sungmin hyung mengantarku pulang, tadi kami bertemu di halte hyung..” jelas Donghae
“aahh, arraseo.. sebaiknya kita makan malam bersama.. jangan menolak Sungmin, anggap saja sebagai bentuk trimakasih kami kermarin..” Kangin menarik lengan Sungmin dan Kibum.
Mereka duduk di ruang makan sementara Leeteuk sibuk menyiapkan makanananya. Shindong yang dari tadi sudah tak sabar dengan makan malam itu terus menggerutu.
“aku lapar hyung!”
“ne, arra… ayo kita makan..” ajak Leeteuk “Hae-ah waeyo?” Donghae hanya mengaduk makanannya. Tidak biasanya namja itu memperlakukan masakan Leeteuk sperti itu. Hanya gelengan kepala yang dilakukan tanpa menjawab pertanyaan hyungnya. Leeteuk seakan tahu keadaan adiknya. Dia menarik lengan Donghae dan membawanya ke kamarnya.
“ah, mianhae.. kalian lanjutkan makan malam ini.. aku tinggal sebentar.. joengmal mianhae..” pamitnya.
Leeteuk mendudukkan Donghae di pinggir tempat tidurnya kemudian ia memeluknya erat.
“jangan ditahan lagi.. menangislah..” ujar Leeteuk. Perlahan ia merasakan bahunya bergetar, adiknya sudah terisak disana. 
“aku keluar dari rumah itu hyung, dan tak seorangpun mencegahku.. bahkan appa.. mereka benar-benar tidak menginginkanku..” Leeteuk tak bisa bicara apapun sekarang mendengarnya “hyung.. aku.. entah kenapa aku sangat sedih..”
Di usapnya lembut punggung dongsaengnya… hingga beberapa lama, namja itu tampak sudah tenang. Leeteuk merenggangkan pelukannya hendak melihat wajah adiknya. Namun rupanya Donghae tertidur di pelukan hyungnya..
“hem.. kau tampak lelah Hae.. tidurlah, hyung akan menjagamu..” direbahkan tubuh itu di ranjang dan diselimutinya rapat.
“hyung…” panggil Shindong pelan saat ia masuk kamar Leeteuk
“ne Dongie??”
“Sungmin dan Kibum akan pulang..”
“ah, ne.. aku keluar sekarang..” Leeteuk mengekor di belakang Shindong kembali menemui Sungmin dan Kibum di ruang tengah.
“mianhae, aku meninggalkan kalian..”
“gwaenchana hyung… Donghae gwaenchana?”
“ne, dia sedang tidur.. sepertinya dia sangat lelah hari ini.. kalian tahu sendiri kalau anak itu tidak bisa lelah sedikit saja.. anemianya bahkan sering kambuh akhir-akhir ini..”
“kami mengerti hyung.. kalau begitu kami pulang dulu.. sampaikan salam kami padanya nanti.. dan, terimakasih atas makan malamnya..”
“cheonma Sungmin-ah.. Kibum-ah.. kalian hati-hatilah di jalan.. gumawo sudah mengantar Donghae..”
“ne hyung..”
Setelah Sungmin dan Kibum pulang, ketiganya larut dalam diam. Berada dalam pikiran masing-masing tapi bisa dipastikan hanya satu orang yang mereka pikirkan..
“malam ini biarkan Donghae tidur di kamarku..” kata Leeteuk membuka percakapan.
“dia akan baik-baik saja kan hyung?”
“tentu saja Shindong-ah.. kita akan menjaga bersama kan?”
“ne hyung…”
Lalu mereka kembali dalam diam.. sampai.. Donghae berjalan terhuyung dan duduk di tengah mereka. Wajahnya sedikit pucat.. ia menyandarkan kepalanya di bahu Kangin..
“kau kenapa bangun?”
“aku takut tidur sendirian.. temani aku tidur hyung..”
“tidurlah… kami semua disini..” Kangin menariknya hingga kepalanya berada di pangkuannya sekarang. Leeteuk mengalah duduk di sofa sebelah dan menaikkan kaki Donghae ke atas sofa tempatnya duduk di sebalah Kangin tadi. Shindong duduk di karpet bawah bersandar pada sofa seakan menjaga kaki Donghae agar tidak terjatuh lalu ia menekan remot dan menyalahkan TV.. Kangin dengan setia mengusap kepala dongsaengnya hingga ia terlelap kembali. Donghae memang mudah tidur dan sulit bangun..
“dia sudah tidur lagi..”
“biarkan saja..”
“aku ingin selamanya begini hyung..” ungkap Shindong..
“Kangin-ah.. Shindong-ah.. mulai hari ini, hanya kita yang dimiliki Donghae.. anak itu terlalu baik untuk disia-siakan.. dia tidak tahu apa-apa, tapi harus menanggung kesalahan yang tidak dimengertinya.. jadi, mulai sekarang.. kebahagiaannya adalah tugas kita..”
