Minggu, 16 Juli 2017

House to Home [1]


FF ini sudah tersimpan sejak 2013-2014 yang lalu.. hahahaha..
Bahasa dan ide ceritanya masih labil dan mbulet banget..
Tapi, akan Vie coba keluarkan dari sarangnya..
Hehehe..
Cast :
Yesung  – Siwon  – Donghae
Leeteuk – Kangin – Shindong
Heechul – Hankyung – Ryeowook
Hyukjae – Kyuhyun - Henry
Sungmin - Kibum
Zoumi
========================================
Part 1
Seorang namja sedang menggendong namja lain yang sepertinya lebih kecil darinya. Ia masuk ke dalam sebuah rumah kecil di samping coffe cafe. Ia membaringkan namja itu di sofa warna gelap dengan hati-hati di saat seorang namja lain muncul dari arah dapur.
“Kangin-ah… kenapa lagi dia?” ia menghampiri namja yang tengah terbaring dengan mata tertutup itu. Terlihat ia masih mengenakan t’shirt biru muda berlapis jaket warna krem yang sekarang begitu kotor terkena lumpur. Tubuhnya basah hingga memucat di wajahnya menampakkan bahwa ia sedang kedinginan.
“aku ambil air hangat dan handuk dulu, kau lepas sepatu dan jaketnya jangan sampai ia makin parah..” ia kembali berjalan ke dapur dan meninggalkannya bersama namja yang bersama Kangin.
Kangin melepas sepatu dan jaket sesuai permintaan namja tadi sambil memandang nanar pada namja yang baru saja digendongnya itu.
“aku menemukannya di depan gerbang hyung.. sudah dalam keadaan seperti ini..” Kangin baru menjawab pertanyaan namja tadi selagi ia kembali dan mengompres keningnya.
“Kangin-ah.. kita bawa dia ke kemar saja, aku akan mengganti bajunya dengan yang kering.. wajahnya sudah sangat pucat..”
“ne hyung…” Kangin segera menggendong lagi namja itu dan menuju sebuah kamar di lantai atas. Rumah itu memang tidak mewah tadi juga tidak sepenuhnya bergaya korea tradisional. Dan sekalipun lumayan kecil ada sedikitnya 4 kamar disana.
Kini namja itu telah terbaring hangat di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya hingga ujung dagu.
“aku jadi ingat waktu pertama kali kita menemukannya hyung..” Kangin membuka pembicaraan.
“Nado Kangin-ah..”

