Sabtu, 02 Agustus 2014

My Brother in Love



Tittle : My Brother in Love
****Hyung, I want Noona!!****
Genre : Brothership, Family, Romantis
Cast: Kangin – Donghae – Leeteuk – Heechul


****
Kepalanya menelusup ke leher namja yang menggendongnya, sedangkan tanganya erat memeluk lehernya.
            “apa kau lelah?” ia hanya mengangguk menjawab pertanyaan namja itu.
            “kau akan menjadi seorang gitaris nantinya…”
            “anii….” Kali ini ia mengeluarkan suara “aku akan menjadi pianis hyung..”
            “mwo? kau belajar gitar bukan piano, Hae..” kata namja itu penuh penekanan.
            “tapi aku ingin menjadi pianis..” ujar Hae, Donghae, seorang namja kecil berusia 8 tahun itu. ia berada di gendongan setelah hyungnya menjemput dari les gitar sepuluh menit yang lalu.
            “apa pemain gitar tidak bisa menjadi pianis?” tanyanya lagi.
Kangin, hyungnya, namja 24 tahun itu terheran. Ia tak bisa kasar pada dongsaengnya yang masih kecil. Jarak usia mereka yang terpaut jauh membuat Kangin memanjakan Donghae. Ia juga tak akan memaksa Donghae menjadi seperti yang diinginkan..
            “terserah kau saja.. yang pasti kalau kau ingin menjadi seorang pianis, sebaiknya kau belajar juga bermain piano..” akhirnya.
            “hyung.. apa dulu umma bermain piano dengan baik?”
Kangin menghentikan langkahnya, Umma mereka meninggal setelah melahirkan Donghae. membuat namja kecil itu hanya tahu ceritanya saja. sedangkan sang Appa, meninggalkan mereka saat Donghae berusia 6 tahun. Kecelakaan itu membuat mereka harus kehilangan Appa yang mereka miliki. Beruntung Kangin masih memiliki Donghae. baginya, dongsaengnya adalah kebahagiaannya.
            “ne, umma sangat baik bermain piano..” jawab Kangin.
Saat itu ia merasa kalau Donghae makin menelusupkan kepalanya.
            “kau mengantuk?? Tidurlah…” bujuk Kangin.
            “apa masih lama hyung?” ia tidak mengetahui sampai dimana mereka berjalan, nyatanya ia memejamkan mata dari tadi.
            “ani, sebentar lagi sampai… apa kau sudah ingin berbaring dengan boneka ikanmu itu eeooh?” tanyanya lagi, namun sayang ia hanya mendapat dengkuran halus dari dongsaengnya. Namja kecil itu rupanya sudah tertidur di gendongannya.
            “kau cepat sekali tidur..” Kangin makin mengeratkan pelukannya, menjaga agar Donghae tidak merosot dari gendongannnya.
****
            “waeyo? Kau tidak suka makanannya?” Heechul, yeoja tinggi dan cantik itu bertanya. Ia sengaja datang pagi-pagi ke rumah Kangin untuk membawa makanan. Namun, Donghae bahkan belum menyentuhnya sama sekali.
            “makanlah Hae, bukankah kau suka dengan sup tahu?” pinta Kangin.
            “hyung, aku makan di sekolah saja..”
            “waeyo?”
            “aku makan di sekolah saja..” rengeknya pada Kangin.
            “aahh, baiklah.. tapi ingat, jangan membeli makanan yang tidak sehat!! Hyung tidak ingin kau sakit..” Donghae mengangguk, ia tak akan membantah lagi sekarang.
            “mianhae Heechul-ah.. Donghae tidak bisa sarapan pagi, dia selalu makan di atas jam sepuluh..” Kangin juga tak ingin membuat Heechul tersinggung. Yeoja itu nampak mengangguk mengerti.

            “kenapa kau tidak pernah bersikap baik pada Heechul noona?” selidik Kangin setelah ia mengantar Heechul ke tempat kerjanya dan kini ia harus mengantar Donghae ke sekolah.
            “dia jahat hyung..” lirih Donghae “aku melihatnya dengan namja lain.. dia menciumnya!”
            “MWO??” Kangin menghentikan mobilnya “mworago??”
            “dia bilang.. sekalipun namja itu mantannya tapi ia berharap bisa kembali padanya..” terang Donghae “hyung.. mantan itu apa?” tanya Donghae polos..
Kangin menghela nafas, ia tak ingin percaya sepenuhnya pada Donghae tapi beberapa hari yang lalu ia juga melihat hal yang sama. Heechul bersama Hankyung, namja yang baru datang dari cina itu.
            “hyung sedih?” merasa tidak mendapat jawaban Donghae bertanya lagi “hyung.. bisa temani aku menemui Leeteuk songsaenim nanti?”
            “waeyo? Ada masalah?”
            “ne, aku lupa mengerjakan tugasku semalam.. tapi baru kali ini aku lupa hyung, gara-gara aku ketiduran..”
            “hah, arraaseo…. Tapi.. siapa Leeteuk songsaenim? Guru baru?” Kangin merasa tak ada yang namanya Leeteuk di sekolah Donghae.
            “ne, dia pemain piano yang baik hyung.. aku berpikir apa umma dulu seperti Leeteuk sam??” celutuknya. Kangin tertawa kecil, selalu ada hal yang lucu bila ia dengan Donghae.
****

