Jumat, 18 November 2016

Am I Prince Hours [6]



Prince #6
****
.
.
.
.
“jika suatu saat kita harus menerima takdir hidup ini, apa yang akan kau rasakan?” Eunhyuk bertanya pada Donghae.
“takdir seperti apa maksudmu Hyuk?”
“suatu takdir yang berat untuk kita jalani tapi di luar kemampuan kita.. kau tahu kan Hae, jika manusia tidak bisa menghindari setiap takdirnya..”
“memangnya kenapa dengan pertanyaanmu? Kau mau menjalani takdir yang seperti apa?”
Eunhyuk menghempaskan napas kasar.
          “aku pernah melakukan sebuah kesalahan besar dalam hidupku Hae, sangat besar.. sampai aku kehilangan dongsaengku..”
          “nde, kau pernah bercerita tentangnya..”
          “aku boleh bercerita bagaimana dongsaengku itu?”
Donghae mengangguk.
          “aku tidak pernah menyadari jika memiliki dongsaeng adalah kebahagiaan yang pernah ku miliki. Aku tidak pernah menganggapnya ada. Aku menyalahkannya atas apa yang aku rasakan.. aku iri karena kebaikan dan keberuntungan berpihak padanya, sampai aku memutuskan untuk membencinya..” Pernyataan Eunhyuk mengalir begitu saja.
Ia melanjutkan “tapi tidak dengannya, dia sama sekali tidak marah padaku, tidak dendam padaku dan tidak pernah merasa bahwa ia lebih baik dariku. Jika waktu itu aku tahu dia memiliki tanggung jawab yang besar maka aku akan mendukungnya. Sayang sekali mata hatiku dibutakan oleh kebencian..”
          “aku tidak mengerti maksudmu?”
          “kau akan mengerti sebentar lagi.. dan jika itu terjadi aku minta satu hal darimu Hae..”
          “mwo..”
          “tolong jangan benci aku lagi..”
          “lagi??”
          “nde.. jangan benci aku.. jebalyo.. aku sangat menyesal, selama ini aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri tapi tidak berhasil.. aku selalu menyalahkan diriku, bahkan saat melihat senyum di wajahnya aku semakin merasa bersalah.. karena bukan aku yang membuatnya tersenyum.. saat melihatnya sakit dan menangis.. ingin aku memeluknya, tapi dia sudah tidak bersamaku lagi..”
Donghae semakin heran dengan pernyataan itu. Kini perasaanya ikut sedih mendengarnya. Ia ikut sakit dan seakan tahu persis posisi Eunhyuk.
Tanpa sadar, Donghae memeluk Eunhyuk..
          “Hyuk.. aku tidak akan membencimu.. tidak akan pernah..”
Perkataan itu malah membuat Eunhyuk menangis di pelukan Donghae..
‘mianhae Hae.. jeongmal mianhae..’
::
::
::
::
Sudah lama sekali mereka tidak seperti ini. Duduk bersama di caffe biasa..
Donghae, Eunhyuk.. Kyuhyun, Kibum.. dan Yoona.
“bulan depan akan ada kompetisi renang lagi, kalian ikut?”
“nde..”
“tapi sekolah pasti tidak akan mengirim kalian semua..”
“aku akan mundur..” ujar Kyuhyun “Donghae lebih berhak meninguktinya..”
“wae?? Aku tidak mau..”
“seonsaengnim yang akan menentukan, bukan kalian..” sinis Kibum.
Ssrrrt.
Mereka kembali menyesap kopi pesanan yang sudah hampir dingin karena lama didiamkan. Sesekali Eunhyuk memperhatikan Donghae. Entah sampai kapan ia bisa bertahan dengan kondisi ini. Ia pun tak ingin berlama-lama berbohong padanya.
‘tubuhku semakin lemah Hae, jika kau tahu siapa aku sebenarnya.. apa kau menerimaku kelak? Aahh.. lupakan.. aku hanya akan meminta maaf darimu bukan memintamu untuk menerimaku.. aku hanya ingin, sekali saja kau mau memanggilku hyung..’
**
.
.
.
.
**
Semenjak pernyataan Eunhyuk kemarin, Donghae merasa gusar. Hatinya serasa ganjil dan resah. Keheranan selalu menyelimutinya. Sejak saat itu pula ia suka berada di dekat Eunhyuk dan mengikut kemanapun ia pergi. Sampai-sampai Kyuhyun memarahinya karena iri.