=========Flashback on=========
Kangin baru saja pulang dari kuliah bersama dongsaengnya, Shindong. Saat mereka akan memasuki rumah tampak seorang namja tergeletak di depan pintu rumah mereka. Tubuhnya hanya terbungkus kemeja polos warna biru tua dan sebuah boneka nemo yang erat dipeluknya. Kangin dan Shindong berusaha membangunkannya, tapi sia-sia.. tak ada respon sedikitpun. Tidak ada identitas yang mereka tahu yang menjadi alasan untuk mengantarnya pulang. Akhirnya mereka membawa namja itu masuk dan merawatnya hingga ia sembuh. Leeteuk, sepupu mereka yang tinggal bersama ikut membantu merawat namja itu.
“ah, akhirnya kamu sadar… gwaenchana? Ada yang sakit?” tanya Leeteuk lembut. Namja itu hanya menggelengkan kepalanya “eeoohh, ne. siapa namamu? Kami bisa mengantarmu pulang..”
“a..ani.. hyung.. aku tidak ingin pulang!” ucapnya tertekan. Kangin dan Shindong sama seperti Leeteuk yang nampak terkejut dengannya “boleh aku disini saja?” pintanya.
Seketika Leeteuk tak mampu melihat tatapan matanya yang begitu polos saat ia meminta ijin. Ada sesuatu yang tak mampu dibacanya “orangtuamu bagaimana?”
“tidak akan ada yang mencariku hyung.. kau tenang saja, tapi kalau aku merepotkan kalian sebaiknya aku pergi saja..”
“odieyo?” tanya Kangin
“molayo…” jawabnya lirih sambil menundukan kepala
“biarkan ia tinggal disini hyung..” pinta Shindong “kau tahu, sepertinya aku ingin seorang dongsaeng..”
“hm, baiklah.. kau boleh tinggal disini..” kata Leeteuk kemudian tanpa lebih lanjut bertanya padanya. Ia pikir ini bukan saat yang tepat untuknya bercerita alasan kenapa ia bisa pingsan seperti tadi “namaku Leeteuk, ini Kangin dan Shindong…”
“gumawo hyung… Donghae imnida..” senyumnya. Dan entah kenapa senyum itu mampu membuat ketiga orang itu merasa bahagia.
“baiklah Donghae-ah.. kau pasti lapar kan? Ini tadi aku masak soup..”
“soup?? Wahhh.. sepertinya enak hyung..” mata Donghae berbinar melihat semangkuk soup di tangan Leeteuk, ia berhambur menyuapkan soup itu kedalam mulutnya “mashhhiiiiittaaa!!” ucapnya “ah, nemo?? Odieyo?” wajah Donghae murung seketika mengingat boneka ikannya.
“yak, Donghae-ah.. habiskan makanmu dulu.. bonekamu masih harus dicuci, tadi ia kena lumpur dan kotor.. kau mau ku pinjami bonekaku saja?” ujar Shindong
“aku tidak yakin kau punya boneka hyung..!!” Donghae memicingkan matanya.
“aaiishh anak ini, tentu saja aku punya.. aku juga pernah kecil sepertimu..”
“aku sudah besar Dong-hyung.. aku sudah 15 tahun!”
“mana ada namja 15 tahun mencari boneka eeooh?”
“itu satu-satunya yang berharga punyaku hyung…” jawab Donghae sendu, ia menundukkan kepala lagi. Sontak ketiga hyung barunya nampak cemas dengan perubahan sikapnya. Mungkin namja ini sedang terluka hatinya.
“ah, mianhae Hae-ah..”
“besok pasti sudah dicuci kan?” tiba-tiba wajah itu kembali ceria.
“mwo?? ne, besok kau bisa mendapatkannya lagi.. sekarang makanlah..” ujar Leeteuk. Ia tak tahu maklhuk seperti apa Donghae itu. Ia baru saja kelihatan sedih tapi sedetik kemudian ia sudah ceria lagi.
……………………………………………………
Kehadiran Donghae membawa kebahagiaan tersendiri di rumah itu. Shindong jadi punya bahan ledekan baru setiap harinya, Kangin jadi merasa seperti hyung yang berguna untuk melindungi Donghae. Leeteuk, ia sangat menyayangi Donghae. Hari-harinya diisi dengan meladeni sikap manja Donghae.
Sampai suatu hari setelah satu bulan keadaan itu..
“LEPASKAN AKU!! AKU BILANG AKU TIDAK INGIN PULANG!!” dua orang berbaju hitam seperti seorang pengawal istana datang menjemput Donghae. Memaksanya kembali pulang. Entah bagaimana mereka bisa tahu keberadaan Donghae, yang pasti mereka bukan orang sembarangan. Terlihat jelas dari mobil mewah yang menjemput Donghae.
“YAK!! LEPASKAN AKU, KALIAN MENYAKITIKU!! LEPAAASS…. HYUUUUNGG TOLONG AKU!” Donghae berontak, minta tolong pada ke tiga hyungnya yang tidak bisa berbuat apapun.
Sepi dan sakit.. rumah yang tadinya penuh dengan teriakan berubah sepi seketika dengan kepergian Donghae.
………………………………………………
Dan hal itu berubah lagi sejak dua tahun silam. Saat Donghae berusia 17 tahun dan ia masuk SMA. Sepertinya anak itu semakin cerdas saja. Ia bisa kabur dari rumahnya dan kali ini bebas ke rumah Leeteuk kapan saja dengan seijin Heechul, salah seorang dari pengawal pribadinya.
“hyung… kalian masih ingat padaku?” tanya Donghae saat ia masuk ke sebuah coffe cafe tak jauh dari sekolahnya.
Leeteuk sangat terkejut dengan kehadirannya, bahkan ia tak bisa membendung rasa bahagianya bisa melihat dongsaeng mereka lagi “Donghae!!” dipeluknya erat dongsaengnya.
“boleh aku ke rumah ini lagi?”
“mengapa masih bertanya? Kau itu dongsaeng kami tentu saja boleh..”
“aaahh,, appo!!” sebuah pukulan pelan mendarat di kepalanya dari seorang yang bernama Shindong.
“HYUUUUNNGG!!” sontak Donghae berteriak dan memeluknya “bogoshipoyo…”
“nado Hae-ah.. walau kau hanya sebentar bersama kami, aku sangat kehilanganmu waktu itu..”
“aku kembali hyung… nemo masih bersama kalian kan?”
“YAK!! Jadi kau kembali hanya karena boneka ikan itu?”
“aku sudah mengatakannya dulu, boneka itu barang berhargaku..”
“kau ini, masih saja kekanakan!!”
“ani hyung!! Aku sudah 17 tahun!!”
“YAK!!”
Sejak saat itu, teriakan dan omelan kembali hadir di rumah  ini.
======Flasback off========