            “ingat kata Leeteuk sam.. kau harus kerjakan tugasmu Hae.. hyung tak ingin dengar alasan apapun..”
            “kenapa hyung marah pada Hae? itu gara-gara hyung juga.. hyung yang mengajak Hae jalan-jalan kemarin..”
            “aaiisshh..”
Donghae hanya mengerucutkan bibirnya “aku mau ice cream!”
            “yak, kau tidak bosan memakannya tiap hari?” pasalnya memang Kangin membelikannya tiap pulang kerja “hyung tak ingin kau sakit, bersikaplah dewasa sedikit..”
            “hah, baiklah.. tapi aku ingin makan bulgogi sekarang..”
            “itu lebih baik..” Kangin menghentikan mobilnya di sebuah kedai di pinggir jalan.

Kangin merasa ada yang aneh saat Donghae memeluknya. Namja kecil itu bahkan ingin terus dipeluknya.
            “waeyo?”
            “hyung.. kepalaku sakit..” keluhnya. Sontak Kangin menyentuh kening dongsaengnya.
            “kau agak demam..” ujarnya kemudian ia membaringkan Donghae dan menyelimutinya hingga ujung dagu “tunggu sebentar ne, hyung ambilkan obat dulu..” belum sempat ia pergi, langkahnya dihentikan oleh Donghae.
            “andwae hyung.. aku ingin hyung memelukku saja.. aku pasti sembuh..” Kangin mendesah, ia tak bisa mengabaikan permintaan Donghae. namja itu ikut berbaring di sisihnya dan melakukan sesuai dengan pintanya.
            “kenapa kau sakit? hyung sudah membelikanmu bulgogi bukan?”
            “aku rindu appa..” kali ini pandangan Kangin keluar jendela, hujan mengguyur kota itu. pantas saja Donghae sakit, karena ia selalu sakit jika merindukan orang yang disayanginya. Terlebih saat hujan, dulu appa mereka sangat suka dengan hujan begitu pula dengan Donghae. saat hujan, appa selalu memeluk Donghae karena namja itu tidak suka udara dingin. Appa menyukainya, karena saat itu ia bisa memeluk Donghae dan memberikan kehangatan yang berarti untuk putra bungsunya.
            “apa pelukan appa sehangat ini?” tanya Kangin.
            “ne..”
            “apa itu sebabnya kau suka dipeluk?”
            “ne..” jawabnya lagi.
            “kalau begitu hyung akan memelukmu terus seperti ini..”
            “ne..” sekali lagi ia menjawab dengan sangat lirih namun Kangin masih bisa mendengarnya. Ia melirik ke arah dongsaengnya yang mulai memejamkan mata.
            “kau cepat sekali tertidur Hae..” bisiknya “arra.. tidurlah.. jaljjayo..” ucapnya sebelum mengikuti jejak Donghae ke alam mimpi.
****

            “ne, gumawo Heechul-ah kau membantuku..”
            “gwaenchana Kangin-ah.. Donghae calon dongsaengku juga.. pergilah biar ku urus dia..”
Kangin meminta bantuan Heechul untuk menjaga Donghae. anak itu masih demam sedangkan Kangin harus menemui klien penting. Ia berjanji akan kembali tidak lebih dari 3 jam..
            “Hae.. jangan nakal.. hyung harus pergi bekerja..” pamitnya pada namja yang masih terbaring itu. Donghae mengangguk, ia tak bisa menhentikan Kangin kalau tak ingin hyungnya kehilangan rekan bisnis seperti dulu. Ia pasrah saat Kangin menitipkannya pada Heechul.
Heechul masih menemaninya walau sebenarnya ia lebih tepat dikatakan sibuk dengan dunianya sendiri. Ia duduk di kursi sambil memegang majalah yang dibawanya tanpa melirik sekalipun ke arah Donghae yang kini berusaha untuk mengambil gelas di meja nakasnya.
            “noona… bisa aku minta tolong?” rengek Donghae. Heechul hanya melihat sekilas lalu kembali ia pada majalahnya.
            “ne?”
            “aku haus.. ini sudah habis..” ia memperlihatkan gelas kosong di tangannya. Heechul tak berkata, ia mengambil gelas itu lalu pergi ke dapur. Beberapa saat kembali ia dengan segelas air.
            “gumawo..” ucap Donghae. Heechul masih dingin, apa ia sedang balas dendam atas perbuatan Donghae selama ini? tapi tidakkah ia paham kalau Donghae juga masih anak-anak..
            “waeyo??....” suara Heechul mengangkat telpon “jinja…? Arra…” suaranya riang penuh kebahagiaan.
Ia kembali pada Donghae “aku ada pekerjaan dan ini penting, aku tidak bisa melewatkan pemotretan ini.. jadi baik-baiklah dirumah, jangan pergi keluar dan tunggu sampai aku datang.. sebelum Kangin pulang kupastikan sudah di sini lagi..” ujarnya.
Donghae hanya diam, ia tahu maksud Heechul.. ia akan meninggalkannya sendiri.
****