“kau mau pergi lagi dengannya?? Ya… Donghae-ya.. aku ini saudaramu, kenapa kau lebih suka bersama orang lain dibanding denganku?” protesnya. Donghae yang sudah memakai jaketnya hanya tertawa.
“kau punya Kibum kan? Kenapa kau tak main juga dengannya.. kau jarang sekali menemuinya semenjak akur denganku..”
“YAKK!!”
“kau tak boleh melupakan seorang teman yang sudah bersamamu selama ini..”
“tetap saja Hae.. apa dia lebih penting darimu?”
Donghae termenung “Kyu, apa kau cemburu?”
“MWO??”
“yaaa.. katakan saja jika kau cemburu.. hahaha..” guraunya.
Namun tawa itu terhenti seketika..
Aarrghh..
Donghae mengerang, rasa sakit hinggap di kepalanya tiba-tiba.. sekilas bayangan samar masuk di ingatannya.
‘yaa… aku ini saudaramu, hyungmu.. tentu saja aku tidak suka kalau kau lebih dekat dengan orang lain..’
‘aigooo,, kau cemburu hyung??’
‘yaa.. Donghae-ya..’
Ha..ha..ha..
Tawa lepas diantara keduanya menggema di telinga Donghae dengan keras..
.
Aarrgghh..
Donghae menarik rambutnya berusaha menghilangkan rasa sakit.. Kyuhyun yang melihat itu panik seketika.
“yaa… ya… Donghae-ya.. waegurae?? Gwaenchana??”
“aa…appo.. Kyu..”
“mwo?? Appo??”
Hiks.. “Kyu.. aarrghh..”
BRUGH!
Donghae ambruk di depan mata Kyuhyun membuat namja itu semakin cemas.
“HAE!”
Hah… hsssh..
Kyuhyun menangkup wajah pucat Donghae yang sudah lemah terbaring di lantai itu. Dingin.. rasanya dingin. Donghae memang  tidak pingsan tapi sepertinya ia sudah menyerah untuk mengerang. Hanya napasnya yang terasa berat..
“Hae-ya..” suara Kyuhyun melembut. Setelahnya ia segera mengangkat tubuh itu ke atas ranjang.
Apa yang bisa di lakukan Kyuhyun saat ini? hanya membiarkannya berbaring, menyelimuti tubuh itu dengan hangat dan sesekali mengusap kening Donghae sampai akhirnya namja itu memejamkan mata.
Kyuhyun menggenggam tangan Donghae erat.
“Hae-ya.. kau kenapa? Jangan membuatku takut..” disibaknya poni rambut di kening Donghae yang menutupi mata. Kini bukan dingin yang ia rasakan tapi hangat.. “Eoh, kau demam sekarang?? Aahh.. ottoke?? Yaa… kau ini kenapa??” tanyanya sekali lagi.
.
Bagaimana bisa ia tiba-tiba pingsan? Padahal Donghae sedang tidak sakit. Apa yang terjadi?
Pikiran Kyuhyun kalut di penuhi kecemasannya pada Donghae. Ia semakin yakin ada hal yang menimpanya sampai-sampai ia gampang sakit akhir-akhir ini.
‘apa lebih baik aku memberitahu hyung saja?’ gumannya.
Ah, nampaknya itu pilihan yang baik. Karena kemudian Kyuhyun sudah berkutat dengan ponselnya..
‘hyung, Donghae tiba-tiba sakit..’ pesannya pada Leeteuk disertai foto Donghae saat ini.
‘hyung, aku harus bagaimana?’
‘hyung, dia pingsan tiba-tiba padahal kami baru saja tertawa bersama..’
.
.
Membaca pesan itu Leeteuk tak kalah paniknya. Ia segera melesat dari tempatnya melaju menemui kedua dongsaengnya.
.
.
Sementara Eunhyuk menunggu namja yang berjanji akan datang menemuinya dengan setia. Tanpa mau menghubunginya ia masih tetap menunggu..
“Hae-ya.. aku ingin mengakhiri ini..” di genggamnya sebuah botol kecil yang selama ini ia simpan rapat. “setelah ini, kau akan mengingat siapa aku.. dan setelah itu, aku rela jika harus menghilang..”