“DONGHAE!! iroena… Leeteuk hyung masak enak pagi ini. Palli… kalau kau tidak turun akan kuhabiskan semuanya..” seru Shindong di depan pintu kamar Donghae
“Shindong-ah.. jangan ganggu dongsaengmu hari ini, apa Kangin tidak menceritakannya padamu soal semalam?”
“ah mian hyung.. aku lupa..” Shindong duduk di meja makan dengan tenang
“sebaiknya kau bawakan sarapan untuknya..”
“mianhae.. aku sudah telat hyung..!!” ucapnya sambil menguyah makanannya
“ya sudah, cepat berangkat..” Leeteuk membawa nampan makanan itu ke kamar Donghae.
Namja itu tengah duduk di dekat jendela kamarnya bersandar pada pinggiran ranjangnya. Matanya nanar menatap cahaya yang masuk lewat kaca jendelanya.
“Hae-ah.. gwaenchana?” Leeteuk meletakkan nampan itu di meja dekat ranjang itu dan duduk di sampingnya. Donghae hanya diam sambil menyandarkan kepalanya di bahu Leeteuk. Hingga kemudian Leeteuk merasakan bahunya bergetar, Donghae sudah terisak disana..
“Hae… wae?” Donghae kembali menggelengkan kepala
“kau selalu seperti ini setiap kali ada masalah, ceritalah pada hyung…”
‘hiks…’ kembali tak ada sahutan, kini namja itu malah semakin mengeratkan lingkaran tangannya di tubuh Leeteuk.
“istirahatlah…” Leeteuk mengangkat tubuh dongsaengnya untuk berbaring ke tempat tidur. Sedikit perlahan Donghae berusaha menghapus air matanya sementara kini ia sudah berbaring lagi. Dengan lembut Leeteuk hanya bisa mengusap keningnya dengan pandangan mata sendu. Sama seperti ia mengenal Donghae dulu, anak itu tidak pernah langsung menceritakan masalahnya.
“kau ini namja, cengeng sekali eeoohh?” gurau Leeteuk “hyung tidak akan memaksamu melakukan apapun atau menceritakan apapun.. tapi hyung tidak ingin kau sakit.. tidak ingin kau seperti ini Hae-ah..” ia tahu dalam keadaan seperti ini Donghae akan susah disuruh makan.
“suapi aku hyung, aku lapar…” ucapnya datar
“hah, ne… itu bagus kalau kau bisa merasa lapar..” Leeteuk menyunggingkan senyumnya, menyuapkan soup yang baru saja dibuatnya. Donghae tidak pernah mau makan bubur sekalipun ia sakit, jadi Leeteuk senang mambuatkan soup atau makanan lain untuknya.
“hah!! Rasanya kepalaku pusing hyung… aku malas kuliah.. malas membantumu di caffe..”
“siapa yang menyuruhmu membantuku eeooh? Kau dirumah saja.. nanti akan kusuruh Hyukjae dan Kyuhyun menemanimu..”
“ne, gumawo hyung.. tapi mereka ada kelas hari ini..”
“begitukah? Baiklah.. hyung akan menemanimu seharian..”
“ani hyung, kau harus bekerja kan?”
“aigo!! apa kau lupa? Aku ini pemilik coffe cafĂ© itu jadi aku bisa libur kapan saja, caffe juga ada di samping rumah kita kan? dan lagi alasanku tidak kerja hari ini sudah sangat jelas bukan?”
“ah.. ne, arra..arra..” senyumnya.
===========================

Di tempat, ruang dan suasana lain.. dua orang namja duduk berhadapan di meja makan. Nampaknya mereka sedang sarapan bersama, tapi tak ada suara di antara keduanya. Masing-masing tenggelam dalam kegiatannya. Seorang namja dengan kacamata, mengoleskan selai di atas rotinya. Seorang lagi nampak lebih tegap dari satunya. Mereka sangat menjaga wibawa sepertinya. Bayangkan saja, keduanya dengan kemeja putih rapi dilapisi jas hitam lekat yang bermerk dan dasi tertempel di leher kemejanya.
“Siwon ssi.. hari ini ada pertemuan dengan Mr.Zoumi Lau…” seorang lain bergabung dan berdiri di belakang salah seorang dari mereka. Ia membawa tab kecil di tangan kirinya dan tangan kanannya sibuk menggeser tombol-tombol yang ada.
“ne, gumawo Hankyung ssi… kau atur saja semuanya” sahutnya “eeooh, Yesung hyung.. bagaimana dengan pekerjaanmu?” ia bertanya pada namja yang duduk di depannya.
“sejauh ini lancar Siwon-ah..”
“good.. kita harus membuktikan pada Appa dan Halmonie kalau kita bisa diandalkan, hyung..”
“ne, kau benar…” Yesung menjawabnya datar. Raut mukanya tak berubah sedikitpun bahkan dapat dikatakan terlalu dingin mengingat bahwa ia berbicara dengan dongsaengnya sendiri.
Yesung, namja 29 tahun itu gila kerja. Ia memang belum sepenuhnya menjadi pemilik perusahaan tempat ia bekerja sekarang, tapi ia memiliki kedudukan dan kuasa yang penting. Bisa dipastikan sebentar lagi kalau perusahaan itu menjadi miliknya, sebagai pewaris utama.
Siwon dongsaengnya, namja 27 tahun tidak jauh beda dengan Yesung. Perusahaan keluarga tersebut juga akan menjadi milik Siwon sebagai pewaris kedua. Baik Yesung maupun Siwon dipercaya untuk mengurus perusahaan mereka di beberapa tempat itu. Sedangkan Appa mereka, Tuan Kim mengurus yang di luar negeri sehingga ia jarang pulang. Bisa di hitung dengan jari berapa kali ia pulang dalam setahun.
“hyung, aku berangkat dulu..” pamit Siwon “Hankyung ssi.. siapkan mobil..” ujarnya pada Hankyung asisten pribadinya.

-TBC-