“arraseo hyung..” koor keduanya.
Sedangkan Donghae yang terlelap berada dalam pikirannya juga. Ia ingin melupakan semua hal yang terjadi belakangan ini. Ia hanya ingin mengingat Leeteuk, Kangin dan Shindong sebagai hyungnya. Ia hanya ingin mengingat bahwa ia adalah Park Donghae bukan Kim Donghae lagi.. ia ingin melupakan rasa sakit dan orang-orang yang tidak menginginkannya sama sekali.
=================================

Shindong melempar makanannya saat melihat dongsaengnya berguling di atas tempat tidur. Wajahnya pucat dan seakan menahan sakit yang begitu berat. Kedua tangannya memukul kepalanya sendiri mencoba menghilangkan sakit yang dideranya. Shindong berusaha menghentikan gerakan yang melukai diri sendiri itu. Ditariknya dongsaengnya dalam dekapannya.
“Hae-ah… gwaenchana? Katakan pada hyung.. mana yang sakit? Kepalamu sakit eeohh?” tanya Shindong bertubi.
“sakit hyung… sakit!!!” teriak Donghae tertekan.
“KANGIN HYUNG!” tidak ada cara lain, ia berteriak memanggil hyungnya. Kangin masuk kamar Donghae terburu dan tercengang dengan apa yang dilihatnya. Tak menunggu lama ia menggendong Donghae dan menyuruh Shindong menyiapkan mobil. Mereka membawa Donghae ke rumah sakit.
………………………………………
Leeteuk tak hentinya mengutuki dirinya sendiri. Rasa cemas dan pedih bercampur jadi satu sejak ia mendengar kabar dari Kangin tadi. Mereka tak pernah melihat Donghae seperti ini sebelumnya.. seorang dokter keluar dari ruangan yang sedari tadi tertutup untuk menangani Donghae..
“bagaimana..? bagaimana adik kami dokter?” tanya Leeteuk.
“adik kalian sepertinya sangat tertekan.. ia terlalu memikirkan satu hal dan itu sangat berat baginya.. tapi dia sudah baik-baik saja sekarang, kalian boleh masuk..”
Shindong tak lagi mendengarkan penjelasan dokter, ia langsung masuk dan melihat Donghae. wajah pucat dan sendunya tergurat nyata disana.
“Hae-ah…” ia mendekati Donghae dengan senyumnya
“hyung….” Dan nyatanya Donghae memang sudah baik-baik saja “aku lapar.. bisakah kau mencarikanku makanan?”
“mwo?? jadi kau masuk rumah sakit hanya karena kelaparan? Kau membuat kami malu…” sahut Kangin yang sudah berada di belakang Shindong.
Leeteuk tertawa kecil “ne, akan hyung belikan kau soup..tunggu sebentar ne..”
“aku mau ice cream hyung.. bisakah?”
“Yak!! Kau itu sedang sakit.. nanti saja setelah kau sembuh akan kubelikan yang banyak!” ujar Kangin.
“gurrae…. Belikan aku nanti Kangin hyung!! Ku pegang janjimu..”
…………………………………………………..
Siwon melangkah pasti menuju satu ruangan yang ia tahu dari Heechul tadi. Tanpa mengetuk pintu ia membukanya dan masuk.
“Donghae-ah…” matanya berkaca melihat adiknya terbaring disana.
“mianhae… nugu??”
“mwo?? baru beberapa hari tidak bertemu kau sudah melupakanku? Melupakan kami?”
“mianhae.. apa kita memang pernah bertemu dan saling kenal sebelumnya?” tanya Donghae polos membuat Siwon patah hati.
“aku hyungmu Hae-ah.. Siwon hyungmu..”
“eeoohh? Mungkin kau salah orang.. hyungku hanya Leeteuk, Shindong dan Kangin.. ah, itu mereka datang..” tunjuk Donghae pada tiga orang yang berjalan masuk ke arahnya “Hyung… dia mengaku sebagai hyungku.. mungkin hyung ini salah orang..” ucap Donghae pada Leeteuk.
“mwo? mworago?”
“kalian mengenalnya?” tanya Donghae lagi.
“Hae.. dia… Siwon..”
“Siwon?? Apa aku juga mengenalnya hyung? Kenapa aku tidak ingat?” Donghae mencoba berpikir tapi kepalanya mendadak sakit “aakkhh.. sakit.. kepalaku sakit lagi hyung!”
Kangin panik dan memanggil dokter. Siwon melihat semua itu dengan heran, mana mungkin Donghae melupakannya begitu saja..
Dokter memberinya obat penenang dan membiarkannya istirahat..
“ada apa sebenarnya dok? Kenapa Donghae tidak mengingat hyungnya?” tanya Kangin.