Eoh, benarkah? Itu keputusan Eunhyuk? Dia tidak akan berubah lagi? Bukankah ia masih ingin bertahan lebih lama di dekat Donghae sampai mewujudkan satu hal untuknya?
“ku rasa kau akan bisa melewati semua ini.. Hae, hyung hanya ingin kau menjalani hidup dengan takdir Tuhan.. hyung tidak berani mengubahnya lagi..” menyerahkan Eunhuk sekarang?
“hiduplah dengan caramu sendiri.. hiduplah dengan harapanmu.. hiduplah dengan hatimu..” ungkapnya.
.
Semilir angin sore itu semakin menusuk kulit karena dingin merambah. Senja menjadi pemandangan indah yang justru semakin melukai saat membayangkan kebahagiaan. Eunhyuk masih setia..
Sampai ia sadar sudah berjam-jam ia di sana tapi Donghae tak muncul juga..
“waegurrae?? Apa dia lupa??”
Diambilnya ponsel di dalam saku, lalu mencoba menghubungi Donghae.
“YAK DONGHAE! APA KAU LUPA DENGAN JANJIMU EOH?” teriaknya begitu nada sambung itu terhubung dengan ponsel di sudut lain.
“Eunhyuk-ah.. mianhae, Donghae tidak bisa menemuimu saat ini..”
Kyuhyun?? “Donghae… kemana??” ujarnya saat menyadari suara Kyuhyun.
“Donghae.. tiba-tiba demam..”
Demam?? MWO?? Raungnya dalam hati..
“eoh.. bisa aku bicara dengannya sebentar?” Eunhyuk tak mau kalah.
“mian, dia sedang tidur.. aku akan membawanya pulang, sebentar lagi hyung menjemput kami.. kau tak perlu cemas.. mianhae, karena dia sudah membuatmu menunggu..”
“eoh.. nde.. arraseo..” Eunhyuk mencoba untuk menahan diri agar tidak berteriak panik di depan Kyuhyun. Tapi yang jelas sekarang ia makin cemas..
‘kenapa kau bisa sakit lagi?’ gumannya.
**
.
.
.
.
**
Leeteuk tidak membawanya pulang, mereka malah sudah berada di rumah sakit sekarang. Donghae sudah kembali berbaring nyaman di ranjang putihnya dengan sebuah infuse di lengan kanannya. Demamnya sudah turun, tapi entah kenapa ia belum bangun juga.
“Hyung, kapan dia akan bangun?” Kyuhyun menampakkan wajah sendu melihat keadaan itu “Appa dan Eomma kapan datang??”
“Kyu, itu dua pertanyaan berbeda..” canda Leeteuk “kau menunggu Donghae bangun atau Appa dan Eomma?”
“ketiganya hyung..”
Sang hyung hanya tertawa kecil “ahh.. tenang lah, uisa sudah mengatakan kalau dia baik-baik saja kan?” padahal tadi Leeteuk jauh lebih cemas daripada Kyuhyun.
Masih jelas dalam ingatan Kyuhyun, begitu Leeteuk sampai di asrama, membuka pintu dengan kencang, memukul –mukul wajah Donghae lalu menariknya dalam gendongan dan membawanya ke tempat ini.
“hyung, kenapa kondisi Donghae jadi aneh?” Leeteuk menoleh “dia tidak pernah selemah ini, bahkan sekarang ia sudah jarang ikut olahraga renang.. jika dia baik-baik saja kenapa sering sakit? Ia jadi mudah kena demam..?”
Pertanyaan bagus, sampai Leeteuk tak menemukan jawabannya..
‘eeeuurrghh.. hyung…’
Belum sempat ia memikirkan jawaban yang tepat, mereka mendengar lenguhan Donghae diantara napasnya..
‘hyung… hah.. gajimayo.. jebal.. hahhh.. hyu…ung… jebal.. hiks..’
“Hae, hyung di sini.. hyung tidak kemana-mana..” ucap Leeteuk mencoba menenangkannya. Mengusap pelan keningnya.. “hyung di sini saengi..” bisiknya.
Merasa ada yang dengan lembut mengusap kepalanya, Donghae akhirnya membuka mata..
“hyung….??”
“nde,.”
“dimana..??”