Leeteuk, dengan panik menggedor pintu rumah itu. tak ada sahutan, ia masuk begitu saja dan mendapati seseorang yang menelponnya beberapa saat yang lalu sambil menangis. Ia melempar payung yang dibawanya karena diluar hujan cukup lebat.
            “Donghae-ya.. gwaenchana?”
            “saamm…..” nyatanya, namja itu, Donghae tengah meringkuk ketakutan di ranjangnya. Menyembunyikan tubuhnya dalam buntalan selimut.
            “kau sendiri? Mana hyungmu?” yeoja yang di panggil songsaenim itu langsung menariknya dalam pelukan.
            “Kangin hyung sedang bekerja aku tidak ingin mengganggunya.. Heechul noona meninggalkanku sendiri.. aku takut sam..” manja Donghae.
Leeteuk memang guru baru di sekolah Donghae, tapi keduanya sudah sangat akrab. Leeteuk sangat menyayangi namja kecil itu sejak ia memanggil Donghae karena suka membuat ulah.
            “gwaenchana.. sam akan menemanimu..” sambut Leeteuk, mengelus pelan kepala namja dalam pelukannya itu.
            “kau sudah makan?” Donghae menggeleng “wae?? Kalau kau sakit harus banyak makan Hae.. apa dari tadi siang kau belum makan?”
            “Heechul noona tidak membuatkan bubur..”
            “arra.. biar sam yang buat.. kau tunggu disini..”
            “shirroo.. aku takut sam akan pergi.. aku ikut saja.. aku ingin nonton TV” rengeknya. Leeteuk menghela nafas.. ia tak pernah marah atas sifat polos dan manjanya Donghae, sebaliknya ia malah senang.
            “baiklah.. kajja..” Leeteuk menuntun namja itu untuk mengikutinya.

Kangin mendengar suara tawa dongsaengnya. Ia tersenyum mendengar kebahagiaan Donghae.
            “AKU PULANG!” teriaknya keras membuat sosok kecil itu melompat menyambutnya.
            “Hyuuuuunngiie..” peluk Donghae “Leeteuk sam sedang membuat makanan!” adunya membuat kening Kangin berkerut.
            “Heechul noona?”
            “dia meninggalkanku sendirian tadi setelah mendapat telpon dari seseorang, katanya Heechul noona harus pemotretan..” jelasnya gamblang.
Kangin kecewa, ia tak bisa percaya Heechul akan melakukan ini untuknya. Apakah namja keturunan cina itu yang menjadi kepentingannya? Kangin rasanya sudah tidak bisa menahan amarahnya.
            “jangan marah hyung..” telapak tangan kecil Donghae menangkup pipi Kangin “jangan marah, kau tidak malu pada sam?” tanyanya polos.
Kangin menghela napas, Donghae benar ia tak boleh marah di depan orang lain yang tidak tahu apapun soal dirinya. “aniyo.. hyung tidak akan marah..”
Nyatanya Leeteuk mendengar semua percakapan mereka, “sebaiknya kita makan bersama, aku sudah masak cukup banyak..” tawarnya “tapi kau harus tetap makan bubur Hae, kau tidak ingin tambah sakit kan?”
Donghae mengangguk, Kangin senang Donghae patuh dengan permintaan Leeteuk. Ia melupakan masalah Heechul sejenak, tak berniat menghubunginya juga.
****