“sepertinya Donghae tidak ingin mengingat kenangan atau orang-orang tertentu.. itu yang membuat kepalanya sakit hingga ia benar-benar tidak mengingatnya lagi..”
“jadi, dia ingin melupakan kami?” pekik Siwon “ia ingin melupakan kami?? Waeyo Hae.. kau ingin menghapus ingatanmu padaku? Pada Yesung hyung juga Appa??” isaknya kini.
“apa dia pernah terbentur atau terluka sebelumnya?” tanya dokter
“aku rasa tidak…” jawab Leeteuk “tunggu!! Waktu mereka menculik Donghae.. apa mereka memukulnya?” kini ia bertanya pada Siwon.
Siwon terkejut, ia baru mengingat lagi hal itu. Ia ingat bagaimana ia mengancamnya dan menjadikan Donghae yang masih pingsan sebagai sandera. Mereka sempat mendorong tubuh Donghae hingga kepalanya membentur dinding..
Siwon mengangguk pelan menjawab pertanyaan Leeteuk.
“sepertinya itu salah satu penyebab ia mengalami hal ini.. kalian harus menjaganya, kondisinya sangat lemah dan lagi.. jangan buat dia memikirkan hal yang berat sampai ia bisa mengingat kembali.. karena itu bisa membuatnya tersiksa dan lebih tertekan lagi..”
Siwon benar-benar terpukul kali ini. Setelah dokter itu pergi, ia hanya bisa memandang lekat wajah Donghae yang kini tidur lelap. Diusapnya pelan kepala adiknya hingga penyesalan menyusup di hatinya.
“mianhae.. hyung tidak pernah menjadi hyung yang baik buatmu.. dan sekarang, apa ini balasan untuk kami? Kau melupakan kami semua? Kau melupakan keluargamu?”
Shindong dan Kangin miris melihat pemandangan ini. Demikian Leeteuk yang mencoba menenangkan Siwon. Disaat Siwon menyadari kesalahannya, ia harus menerima kenyataan kalau adiknya melupakan dirinya.
“dia pasti akan sembuh Siwon-ah.. Donghae akan kembali mengingatmu..”
“aniyo Leeteuk ssi.. kalau Donghae bahagia seperti ini lebih baik dia memang melupakanku.. melupakan kami.. jika ia mengingat kami, dia akan terluka lagi kan?”
“Donghae bukan orang yang suka membenci atau mendendam pada orang.. ia justru selalu memikirkan kebahagian orang lain.. itulah yang dilakukannya pada kalian, keluar dari rumah itu dan berharap kalian bahagia karena dia merasa menjadi beban dan masalah bagi kalian..”
“ne, aku paham itu.. dan yang aku sesali sekarang bahwa semua ini bukan kesalahannya.. dia bahkan tidak tahu apa-apa tapi kenapa harus dia yang menanggungnya? Aku baru menyadari betapa dongsaengku adalah seorang malaikat..”
Shindong dan Kangin tertegun. Bukan hanya bagi Siwon saja tapi bagi mereka bertiga.. Donghae adalah malaikat kecilnya.. malaikat yang membawa kebahagiaan bagi mereka. Dan kali ini, Kangin maupun Shindong tidak ingin lagi melepaskan Donghae..
“pulanglah.. kami akan menjaganya.. dan jangan lagi menyakitinya.. aku pikir itu bagus kalau dia melupakanmu dan kalian semua.. biar hanya kami bertiga di dalam ingatannya..”
“Kangin-ah…” tegur Leeteuk “jangan berkata seperti itu, bagaimanapun juga.. Donghae dongsaengnya..”
“Kangin hyung benar hyung..” ungkap Shindong “aku sudah berjanji untuk menjaga dan melindunginya.. aku tidak ingin melihatnya terluka lagi.. jadi aku pikir Donghae lebih baik bila hanya mengingat kita bertiga.. kita akan memberinya kebahagiaan..”
“Shindong…???”
“mianhae Siwon ssi… kami sangat menyayangi Donghae.. dan seperti yang kau lihat, dia memilih kami. Jadi biarkan dia bahagia bersama kami.. kami akan menjaganya dengan baik, kau tenang saja..” tambah Kangin.
Leeteuk tak habis pikir kenapa kedua adiknya seperti itu. Tapi ia juga merasakan hal yang sama, ia sangat menyayangi Donghae dan tidak akan melepaskannya sedetikpun. Selama ini ia tahu seberapa besar luka yang dirasakan Donghae dan ia tak ingin luka itu kembali menekannya. Tapi di lain pihak, Siwon dan Yesung adalah hyung kandungnya. Mereka juga berhak menjaga Donghae..
“Siwon ssi.. sebaiknya kau pulang dan beritahu keadaan Donghae pada appa dan hyungmu..”
Siwon mengerti, ia segera pamit mundur. Tidak akan ada gunanya juga ia disana dengan keadaan Donghae seperti ini..

-TBC-