“di rumah sakit..” sahut Kyuhyun “kau membuatku cemas saja.. yak, sebenarnya apa yang terjadi Hae? Kalau kau sakit katakan saja.. kau pikir aku ini siapa eoh?” kesalnya.
Donghae melenguh “aahh… mollayo Kyu, tiba-tiba saja… tadi..” Donghae sedikit terkejut saat mengingat bayangan yang tiba-tiba datang dan membuat sakit di kepalanya “hyung.. apa ada ingatanku yang belum kembali??”
“mwo??”
“nde.. apa aku melewatkan satu hal yang penting diantara kita?”
“waegurrae?? Uisa mengatakan kau sudah sembuh dari amnesia Hae-ya.. memangnya kau merasa ada yang masih kau lupakan?”
“mollayo.. tapi, aku merasa ada hal yang masih tersisah.. HAH!! Aku benci keadaan ini..” katanya kemudian “hyung, aku benci sakit seperti ini.. aku terlihat lemah di depan kalian.. aisshh… eoh, Appa dan Eomma??”
“sebentar lagi mere..”
BRAKK!!
“DONGHAE!!”
“eoommmaa…”
Hah. Kyuhyun dan Leeteuk hanya mampu mengempaskan napas panjang. Jika sudah Appa dan Eomma, sudah bisa dipastikan sikap Donghae…
“eommmaa… aku ingin pulang..” rengeknya manja “jebal, Appa.. bawa aku pergi dari sini..” ujarnya sambil mengerucutkan bibir lucunya.
Ya. Kemana sikap dewasanya tadi?? Huh, ternyata ia memang belum berubah.
“tidak sekarang Hae,.”
“wae? Aku tidak apa-apa.. aku tidak sakit, mereka saja yang berlebihan membawaku ke sini..” tujuknya pada dua orang namja yang masih berdiri di sampingnya.
“MWO?? YAK!! Kau ini harusnya berterimakasih pada kami..” protes Kyuhyun “eomma, dia membuatku panik.. kami sedang tertawa bersama tiba-tiba di kesakitan lalu pingsan..” adunya tak mau kalah.
“eomma, kau percaya dengannya??”
“eomma.. aku tidak bohong..”
“eommmaa…”
“YAAKKK!! Aisshh.. kalian ini..”
Hah.. Leeteuk hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan dua dongsaengnya.
.
.
.
.
“eomma… waegurrae??”
“jika ia bisa mengingat semuanya dengan sendirinya.. ingatan itu akan melemahkan tubuhnya..”
“mwo?? Jadi??”
“nde, ku rasa itu yang  terjadi pada Donghae..” jelas Nyonya Lee di depan putranya, Eunhyuk.
“lalu apa yang harus aku lakukan eomma?”
“Hyuk, semakin Donghae dekat denganmu.. ingatan itu akan cepat kembali.. tapi kau tahu sendiri, jika itu membuatnya tersiksa.. ia selalu kesakitan saat bayangan masa lalu itu datang..”
“eomma..”
“gwaenchana… cara ini atau itu sama saja.. Kau bisa menunggu sampai Donghae ingat sendiri atau kau yang mengingatkannya..”
Eunhyuk menunduk “apa itu akan melukainya?”
“nde, itu memang akan menyakitinya..”
“aku… rasanya aku tidak bisa jika ia terluka..’
“kali ini kita tidak bisa menghindari takdir..”
“eomma, kenapa eomma tidak cemas?? Kenapa eomma bisa mudah mengatakan semua itu??”
Nyonya Lee hanya mendesah “aku sudah mencemaskannya sejak dulu Hyuk-ah.. sekarang tidak ada pilihan lain.. kita memang harus menyelesaikan semua ini walau menyakitkan. Jika tidak maka semuanya akan sia-sia..”
Hyukjae menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa..
“Hae-ya.. mianhae..”
.
.
.
.
Degh!
Pernyataan itu sampai ke telinga Donghae. Ia menoleh mencari sumber suara samar yang di dengarnya..
“nuguya?”
Tidak ada siapapun di sana..
Ia masih sendiri di kamar itu. Setelah Appa dan Eommanya pulang, Kyuhyun dan Leeteuk pamit ke minimarket terdekat mencari makanan..
Ia sendiri..
Donghae meletakkan tangannya di atas dadanya, matanya menerawang memandang langit-langit..
“ada apa sebenarnya??”


-TBC-