Donghae tak lagi mendengar nama Heechul di sebut oleh Kangin sejak kejadian waktu itu.
            “hyung.. bagaimana kabar Heechul noona?” tanyanya pagi itu saat Kangin mengantarnya sekolah.
            “untuk apa kau menanyakannya?”
            “hyung tidak membicarakannya beberapa hari, dia juga tidak kerumah pagi-pagi membawakan sarapan anehnya..”
Kangin tertawa mendengar pernyataan dongsaengnya “mulai sekarang tidak akan ada Heechul noona di antara kita Hae..”
            “jongmal??”
            “ne, hyung sudah tidak bersama Heechul noona lagi..”
            “kalau begitu hyung dengan Leeteuk sam saja, Hae suka dengannya..” celutuknya makin membuat Kangin gemas.
            “bagaimana kalau nanti sepulang sekolah hyung jemput kalian? Kita main ke taman ottoke??”
            “JINJJJAA?? Saranghae hyuuung.. Hae senang!!” serunya.
            “kalau begitu belajarlah dengan baik hari ini dan sampaikan ajakan itu pada Leeteuk sam.. katakan padanya kalau dia harus mau..!!” Donghae mengangguk lucu mengiyakan. Tentu saja Kangin yakin dongsaengnya akan memaksa Leeteuk untuk ikut bersama mereka. Kangin berpikir Leeteuk memang lebih baik daripada Heechul.

Siang itu di taman..
Leeteuk jelas tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti permintaan Donghae yang tadi merengek dan hampir menangis waktu memaksanya ikut ke taman. Tapi jauh di hati Leeteuk ia senang bisa pergi bersama mereka.
            “Sam.. bolehkah Hae memanggil Noona??”
            “MWOO??” bukan hanya Leeteuk yang terkejut tapi juga Kangin.
            “Hae ingin merasakan punya umma..” lanjutnya sambil memeluk Leeteuk erat “sam mau menjadi umma dan noona untuk Hae?”
Tidak ada jawaban darinya bahkan Kangin juga terdiam, ia tahu perasaan dongsaengnya yang sangat membutuhkan seorang umma.
            “Leeteuk-ah..” lirih Kangin “kali ini aku juga ingin meminta hal yang sama.. bisakah kau menjadi noona dan umma bagi Hae? joneun.. saranghaeyo..”
Leeteuk terkejut “kau melamarku?” Kangin mengangguk mantab, ia tak ingin terlalu lama sendirian mengurus Donghae. ia juga yakin Leeteuk berbeda dengan Heechul hingga membuat Donghae sendiri yang memintanya.
Yeoja itu tertunduk tapi kemudian ia mengangguk pelan. Memastikan ia menerima permintaan dua orang namja yang juga di sayanginya.
            “YEEEAAHHHH… sekarang Hae boleh memanggil noona?”
            “ani Hae, jangan panggil noona saat di sekolah, kau tetap seorang murid di sekolah.. araachi??” Donghae mengangguk mengerti.

Sebuah perjalanan hidup yang singkat, Leeteuk dan Kangin yang tiba-tiba saling memiliki perasaan. Donghae yang tiba-tiba terwujud keinginannya. Ia memiliki seorang noona yang juga akan menjadi ummanya. Namja kecil itu, rupanya ia pandai memilih noona.
Kangin tersenyum sendiri mengingat tingkah laku Donghae, dongsaeng yang mentah-mentah menolak Heechul dan mati-matian menerima Leeteuk.
            “jadi bagaimana Hae? kau ingin jadi apa??”
            “sudah ku katakan hyung.. aku aka menjadi seorang pianis.. sekarang ada songsaenim noona yang akan mengajariku..”
            “mwoo?? Lalu gitar??”
            “memangnya seorang gitaris tidak boleh jadi pianis??”
            “baiklah.. jadilah keduanya..” pasrah Kangin “apa kau senang sekarang?”
            “lebih dari itu..”
            “waeyo??”
            “karena hyung bahagia..”
            “ne??”
            “aku senang kalau hyung bahagia.. selama ini hyung sudah merawatku dan hanya memikirkanku.. mulai sekarang pikirkan seseorang juga.. tapi jangan melupakanku..” pintanya.
            “sebenarnya usiamu berapa?? Kau bisa berpikir dewasa juga??”
            “tentu saja aku tak akan pernah lebih tua dari hyung..”
Kangin tertawa, Donghae benar.. ia tak akan pernah lebih tua darinya sekalipun umurnya bertambah.
            “gumawo Hae karena memilihkan orang yang tepat untuk hyung..”
            “ne.. jadi.. besok kita ke tempat appa dan umma??”
            “hm.. mereka pasti bahagia juga di surga sana..”
            “kau akan mengenalkan noona pada mereka?”
            “tentu saja!!” singkatnya “hah, sudahlah.. aku tidak akan membacakan cerita untukmu malam ini.. aku akan menemanimu tidur saja..”
            “benarkah?? Kajja hyung.. kita tidur..” Donghae menarik selimut dan merapatkan diri pada bantal nemonya. Bersembunyi di balik pelukan Kangin dan jatuh tertidur dengan cepat.
            “gumawo Hae.. saranghae nae dongsaeng!” kecup Kangin di keningnya “jalljayo..”

_Final_